🌹#14 Fourteen

3.2K 519 102
                                    

Rosé POV

Ada beberapa hal di dunia ini yang tidak akan kita ketahui jika kita tidak mencoba mencari tahu. Tiap pertanyaan yang ada dimuka bumi ini selalu butuh sebuah jawaban. Sama seperti pertanyaan yang baru gue ajukan ke Jeffrey Jung malam ini.

"Kalau aku bilang aku cinta sama kamu, apa jawaban kamu?" Tanya gue dengan begitu beraninya.

Bagi gue, ga masalah kalau Jeffrey menganggap pertanyaan gue itu bermakna seperti sebuah pengungkapan rasa cinta. Karna sesungguhnya memang seperti itulah keadaannya.

Yang paling tahu perasaan gue itu cuman gue.

Gue ga gampang nangis. Gue paling bisa mengontrol diri kalau lagi terjebak dalam kondisi yang memicu perselisihan. Dan yang paling penting, gue ga akan pernah pergi sebelum menyelesaikan masalah.

Tapi setelah bersama Jeffrey semua hal terjadi di luar kendali gue.

Gue jadi gampang nangis apalagi kalau udah liat dia kesakitan. Gue jadi emosian padahal seharusnya gue ga perlu gitu. Dan bukannya menyelesaikan masalah, gue justru pergi tanpa pamit ninggalin dia waktu di Australia.

Semuanya jadi serba ga wajar. Dan ketidakwajaran ini lah yang gue sebut sebagai cinta.

"Ini kamu cuman sekedar nanya apa emang lagi mengungkapkan perasaan?" Tanya Jeffrey.

"Dua dua nya." Jawab gue tanpa ragu.

Gue lihat Jeffrey menggaruk tengkuknya. Kayanya dia bingung mau jawab apa.

"Kok diem aja? ga berani jawab?" Ledek gue sambil menyenggol lengan kirinya.

"Bukannya ga berani jawab, tapi takut salah jawab."

"Kalau aku bilang I love you, aku sama sekali ga berharap kamu akan bilang Yeah, I love you too. Bukan itu jawaban yang ingin aku denger, Jeff. karna aku juga tahu, kalau kamu ga akan mungkin ngasih jawaban kayak gitu ke aku."

Gue emang berani mengungkapkan perasaan gue duluan. Tapi gue juga tahu posisi dan tahu batasan.

Disini gue sama sekali ga menuntut Jeffrey untuk membalas perasaan gue. Tapi gue cuman pengen denger gimana jawaban dia saat tahu perasaan gue yang sebenernya untuk dia itu kayak apa.

Karna ngeliat Jeffrey yang cuman diem mematung dan ga ada tanda tanda mau ngomong gue jadi mikir, apa jangan jangan timing  buat bicarain ini kurang tepat ya?

Tapi kalau bukan sekarang, terus kapan lagi?

Enggak, ini ga salah. Cepat atau lambat pembahasan kayak gini juga bakalan terjadi diantara gue dan dia. Entah karna dia yang ngomong duluan atau sebaliknya.

"Kamu tahu ga Jeff, waktu aku kecil Papa sering banget bilang, Kalau kita sayang sama seseorang, maka ucapkan. Buat dia tahu kalau kita sayang ke dia. Pas aku tanya kenapa, Pa? Kamu tahu ga apa jawaban Papa?"

"Apa?" Tanya Jeffrey.

"Papa bilang, Paling ga saat dua orang dipisahkan oleh takdir, mereka udah tahu gimana perasaan masing-masing."

Setelah gue ngomong gitu, tiba tiba Jeffrey duduk di depan gue. Ya kaget lah gue.

"Jangan bikin aku takut, Ros." Ucapnya. Gue ga tau apa yang bikin dia keliatan panik kayak sekarang. Apa gue salah ngomong?

"Takut kenapa?" Tanya gue bingung.

"Kamu ngomong gitu seolah olah kita akan terpisah dan kamu akan pergi jauh dari aku." Jawabnya dengan nada yang bener bener serius.

Gue ketawa, "Aku kan bukan orang yang istimewa. Harusnya kalaupun aku pergi, ga akan berarti apa apa untuk kamu. Iya kan?"

Jeffrey berdecak, "Enggak gitu! Kata siapa kamu bukan orang istimewa? Kata siapa kamu ga berarti? Apa aku pernah bilang kamu bukan orang penting?!" Kesalnya.

MY BIGGEST REGRET✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang