Hancur. Hanya kata itulah yang mampu mengekspresikan dirinya dan tempat yang ia tinggali setelah kejadian naas menimpa seluruh Teman termasuk dirinya.
Matanya menelisik sekitar dengan kosong. Seakan-akan dia sudah tidak memiliki alasan hidup. Tapi, hatinya tergerak, memaksanya untuk segera bangun dan menelusuri seisi tempat.
Kakinya yang jenjang, berjalan di tengah-tengah kota yang sudah hancur. Jalanan retak, bangunan hancur dan mau roboh, rusaknya kendaraan, lumut serta daun jalar melengkapi kota tersebut agar semakin terkesan horor. Lebih horornya lagi, tidak ada satupun orang di sekitarnya.
Kota itu sudah mati, seakan-akan manusia lenyap dan tidak meninggalkan bekas sedikitpun. Hanya ada dirinya di sertai kicauan burung-burung yang berterbangan mencari makanan untuk anak mereka. Tapi dia sendiri tidak merasa takut ataupun panik, dari awal dia membuka mata, tidak satupun ekspresi yang keluar selian muka tanpa ekspresi.
Netra itu kosong, gelap tanpa ada satupun tanda kehidupan. Seperti halnya orang depresi maupun yang sudah mati.
Walaupun rasa sakit menusuk setiap detiknya, kaki itu tidak pernah berhenti berjalan sampai otak itu memerintahkannya untuk berhenti. Apa yang sebenarnya terjadi dengan kota yang semula ramai, bersih dan tertata. Menjadi sepi, hancur dan berantakan.
Kalian menganggap, pasti ini ulah alam. Namun bukan alam yang melakukannya, melainkan dirinya sendiri. Orang terakhir di tempat ini yang sudah memporak-porandakan apapun di sekitarnya, termasuk semua teman-temannya.
Hatinya sakit, kepalanya pusing, penglihatannya blur, nafasnya memburu, darah yang tak henti-hentinya keluar dari luka syatan dalam. Mampu membuatnya tidak seimbang dan terhuyung kesana kemari. Berakhir jatuh sembari memegang dadanya.
Detakan jantung semakin lemah, dirinya mencoba meraup udara di sekitarnya dengan rakus akibat sesak yang tiba-tiba menyerang. Kelopak matanya perlahan menutup, memaksanya untuk segera tidur dan mengakhiri semuanya.
Namun sebelum hal itu terjadi, ia melihat sebuah kaki yang mendekat kearahnya. Dia berjongkok sembari memposisikan ia untuk terlentang. Tiba-tiba sesuatu yang bersinar muncul di telapak tangannya dan langsung memasukannya tepat di jantung orang di hadapannya.
Seketika itu juga, yang terlentang terbatuk-batuk sekaligus meringkuk mencoba menahan rasa sakitnya.
"Hei, Anak muda. Bagaimana rasanya berada di tengah-tengah kehidupan dan kematian?"
Yang di maksud Anak muda mendengus. Ia mencoba duduk sembari memegang dadanya yang masih berdenyut sakit.
"Entahlah. Aku hanya merasa tubuhku ringan dan sakit secara bersamaan" Balasannya sembari menatap orang di sampingnya "Bagaimana denganmu? Bukankah kau bukan makhluk di sini kan? Nona"
Nona itu tertawa terbahak-bahak. Remaja di hadapannya ini cukup peka terhadap dirinya. Yah, siapa juga yang bisa menebak, kalau penampilannya saja sangat jauh dari manusia pada umumnya.
Rambutnya putih panjang dengan ujung berwarna hijau. Jubahnya krem sobek-sobek, dengan rok panjang yang bernasib sama. Matanya hijau terang dengan pupil putih, telinga lancip serta kuku jari agak panjang.
Penampilannya pun susah terbukti, kalau dia memang bukan makhluk di planet ini.
"Itu benar. Aku memang bukan makhluk bumi, tapi aku mempunyai urusan yaitu memberikanmu kesempatan kedua untuk menemukan serpihan demi serpihan dari hati kecilmu itu" Tunjuk Nona.
"Kesempatan kedua?"
"Yups. Sebenarnya tugasku hanya sampai di sini saja, tapi jika kau ingin menanyakan sesuatu. Cukup panggil namaku saja, aku pasti akan langsung menjawabnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
4 BRO!? {DISCONTINUED?}
FanfictionCerita One Shoot mungkin... Dari YTMCI Fav ≧∇≦ . . . . Boys Love! Kalau gak suka jangan baca! Aku hanya suka aja (karakter MC), bukan berarti menginginkan mereka begini. Ini cuman fantasi saya aja Okay~ Pairing bertambah setiap chaptnya Oh iya, ak...