15. Suho?

279 60 46
                                    

"Cium Chanyeol sekarang juga!"

"Hah?" Dahyun menatap heran sahabatnya itu. Mengapa bukan dia sendiri yang mencium Sehun?

"Sinting lo?" Imbuh Hanbin.

Sejeong masih tersenyum bangga. Lihatlah, setelah ini Sehun pasti akan berlutut dan mengatakan seribu terimakasih kepadanya."Ayo cium sekarang!" Desaknya lagi.

Sehun dan Chanyeol saling menatap kaku. Seolah mereka saling bertelepati dan mengatakan bagaimana ini? untuk satu sama lain.

Tanpa tahu yang terjadi sebenarnya, Hanbin dan Dahyun memikirkan banyak hal dalam kepala mereka. Seperti apa maksud semua ini? atau mungkin jangan-jangan Sejeong membantu Chanyeol karena Chanyeol menyukai Sehun? atau yang lebih parah jangan bilang memang sedang ada apa-apa antara Sehun dan Chanyeol yang memang tidak diketahui keduanya?

"Dare nya bisa ganti ga?"

Sejeong menatap Sehun datar. Hei ini kesempatan yang bagus, kenapa dia menolak? Baru saja Sejeong akan mengatakan tidak, seorang perempuan dengan apron hitam berjalan mendekat.

"Permisi kak. Mohon maaf sebelumnya, karena sudah pukul sepuluh kami akan tutup dalam beberapa menit lagi." Ujarnya dengan kedua tangan yang bertaut di depan dada.

Setelah mendapat anggukan mengerti dari sang pelanggan, pelayan itu segera kembali ke lantai satu —yang terdengar sedikit berisik karena benturan meja dan kursi.

"Udah yuk cabut aja, ga enak." Chanyeol segera meraih dompet dan ponselnya diatas meja lalu memasukkannya ke kantong celana.

"Terus dare nya gimana? Ayo sekarang masih sempet!" Sejeong menaikkan nada, masih tidak mau kalah.

"Iklasin aja anjir. Noh liat, mbaknya dateng lagi nungguin kita cabut."

Sejeong mengikuti arah yang ditunjuk oleh Hanbin dengan dagunya tadi. Benar saja, diujung tangga terlihat pelayan tadi berdiri menunggu mereka untuk segera keluar sambil tersenyum.

Sial. Dewi fortuna sedang tidak memihaknya.

🍊🍊🍊

"Cemberut aja sih, Jeong?" Goda Sehun yang sedang menyetir disebelahnya.

Sejeong memilih tidak menanggapi, ia menatap ruko jalanan yang beberapa diantaranya sudah tutup itu.

"Kesel sama mbak upno?" Tanya Sehun lagi. Sungguh Sehun sudah tidak kuat menahan senyumannya. Sedikit beruntung karena ini malam hari, membuat senyuman itu tidak menarik atensi lawan bicaranya.

Hal jahil terlintas dikepala Sehun. Tangannya terulur untuk membelai rambut perempuan disebelahnya. "U did great, sayang."

"Apa pegang-pegang!" Sejeong tentu saja terlonjak kaget. Apa maksud belaian ini? Tidak sudi rasanya ia disentuh sembarangan seperti ini.

Ralat. Bukannya tidak sudi, ia hanya takut pipinya berhianat dengan bersemu merah.

"Gapapa, Jeong. Gue tahu tadi lo berusaha bantuin gue kan?" Padahal di dalam hati Sehun bersyukur dan berterimakasih kepada pegawai upno karena segera menutup tempat itu.

"Ya menurut lo aja?! Lagian elo sih, gue bantu bukannya cepet-cepet!" Sejeong membuang mukanya lagi setelah menatap Sehun kesal.

"Gapapa. Masih ada hari esok."

Sejeong masih tidak mau menatap Sehun. Kesal sekali hatinya, padahal kan seharusnya ia bisa meminta imbalannya sekarang. Lagian kenapa sih upno tutup jam 10? Apa mereka tidak bisa buka 1x24 jam seperti indomart?

SQUICLE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang