4. Deal?

334 70 15
                                    

Setelah matanya terbuka, Sejeong melangkahkan kakinya setengah sadar menuju dapur. Mencari air untuk membasahi kerongkongannya yang kering.

Rambutnya belum tertata, kotoran dimatanya saja baru hilang beberapa karena sedikit kucekan tadi.

"Astaga. Anak perempuan modelan begini." Sehun menyamput pagi Sejeong dengan rutukan. Ia segera menyingkirkan tubuhnya dari depan kulkas saat Sejeong datang ke dapur. Ia tahu apa yang sedang dicari perempuan kucel itu dipagi hari.

Sejeong tidak peduli. Menganggap Sehun layaknya angin yang memang tak seharusnya terlihat.

Sejeong mengambil air dingin dari kulkas, meneguknya tanpa melirik Sehun yang menatapnya ironi.

"Sumpah ya. Lo kalo gini terus bisa jadi perawan tua."

Sejeong mengembalikan botol minumnya ke kulkas, menutup pintu kulkas. Matanya beralih menatap Sehun dengan tajam. "Bukan urusan lo."

Sehun benar-benar menganggap apartemen Sejeong ini miliknya. Sudah hampir 3 hari dia menginap disini. Keluyuran kesana kemari dengan boxer dan kaos putihnya itu.

Setelah masuk ke kamar, Sejeong mendapati panggilan dari sang editor yang kemarin belum membalas pesannya.

"Iya halo Mas Heechul?" Sejeong menyapa dengan semangat. Berharap cemas agar permintaannya mengganti genre dipenuhi.

"Sorry Sejeong. Kemarin gue repot banget, ga sempet check whatsapp oh my god."

Sejeong terkikik kecil. Setiap kali ia menghubungi Heechul, dapat dipastikan seolah telinganya tersengat aliran listrik kecil karena perwakilan pihak penerbitnya yang satu ini sangat berisik.

"Iya jadi yang kemarin gimana mas?" Tanya Sejeong kembali.

"Oh iya kemarin gue udah bilang ke Donghae. Katanya ada genre yang lagi panas baru-baru ini. Bahkan drama korea juga udah mulai produksi genre ini."

Sejeong masih belum menemukan titik terang, ia mengernyitkan dahinya.

Tiba-tiba pintu kamar Sejeong terbuka, menampilkan sedikit kepala Sehun. "Minjem gunting kuku dong."

Sejeong meletakkan telunjuknya di depan bibir, memberi tanda kepada Sehun bahwa dia sedang melakukan panggilan. Sehun mengangguk, melangkahkan kaki ke kamar Sejeong.

"Genre apa mas? Bisa diusahakan deh, yang penting jangan fantasi sumpah. Haluku ga nyampe situ." Balas Sejeong kepada lelaki di seberang telepon.

Heechul terkekeh pelan. Seolah sedikit ragu mengatakan jawabannya.

"Kok ketawa mas?" Tanya Sejeong.

Sehun disebelahnya mengganggu. Masih menanyakan keberadaan gunting kuku. Dengan geram Sejeong menunjuk ke laci di meja riasnya. Menyuruh Sehun mencarinya sendiri.

"Agak tabu sih genrenya. Tapi laris banget jeong. Gue yakin."

"Iya apa mas??" Sejeong mulai geram. Tak sabar berbelit belit.

"Boys Love."

Mata Sejeong membelalak sempurna. Kenapa hidupnya belakangan ini dikelilingi dengan hal berbau homoseksual?

Bukan. Sejeong bukan seorang homophobic. Ia sebenarnya bukan tipe orang yang suka ikut campur dengan beberapa kontroversi. Ia merasa hidupnya terlalu berharga untuk mengurusi kehidupan orang lain.

Tapi kenapa belakangan ini semuanya datang bersamaan?

Mulai dari Sehun, lalu genre novelnya.

"Mana sih Jeong? Ga ada." Sehun kembali mendekat pada Sejeong. Masih menanyakan seputar gunting kuku yang tidak bisa ditemukannya itu.

SQUICLE [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang