My Biggest Regret

15.8K 1K 266
                                    

"Apa hari ini schedule saya padat?"

"Tidak, Pak. Hari ini bapak hanya memiliki 3 schedule. Pertama peninjauan ulang ke proyek baru pukul 09.00, lalu penandatangan kontrak investasi pada pukul 14.00 dan terakhir acara makan malam keluarga pukul 19.00 di restoran Western."

Jung Jaehyun atau lebih dikenal dengan nama Jeffrey Jung langsung menghentikan langkahnya saat mendengar jadwal terakhir yang disebut sekretaris pribadinya, Roséanne Park.

"Kamu cancel aja acara makan malam itu, saya ga mau datang." Ujar Jeffrey sambil membuka kancing jasnya lalu duduk di atas sofa.

Rosé menghela nafas, "Pak, bapak tau ga udah berapa kali bapak batalin acara makan malam ini?"

"Berapa?" Tanya Jeffrey malas.

"39 kali, dan kalo ini dibatalin lagi maka genap jadi 40 kali."

Jeffrey tertawa lepas mendengar jawaban Rosé. "Hebat banget ya gue, always break record again and again." Ucapnya bangga.

Tanpa permisi Rosé langsung duduk di depan bos besarnya, lalu dia meletakkan iPad yang sedari tadi dia pegang di atas sofa. Sekarang di ruangan ini hanya ada mereka berdua, jadi tidak ada yang namanya atasan dan bawahan. Yang ada hanya dua orang teman.

"Lo kenapa sih, suka banget nolak permintaan orang tua lo? Padahal cuman ngajak makan doang tapi susah nya minta ampun." Kesal Rosé.

"Kaya lo ga tau aja, inti dari acara itu apa." Ucap Jeffrey sambil membuka laptopnya.

"Siapa tau aja kali ini mereka beneran cuman mau ngabisin waktu sama lo. Lo aja yang nething duluan."

"Lo liat deh ini," Jeffrey memutar laptop nya ke arah Rosé. Di sana terdapat puluhan foto wanita yang dikirim kan ibunya beberapa hari yang lalu.

"Mereka semua siapa?" Tanya Rosé sambil memperhatikan foto nya satu satu.

"Perempuan yang mau di jodohin sama gue." Jawab Jeffrey sambil tersenyum pahit.

Jeffrey sudah berumur 32 tahun. Dia bukannya tidak laku hingga ibunya harus hilir mudik mencari wanita untuknya. Rosé tahu benar bagaimana pria ini bisa membuat para wanita terpesona hanya dengan sekali tersenyum. Jadi sudah pasti dia melajang bukan karna tidak laku.

Ini bukan soal perjodohan nya, tapi ini soal perasaannya. Hatinya masih terpaku pada satu nama, dan dia belum bisa membina rumah tangga lagi setelah perceraiannya bersama wanita itu.

"Jeff, ini udah tiga tahun." Lirih Rosé yang merasa kasihan.

"Gue tau Ros, tapi gue ga bisa." Jawab Jeffrey.

"Terus sampai kapan lo kaya gini? Hidup itu maju Jeff, bukan mundur. Orang nyusun masa depan sedangkan lo sibuk meratapi masalalu. Kalo kaya gini terus lo ga akan bahagia. Bahagia tuh di gapai bukan diem aja sambil mikirin dia yang udah ninggalin lo." Kesal Rosé.

Sejak perceraian Jeffrey tiga tahun yang lalu, sejak itu pula Rosé kehilangan sosok Jeffrey yang ceria. Selalu wajah dingin dan datar yang menyambutnya tiap kali bertemu dengan Jeffrey.

Lelaki itu sangat sering menimbulkan kekacauan, berpisah dengan wanita yang sangat dia cintai membuatnya begitu frustasi hingga dia butuh pelampiasan untuk mengurangi rasa ke frustasian nya.

Dan sebagai sekretaris, Rosé lah yang membereskan kekacauan yang Jeffrey buat. Wanita itu berusaha untuk melindungi apapun yang Jeffrey lakukan dan menutupi segala masalah yang Jeffrey timbulkan. Dan hal ini berlangsung sampai detik ini.

Sejujurnya Rosé lelah, dia sering berfikir kalau lebih baik mengundurkan diri saja karna Jeffrey sungguh merepotkan dirinya. Tapi setelah di fikir fikir lagi, meninggalkan Jeffrey di saat kondisinya terpuruk begini, bukan lah ide yang bagus.

MY BIGGEST REGRET✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang