🌹#24 Twenty Four

2.7K 368 169
                                    

"Oci... Oci... Main yuk?"

Rosé berdecak, "Anak komplek mana sih yang manggil manggil gue?!" Gumamnya sambil melirik ke arah pintu yang sedang di ketuk ketuk oleh seseorang. Padahal jam baru menunjukkan pukul tujuh pagi tetapi sudah ada yang datang untuk mengganggunya.

"Bu Park, kok diem aja sih? Aku masuk ya?" Tanya Jeffrey sembari membuka pintu.

Dan lelaki itupun menemukan Rosé masih tertidur dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Rosé tahu kalau yang datang itu pacarnya. Cuman dia lebih memilih untuk pura pura tidur saja.

"Ci, ke lantai atas yuk sarapan? Aku laper banget nih." Adu Jeffrey seraya mencubit hidung Rosé agar kesusahan bernapas.

Rosé langsung memukul tangan Jeffrey, "Pesen aja lah, sayang. Kan ada room service !" Jawab Rosé dengan mata yang masih setia terpejam.

Jeffrey menggeleng lalu ia berbaring masuk ke dalam selimut. "Hari ini hari pertama musim dingin di China. Aku tadi udah ke lantai atas buat reservasi tempat yang di deket jendela. View nya cantik... banget! Kamu pasti suka deh liatnya." Jelas Jeffrey dengan mata berbinar.

Dan saat Rosé membuka mata, wajah Jeffrey lah yang pertama kali ia lihat. "Secantik itu view nya?" Tanya nya.

Lelaki itu dengan cepat mengangguk, "Tapi kalau di bandingin sama kamu view nya masih kalah cantik, sih. Kan kamu cantiknya ga terkalahkan." Jawab Jeffrey tertawa. Kedua matanya sampai tak terlihat  digantikan oleh dua lesung pipinya yang menggemaskan.

"Ahahaha, GEMBEL."

"GOMBAL!"

"Gombal itu bukannya yang—"

"—Udah! udah! udah! Malah main tebak tebakan."

"Sensi amat, Pak."

"AKU TUH LAPER BANGET TAU! Kalau aku meninggoy disini gimana? Mana kita belum nikah. Anak belum punya. Harta banyak, uang berlimpah, mobil ratusan. Kalau aku ga ada, terus siapa yang mau ambil alih, coba?!" Jelas Jeffrey dramatis. Rosé hanya bisa ternganga lebar mendengar segala omong kosong yang Jeffrey lontarkan.

"Ya udah ya udah, ayo makan. Jangan sampe aku jadi janda duluan cuman karna kamu ga sempet sarapan." Lirih Rosé sembari berdiri menarik Jeffrey untuk pergi ke Restoran yang berada di lantai 19.

°°°

"Jalannya jangan lamban gitu dong, nanti ketinggalan, nangis, terus di culik orang, kan kasian aku." Lirih Jeffrey sembari membalikkan badannya menunggu Rosé yang berjalan agak jauh dibelakang.

Rosé berlari kecil lalu meraih tangan Jeffrey yang dari terulur menunggunya, "Aku yang di culik kenapa kamu yang harus di kasihanin?"

"Ya iyalah! Gimana ga kasihan kalau aku harus kehilangan orang yang paling aku sayang?" Goda Jeffrey sambil mengecup pelan kepala Rosé. Rosé hanya tertawa kecil menanggapinya.

Karna pada dasarnya, Pria dan gombalannya adalah dua hal yang tidak akan terpisahkan. Seringkali orang orang menganggap gombalan itu cuman sekedar omong kosong yang tak perlu di dengarkan. Karna semuanya hanyalah kebohongan.

Tapi terkadang hal tersebut bisa menjadi fakta, tergantung dari mulut siapa gombalan itu terlontarkan. Ya, meski terdengar bercanda, tapi bukankah memang begitu cara manusia memadu kasih selama ini?

"CIAHHH ADA YANG NEMPEL TAPI BUKAN CICAK." Teriak Haechan saat melihat dua sejoli itu bergandengan tangan memasuki Restoran.

MY BIGGEST REGRET✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang