🌹#6 Six

4.2K 683 139
                                    

Pagi itu, hari sudah menunjukkan pukul sembilan. Jeffrey baru kembali ke kantor setelah selesai meninjau lokasi pembangunan untuk anak cabang perusahaan nya.

"Karina." Panggil Jeffrey.

Wanita bernama Karina itu langsung berlari kecil menghampiri atasannya. "Iya, Pak?"

"Hmm, Saya perhatikan dari tadi Rosé tidak ada di meja nya. Apa hari ini dia tidak datang bekerja?"

"Oh iya, Pak. Mbak Rosé hari ini lagi cuti."

"Cuti?"

"Iya. katanya, dia sedang tidak enak badan. Jadi dia tidak bisa masuk bekerja hari ini."

Wah, apa apaan ini? Dia sakit tapi kekasihnya sama sekali tidak tahu? Ini antara Rosé yang sengaja menyembunyikan nya atau memang karna Jeffrey nya yang tidak pernah bertanya?

Ya memang sih, mereka tidak sesering itu untuk bertukar kabar. Lagi pula mereka hampir menghabiskan 16 jam di kantor disetiap hari nya. Dan seingat Jeffrey kemarin Rosé baik-baik saja.

Tapi kenapa hari ini tiba-tiba wanita tahan banting itu sakit?

Dan kenapa Jeffrey rasanya jadi tak tenang?

Apa ini yang dinamakan dengan khawatir?

"Satu jam lagi saya ada rapat dengan klien, tapi sepertinya saya tidak bisa hadir karna ada keperluan mendadak. Jadi bilang ke Taeyong untuk mengganti saya memimpin rapatnya. Paham?"

"Tapi pak, bukannya para investor ingin bapak yang memimpinnya langsung?"

"Ya iya, tapi saya ada urusan lain yang jauh lebih penting dari rapat ini."

"Urusan apa pak?"

"Ini tentang masa depan saya, kamu tidak usah banyak tanya."


Kalian sudah pernah belum mengkhawatirkan seseorang yang tiba-tiba menghilang?

Bagaimana rasanya?
Menyusahkan hati, memusingkan kepala, dan menambah beban pikiran bukan? Sebelum tahu kabar nya, kita tidak akan pernah tenang.

Betul tidak?

Jeffrey terlihat kesal karna Rosé tidak mengangkat telefon nya. Ia sudah mengirimi puluhan pesan tetapi tidak satupun yang Rosé baca. Menyebalkan.

Tak butuh lama untuk sampai ke tempat Rosé tinggal. Jeffrey keluar dari mobilnya sambil membawa banyak sekali obat. Mulai dari obat demam, obat sakit gigi, sakit perut, sakit kepala sampai obat sakit jiwa Jeffrey bawa.

Semua jenis obatnya ada. Kecuali untuk obat patah hati. Jeffrey sudah mengeceknya di Tokopedia ataupun shopee. Tapi sepertinya obat yang satu itu memang tidak di produksi.

Kalau kata Mama Irene sih, obat patah hati terbaik itu ya jatuh cinta kembali.

Tok! Tok! Tok!

"Rosie! Kamu di dalem?"

"Ini aku, Jeffrey!"

"Ros?"

Ceklek

Pintu apartemen itupun akhirnya terbuka. Tuan rumahnya memang terlihat sedikit tidak sehat. Jeffrey dapat melihatnya dari raut wajah Rosé yang lesu dan pandangan Rosé yang sayu. Belum lagi bibirnya terlihat pucat sekali, begitu jauh berbeda dari biasanya.

MY BIGGEST REGRET✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang