🌹#20 Twenty

3.3K 502 173
                                    

"Kalau kamu marah soal waktu itu, aku minta ma'af." Ucap Jeffrey pada Rosé yang sudah bersiap-siap untuk pergi dari ruangannya.

Wanita berambut panjang itu terlihat membalikkan badannya lalu berjalan menghampiri Jeffrey lagi

"Kata ma'af itu ga akan berarti apa-apa kalau kamu tetap ngelakuin hal yang sama."

"Terus dengan kamu terus menghindar dari aku, masalah kita bisa selesai gitu? Enggak  kan? We have to talk, Rosie. Kalau kita gini terus kapan masalah kita bisa kelar?" Lirih Jeffrey lembut. Kemudian tangannya terulur memegang bahu mungil wanita cantik itu.

Rosé terdiam sejenak dengan tatapan yang masih tak terlepas dari Jeffrey.

"Soal Chae—"

"Stop. Aku ga suka kamu ngomongin dia. Kita udah punya perjanjian dari awal kan? Selagi kamu sama aku, kamu ga boleh ngomongin dia."

"Tapi kita berselisih karna dia, gimana bisa aku ga bahas soal itu?!"

"Aku bilang ga usah bahas, ya ga usah bahas!!! Kamu minta ma'af kan tadi? Okay sekarang udah aku ma'affin. Apalagi yang kamu mau? Kamu mau ngejelasin soal kemaren? Percuma! Mau ngejelasin kayak gimana juga ga akan merubah apa-apa! Hati aku udah terlanjur tergores, Mood aku udah terlanjur berantakan. Jadi kamu ga usah jelasin apa apa lagi ke aku, karna aku paham kalau aku bukan prioritas kamu!"

"—Dan satu lagi, berhenti bersikap seolah-olah aku adalah segalanya bagi kamu, Jeff. Karna aku tahu kenyataan nya ga kayak gitu!" Jelas Rosé sedikit emosional.

Jeffrey menghela nafas berat, "Ros..." Ucapnya sambil mencoba meraih tangan Rosé.

Tetapi Rosé langsung menepisnya, "Ah udah lah, aku capek! Kalau kamu emang ga menginginkan aku ada di kehidupan kamu, bilang aja sekarang. Biar kita bisa menjalani hidup masing masing, biar kamu bebas melakukan apapun dan biar aku bebas dari hubungan ga jelas ini!" Ujar Rosé dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca.

Seketika Jeffrey langsung menarik Rosé kedalam pelukannya, "Aku minta ma'af kalau selama ini kamu merasa tersisihkan. Aku minta ma'af karna keegoisan aku kamu jadi merasa tersakiti. Aku sama sekali ga bermaksud untuk melukai kamu, Rosé. Aku tahu dengan tindakan aku yang keliru membuat banyak masalah muncul untuk kamu, dan aku ga tau mau bilang apalagi selain kata ma'af. Tapi satu hal yang pasti, I don't want to lose you."

Dengan pelukan hangat dan usapan lembutnya membuat air mata Rosé jatuh. Dada nya terasa sangat sesak mendengar segala ucapan yang Jeffrey lontarkan.

"Udah dong sayang, Jangan nangis gini..." ucap Jeffrey sembari menangkup kedua pipi Chubby  milik Rosé.

"I don't wanna see you cry."  Tambah Jeffrey sambil mencoba menghapus buliran air mata Rosé yang mengalir dengan ibu jarinya.

Sedangkan Rosé masih tetap bungkam dengan segala hal yang Jeffrey jelaskan.

"Aku tahu kamu kesel sama aku, tapi udahan ya kesel nya? Udahan juga marah, ngambek dan menghindarnya. Aku ga suka kalau kamu menjauh dari aku kayak yang kamu lakuin sekarang. Iya emang bener aku salah, tapi jangan pernah berfikir untuk pergi dari aku, ya cantik? Kalau kamu merasa bahwa kamu bukan siapa siapanya aku, kamu salah besar. Karna sesungguhnya bagi aku kamu adalah sebuah penopang. If you're not here, I can't walk. Itu sama dengan kepergian kamu akan ngebuat dunia aku berhenti berputar. So you are an important person in my life, Rosie."

"—You are an important person." Ucap Jeffrey lebih menekankan kembali kata kata nya.

"You just said I'm someone important, not someone you love." Lirih Rosé pelan dengan tatapan sayu nya.

MY BIGGEST REGRET✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang