23. Wrong way?

211 55 30
                                    

Salah satu resto n hotel di Surabaya yang dikunjungi Hanbin, Yeri dan mamanya kali ini cukup ramai. Jam makan malam membuat banyak orang berbondong-bondong datang.

Hanbin mengekor dibelakang, menatap sang mama dan Yeri yang berjalan beriringan dengan selingan canda tawa. Tiba-tiba pikiran Hanbin melayang, bagaimana jadinya kalau yang berjalan disebelah mama nya itu Dahyun, bukan Yeri?

Astaga. Hanbin segera menggelengkan kepalanya, menyingkirkan bayangan sialan yang kerap mengganggunya itu.

Mereka mengambil salah satu tempat di dekat jendela kaca besar. Resto yang berada di lantai atas itu menyajikan pemandangan yang indah, memamerkan gedung berjejer dengan kemerlap lampu milik Kota Surabaya.

"Escargot." Hanbin menyebutkan menu pilihannya setelah membolak-balik buku menu.

"Samain." Timpal Yeri.

"Mama panna cotta aja deh." Final Ibu Hanbin lalu menutup buku menu dan menyerahkannya ke pelayan.

Mata cantik dari wanita usia awal 50an itu menatap Hanbin dan Yeri bergantian. "Gimana kalian?"

Yeri melemparkan senyum, menjawab bahwa mereka baik-baik saja. Hanbin mengangguk menyetujui. Tapi perasaannya tidak dapat dimanipulasi, berkali-kali bayangan Dahyun menghampirinya, membuatnya beberapa kali melamun.

Yeri melirik kekasihnya itu, tentu ia tahu alasannya.

🍊🍊🍊

"Gue udah bilang bisa pulang sendiri kan?" Protes Sejeong ketika mendapati Sehun masih menunggunya di depan perpustakaan.

Sejeong melirik pergelangan tangannya, jam menunjukkan pukul 8 malam kurang karena ia fokus mengerjakan revisi ulasan sialan yang beberapa hari ini mengganggunya. Sudah berapa jam si Sehun ini menunggunya?

"Gapapa. Udah malem, bareng gue aja."

Mata Sehun tampak tidak fokus, ia seperti mencari sesuatu dari segerombol manusia yang keluar dari perpustakaan.

"Lo nyari apa?"

"Chanyeol sama Dahyun mana? Tadi katanya sama mereka?" Sehun berdalih. Sebenarnya yang ia cari adalah Byeongkyu atau anteknya yang siapa tahu mengikuti Sejeong.

"Udah pulang duluan tadi."

Sehun mengangguk mengerti, berjalan mendahului Sejeong menuju mobilnya.

"Gue mau ke gramedianya matos dulu tapi?"

"Iya gue anter."

Berakhirlah mereka di dekat rak yang memamerkan koleksi novel karangan Tereliye. Sejeong menimang dua novel di masing-masing tangannya dengan bingung.

"Enaknya beli yang mana?" Sejeong menunjukkan sampul dari kedua novel di tangannya.

"Dua-duanya aja, bagus semua kok."

Sejeong mengernyitkan dahinya. "Lo juga baca?"

Sehun mengangguk. Dulu ia cukup sering nongkrong di perpustakaan. Awalnya coba-coba karena ingin mencari cewek cantik dan cerdas yang bisa dijadikan mangsa, eh ternyata ia malah ia sendiri ketagihan membaca.

"Ga ah, gue ga bawa duit lebih."

Sejeong meletakkan kembali novel berwarna biru dengan judul hujan ke tempat semula dan berjalan menuju kasir.

Sehun mengambil kembali novel itu dan menyusul Sejeong ke kasir. "Ini sekalian, mbak."

"Katanya udah baca?" Tanya Sejeong sambil mengeluarkan dompet untuk membayar novel miliknya.

SQUICLE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang