🌹#13 Thirteen

3.2K 539 97
                                    

Dua minggu sejak Jeffrey di rawat di Australia, kondisinya pun semakin lama semakin membaik. Suho dan Irene selaku orang tua Jeffrey juga sempat datang ke rumah sakit untuk menemani putra semata wayangnya tersebut.

Sekarang mereka semua sudah kembali ke Korea. Tak terkecuali anak bungsu dari keluarga Park, Roséanne.

Karna kondisi Jeffrey tidak memungkinkan untuk bekerja, maka posisi nya sekarang di gantikan sementara oleh kakak perempuannya, Krystal Jung.

Sedangkan Rosé masih tetap bekerja sebagai sekretaris, cuman atasannya bukan Jeffrey lagi. Biasanya Rosé bekerja dari pagi hingga tengah malam, tapi Krystal meminimalisir jam kerjanya hingga Rosé bisa pulang lebih cepat daripada biasanya.

Rosé pribadi tentu saja senang. Karna ia tidak perlu memforsir tenaga nya untuk bekerja seharian.

Krystal bukan tanpa alasan melakukan hal itu. Rosé sangat di siplin dalam bekerja, dia sangat cepat dalam mengatur jadwal jadwal penting maupun pekerjaan yang lainnya. Karna cekatan setiap melakukan sesuatu, jadi Krystal meringankan sedikit beban kerja Rosé.

Sekarang hari sudah malam. Rosé baru saja tiba di kediaman Jeffrey di kawasan Gangnam, Seoul. Wanita dengan rambut panjang itu memencet bel rumah beberapa kali, sampai sang pemilik rumah tersebut keluar membukakan pintu untuknya.

"Selamat malam, Ma." Ucap Rosé sembari membungkuk memberi salam.

"Selamat malam sayang, ayo masuk. Di luar dingin." Ujar Irene sambil menarik pelan bahu Rosé untuk masuk ke dalam rumah besarnya.

"Jeffrey nya udah makan belum, Ma?"

"Belum, susah banget ngasih dia makan. Mana tadi dia sempet jatoh lagi di toilet."

"Apa?! Jatoh?" Jawab Rosé terkejut.

Irene mengangguk, "Iya, lututnya jadi lebam. Dia jadi makin males buat ngapa-ngapain."

Rosé paham benar apa yang Jeffrey rasakan. Dengan kondisinya saat ini pasti dia sangat merasa kesulitan. Rosé saja tidak bisa tenang jika mati lampu sebentar. Apalagi Jeffrey yang sudah beberapa Minggu ini tidak bisa melihat karna masih memakai perban.

Penderitaan nya tak sampai disitu. Sekarang saat ingin berjalan dia harus memakai tongkat, jika ingin makan dia terpaksa menggunakan tangan kirinya. Dan satu lagi, lututnya terasa ngilu saat dibawa berjalan.

"Kalo gitu Rosé boleh liat Jeffrey nya ga, Ma? Sekalian Rosé mau ngajak dia makan." Ucap Rosé sambil menunjukan satu kantong plastik berisi makanan.

"Boleh dong, sayang. Langsung ke atas aja. Dia ada di kamar."

•••

"Hi Jeff! Lagi ngapain tuh? Lagi ga ngapa ngapain ya? Daripada ga ada kerjaan mending kita makan aja." Ucap Rosé saat baru masuk ke kamar Jeffrey.

Lelaki itu sedang berbaring di atas tempat tidurnya seperti biasa.

"Lagi ga mau."

Rosé duduk disamping lelaki itu sambil membuka bungkusan makanannya. "Oh ga mau? Ya udah, Alhamdulillah. Untung aja kamu ga mau, jadi aku bisa makan semua CEKER PEDAS ini sendirian tanpa dibagi bagi!" Ujar Rosé setengah berteriak.

Kemudian Rosé mulai memakannya satu persatu, "Kamu tau ga Jeff, ini yang jual orang nya udah beda. Rasanya juga beda. Sekarang tuh lebih renyah, gurih, abis itu manis nya pas, pedesnya mantep udah gitu wanginya hmmmmm menggugah selera." Jelasnya sambil mengarahkan makanan tersebut tepat dibawah hidung Jeffrey.

MY BIGGEST REGRET✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang