12. Gramed

284 66 23
                                    

Oh sial, apa yang dilakukan Sehun sebenarnya? Sejeong memijat pelan kepalanya. Antara bingung, senang dan gelisah ia tak tahu.

"OMG SEJEONG! U DID GREAT! Lagi-lagi tulisan lo hidup!" Begitu seru Heechul beberapa saat yang lalu setelah mendiskusikan bagian awal novelnya. Sejeong tidak menyangka ciuman dari Sehun itu benar-benar membawa keuntungan baginya.

Pemikiran Sejeong buyar ketika ponselnya bergetar, menampilkan pesan dari Sehun disana. Kenapa sih lelaki ini senang sekali mengganggunya?

"Gimana hasilnya? revisi?"

Begitu pesannya. Sejeong hanya melihat pesan itu dari jendela baca, tidak berniat membuka dan membalasnya. Tapi tak lama kemudian ponselnya kembali bergetar, pesan dari kontak yang sama. "Kalo belum berhasil bisa lah kita coba lagi."

Sejeong menutup matanya dengan hati yang gemuruh kesal. Segera ia membalas pesan itu. "Gue ga mau ya ciuman sama lo lagi!"

Sehun diseberang sana tersenyum tengil, menyenderkan punggungnya ke kepala ranjang. "Ga ada yang bilang ciuman?" Begitu ia membalas Sejeong.

Sialan. Sejeong malu sekali. Ingin rasanya ia melompat dari jembatan soehat saat ini juga. Belum reda rasa malunya, ponsel hitamnya itu bergetar kembali.

"Maksud gue tuh coba lagi pake cara lain. Kenapa lo bahas ciuman mulu si Jeong? Ketagihan lo?"

Sejeong semakin geram membaca pesan kedua dari Sehun ini. Gerahamnya semakin mengatup. Kalau saja lelaki ini ada dihadapannya, Sejeong pasti tak segan memukul kepalanya itu.

Sudahlah Sejeong tidak mau membalas.

Tapi masalahnya yang dihadapi ini adalah Sehun, mana mungkin ia akan berhenti mengganggu Sejeong?

"Gapapa sih, tapi kalo lo mau nyoba lagi, gue siap."

ARKH. Sejeong benar-benar ingin mencekik leher pria ini, atau mungkin memotong jari-jarinya agar ia tidak bisa menulis sesuatu seperti ini lagi? Tanpa membalas, akhirnya Sejeong memutuskan untuk menekan tombol block pada kontak Sehun agar ia bisa berhenti mengirim pesan tidak jelas kepadanya.

Baru saja Sejeong ingin menutup ponsel setelah mengirim pesan ke Sehun, ia mendapat pesan baru dari nomor tak dikenal.

XXX-231-431-XXX:

"Selamat malam. Kenalin aku Byeongkyu angkatan 18 dari BEM yang menaungi jurnalistik fakultas. Jadi gini Sejeong, beberapa bulan kedepan majalah fakultas akan terbit dan niatnya bakal disebar saat ulang tahun fakultas nanti. Jadi kami dari jurnalistik ingin menawarkan kamu buat berpartisipasi dalam pengisian majalahnya, apa kamu bersedia?"

Sejeong membaca pesan itu dengan seksama. Otaknya malah melayang mengingat-ingat sosok Byeongkyu ini. Mulut Sejeong segera terbuka tanpa suara, ia ingat. Bagaimana bisa ia sempat melupakan waka BEM fakultasnya sendiri?

Mata bulatnya, rahangnya yang tegas, dan rambutnya yang sedikit ikal malah mengingatkan Sejeong dengan sosok anak anjing dirumah tetangganya dulu. Tapi bedanya Byeongkyu ini tampan, tidak seperti anak anjing tetangganya yang bahkan tidak pernah mandi.

Sejeong segera membalas pesan itu.

"Iya selamat malam kak. Sebelumnya mohon maaf, kalau boleh tau isi konten yang nanti saya tulis apa ya kak? dan kenapa harus saya?"

Benar. Kenapa harus Sejeong? Ia bahkan tidak tergabung dalam tim jurnalistik.

Tak lama ia mendapat balasan,

SQUICLE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang