Piece By Piece Of Heart [Part. 1] ༶•┈┈⛧┈♛Struggle♛┈⛧┈┈•༶

351 19 8
                                    

Okay Fine... Daripada aku gak Update-Update mulu, nih ku kasih. Tapi jangan minta lanjutannya ya. Soalnya aku juga mentok di Chap keduanya, lagi nyari kata-kata yang sesuai dengan bayanganku.

.

.

.

Tap!

Kaki jenjangnya menuntunnya menuju sebuah gedung yang menjulang tinggi. Gedung itu sudah kumuh, semua kacanya pecah, tumbuhan merambat serta dalamnya yang berantakan, bolong-bolong dan retak sana sini. Sudah di pastikan kalau gedung ini terbengkalai selama beberapa tahun, walaupun sebenarnya gedung ini sudah rusak hanya dalam beberapa jam saja.

Netra emas nan gelap itu menatap anak tangga yang mengarah keatas. Perasaannya mengatakan, kalau dirinya harus naik sampai ke lantai atas alias atap.

"Uwaw~ Perjalanan pertama dimulai dari kuat tidaknya kau menaiki tangga itu sampai ke atas" Ucap Crisrin sembari tertawa mengejek "Dilihat dari postur tubuhmu, kau bukanlah orang yang suka berolahraga ya~ Apa kau kuat? Pft一"

Adhit mengabaikan Crisrin yang tengah tertawa seperti orang gila. Sesekali, Adhit menatap kagum seisi tempat. Ada foto, sofa rusak, baju di mana-mana dan Kucing hitam?

Tak hanya Kucing hitam, ada sebuah cakaran dengan goresan berwarna hitam. Entah apa yang harus ia tanggapi dengan cakaran tersebut, yang jelas suasana dalam gedung ini semakin dingin dan horor, ketika langit di luar perlahan-lahan menggelap.

Tak ada suara apapun, selain suara langkah kaki dan ocehan Crisrin. Di ujung lorong, ada siluet hitam seperti seseorang namun itu hanyalah jaket bulu yang entah siapa menggantungkan pakaian di ujung lorong gelap seperti ini.

Lantai demi lantai Adhit lalui hingga tepat di lantai lima, kakinya sudah tidak mampu menumpu beban tubuhnya yang mengakibatkan dirinya jatuh terduduk.

"Ara~ ara~ sudah kuduga kau tidak akan kuat"  Cibiran itu di balas dengusan Adhit.

Memangnya siapa yang akan kuat menaiki anak tangga tanpa berhenti? Kalau memang lima lantai siapapun bisa, namun jika 20 lantai bagaimana? Itu sama saja kau harus menaiki anak tangga untuk mencapai kuil. Walaupun lebih jauh kuil itu, tapi ini sudah mampu membuat Adhit kewalahan.

Memang benar apa yang dikatakan Crisrin, dia tidak sering berolahraga, malahan dia membencinya. Karena apa? Karena melelahkan dan tidak penting baginya yang penganut kata 'Rebahan' Jika kau berolahraga, sama saja kau menentang kata itu.

"Hei, Dhit. Apa kau tidak merasakan yang namanya Takut? Di sini hanya ada kau dan aku, bukankah kau sudah menebak kalau tempat ini sangat menyeramkan? Cocok sekali bagi yang ingin uju nyali loh!"

"Sayangnya tidak. Lagian aku menyukainya, sendiri di tempat sunyi seperti ini..."

Crisrin menatap prihatin Adhit. Apa hanya karena kejadian itu, semua perasaan yang ada pada dirinya hilang ikut bersama serpihan hatinya? Entahlah, yang jelas bukan tugas Crisrin untuk mengembalikan semua emosi Adhit. Dia hanyalah pembimbing untuk membantu Adhit mendapatkan, apa yang hilang dari dirinya.

"Ayo. Sudah terlalu lama bagimu untuk istirahat"

Adhit menerima uluran tangan Crisrin untuk membantunya berdiri. Helaan nafas keluar begitu saja, ketika netranya menatap anak tangga lain. Lelah tentu saja, butuh waktu sekitar satu jam setengah Adhit mencapai lantai sepuluh. Deru nafas serta batuk-batuk mengisi sunyinya malam itu.

Jam sudah menunjuk pukul 09:00 dan kepalanya tiba-tiba pening, sebab tangga penghubung antar lantai 19 dan 20 buntung, aias hancur. Mungkin karena tak kuat menahan beban piano yang jatuh dari lantai di atas tangganya. Hanya tinggal satu lantai lagi dan Adhit bisa mencapai atap.

4 BRO!? {DISCONTINUED?}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang