17. Sushi

423 72 32
                                    

"Fakta bahwa gue homo itu cuma omong kosong kalo lo belum tau." Bisik Sehun tepat di depan telinga Sejeong. Membuat tulang kaki wanita itu seakan lenyap entah kemana.

"M-Maksud lo?" Cicit Sejeong tanpa menatap pemuda itu, ia sedikit berharap agar Sehun segera tersadar akan apa yang sedang dilakukannya.

Bukannya melepas kuncian lengannya, Sehun malah menyatukan kedua tangannya dibelakang pinggang Sejeong. Membuat kedua tubuh itu semakin dekat. Sehun melepas gelang hitam yang ada di tangan kirinya, tangannya ia bawa ke sisi kanan dan kiri rambut Sejeong.

"L-lo mau ngapain?" Lagi-lagi hanya cicitan yang keluar dari mulut perempuan itu. Sehun benar-benar gila, ekspresi wajahnya begitu aneh. Senyum yang dilemparkannya itu seperti pemburu yang melihat mangsa.

Kedua tangan Sehun lincah menyatukan geraian rambut Sejeong dan mengikatnya dengan gelang hitam yang tadi ia lepas. Begitu selesai dengan rambut Sejeong, Sehun segera memundurkan badannya. "Tapi boong. Main sama cowo masih enak yakali gue tobat."

Setelah mulutnya menyampah seperti itu, Sehun segera membalikkan badan meninggalkan Sejeong yang masih membeku. Namun setelah tiga langkah, ia malah berbalik. "Ah iya, jangan gerai rambut lo lagi." Ujarnya dengan telunjuk yang teracung.

Kesal sekali Sejeong dibuatnya. Apa mau lelaki satu ini? Kenapa tidak ada yang beradab dari semua tingkahnya itu? Bahkan sekarang ia sudah kembali duduk di sofa, tenggelam dalam serial drama —yang entah apa judulnya itu.

Sejeong masih berusaha mengatur ritme napas yang berantakan karena tadi sempat ia tahan. Bagaimana tidak? Baru kali ini ada seorang yang berani macam-macam kepadanya, dan sialnya tubuh Sejeong seolah melawan perintah dari logikanya untuk mendorong lelaki itu menjauh.

Sebenarnya apa yang telah dilakukan laki-laki itu kepadanya?

Dan, memangnya apa ada yang salah jika ia menggerai rambut?

Disaat sejeong lanjut membersihkan meja dapur sambil merutuk, Sehun diseberang sana diam-diam mengelus dada, memerintahkan agar sesuatu di dalam sana tidak bergemuruh. Tapi jika ia ditanya apakah ini karena ia menyukai gadis itu? Sehun tentu akan menjawab tidak.

Tangan lelaki itu merogoh kantong, mengambil ponsel dan mengirimkan sebuah pesan. Matanya beberapa kali melirik punggung wanita itu, rasa bersalah sedikit menjalar disana. Ia menghela napas panjang dan berat —hal yang selalu dilakukannya setelah menggoda Sejeong.

"Ho, gue jadi ga tega sama adek lo kalo rencana ini beneran berhasil." Begitu pesan yang ditulis Sehun, dan secepat kilat pesan itu mendapat balasan dari sang penerima.

"Udah selesain aja bagian lo, ntar sisanya biar gw yang ngurus."

Sekali lagi Sehun menatap kosong gadis itu. Entah hal apalagi yang bergelut diotaknya saat ini.

🍊🍊🍊

Seperti yang disepakati, one fine day with someone special akan terealisasi hari ini. Semua rencana ada di ditangan Sejeong, Sehun membiarkan perempuan itu berbuat apa saja.

Pukul 12 siang. Langit sangat cerah, saking cerahnya sampai matahari menampakkan tubuhnya tanpa malu tepat diatas kepala.

Panas menyengat, Sehun yang sedang menyetir motor dan membonceng Sejeong dibelakangmya ini beberapa kali mengeluh dibuatnya. Entah penyesalan seperti kenapa ga bawa mobil aja? kan udah gue bilang enak pake mobil, atau kalimat semacam itu dengan bumbu umpatan.

Sejeong hanya mengerlingkan mata, kenapa lelaki ini manja sekali? Ayolah, sinar matahari tidak akan membuatnya mati.

Rencana Sejeong hari ini tidak muluk. Ia hanya ingin tahu bagaimana menghabiskan waktu berdua, melakukan hal berbau roman yah meskipun tanpa perasaan. Karena memang fungsi kegiatannya kali ini seperti workshop? Entahlah, yang jelas ia hanya ingin mengambil inspirasi untuk plotnya dari apa yang mereka lakukan hari ini.

SQUICLE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang