3

356 70 13
                                    

Sejeong membuka pintu apartemennya, melangkah masuk. Matanya melebar, ingin melemparkan tas punggungnya ke wajah lelaki yang duduk dengan senyum lebarnya di sofa depan TV.

"Lo, lo ngapain disini?"

Masih dengan senyum lebarnya, Sehun menjawab "Main lah. Biasanya juga gini."

"Ga. Lo biasanya ga nonton TV sambil rebahan terus nyemilin jajan disini," Sejeong menatap sendu ke wadah jajannya yang sudah kosong, beralih ke Sehun lagi sambil melotot. "Apalagi dengan kaos polos sama kolor lo itu." Lanjut Sejeong menunjuk kolor Sehun ngeri.

"Oh. Gue mau nginep." Sehun menekan tombol remote, mengganti saluran.

"Ngapain lo nginep? Orang kosan lo aja cuma di gang depan."

Sehun hanya mengangguk tidak menjawab. Acara televisi lebih menarik.

Jantung Sejeong serasa keluar dari tubuhnya. Ia takut, bagaimana kalau semisal abangnya yang akan menjadi target Sehun setelah gagal mendapatkan Chanyeol?

Sehun bangkit dari tempat duduknya, mendekatkan wajahnya ke Sejeong, "Tenang, Suho bukan tipe gue." Sejeong membulatkan matanya sempurna, bagaimana bisa Sehun tepat menebak pikirannya?

Sehun meneruskan langkahnya, mengambil air di pantry dengan senyum teraneh miliknya. Membuat Sejeong semakin bergidik ngeri.

"Eh, Jeong. Tumben kamu udah pulang?" Suho muncul dari pintu kamar mandi, membuat Sejeong mengalihkan pandangannya dari sehun.

Mata Sejeong bergerak cepat, menyapu badan Suho head to toe. "Bang, Masuk kamar!"

Suho tidak mengerti, mengusap rambutnya yang basah. Tingkah sang adik sangat aneh, wajahnya menampilkan gugup dan takut dalam waktu bersamaan.

Sejeong semakin melotot, "JANGAN NGUSAP RAMBUT!" Pucat sudah wajah Sejeong melihat abangnya memamerkan sexy vibesnya ke orang yang salah —Sehun.

Sehun menahan tawanya dibalik meja pantry ketika melihat wajah gugup Seheong. Sejeong yang mengetahui itu semakin geram, mendekat kearah abangnya untuk merapatkan jubah mandinya.

"Ngapain sih keluyuran pake jubah mandi? Mau pamer dada bidang? iya?"

"Gue mau ngambil bedak gatel di kamar lo doang. Ngapain deh pake marah marah?" Suho kebingungan.

Sejeong memutar tubuh Suho, mendorongnya masuk kembali ke kamar mandi. "Masuk lagi aja! Biar gue yang ngambilin bedaknya."

Setelah mengamankan Suho, ia melotot ke Sehun. Menunjukkan kepalan tangannya yang sebenarnya tak seberapa menakutkan itu. Sehun mengedikkan bahu, tersenyum mengejek.

🍊🍊🍊

Hanbin mengambil ponselnya dari saku, memutuskan menelpon Dahyun setelah ia sampai di depan kosnya. "Gue udah sampe."

"Iya ini bentar, gue lagi bingung." Jawab Dahyun dari sebrang telpon.

Hanbin mengambil napas panjang, seolah sudah hapal tabiat sahabatnya satu ini. "Kali ini lo bingung pake baju warna apa?"

"Kuning polos apa tosca stripe ya mbin?"

"Kuning."

"Oke gue pake yang tosca."

Dahyun menutup sambungan telepon.

Hanbin menatap pagar kos Dahyun. Ia sudah terbiasa dengan drama penjemputan tuan putri yang satu ini. Moto tuan putri hanya satu, apa yang dipilih Hanbin berarti jelek.

Setelah ribuan purnama, akhirnya batang hidung Dahyun tampak juga. Baju stripe hijau tosca. Tebakan Hanbin tidak pernah meleset, Dahyun benar-benar teguh pada motonya.

SQUICLE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang