Dua puluh enam

45 9 0
                                    

Suasana hening, mungkin lebih tepatnya canggung. Sejak Farel menceritakan apa yang terjadi, Melli jadi merasa bersalah karena dirinya penyebab Farel dan Theo bertengkar. Farel sebenarnya tak ingin berada di situasi seperti ini namun Melli bersikeras memaksanya untuk bercerita, Farel tahu jika semuanya akan seperti ini.

"Lo kenapa bawa gue kesini?" tanya Farel agar suasana tak lagi canggung.

"Ah, itu. Se--sebenarnya ini tempat yang sering gue datengin saat istirahat." ujar Melli

"Sama Arya?"

Melli diam, tak ada niatan menjawab. Membuat Farel menghela nafas, sekarang ia tahu kemana Melli dan Arya pergi saat jam istirahat, kenapa Melli menyembunyikan ini bahkan Arya pun selalu mengalihkan pembicaraan jika Farel menanyakan hal itu.

Farel berdiri, jalan mendekat ke arah pintu, bukan untuk keluar tetapi untuk menelusuri setiap sudut ruangan. Menatap setiap alat musik yang ada, tempat ini adalah ruang musik yang sudah tak terpakai namun tempat ini masih sangat terawat dan juga sangat bersih jadi tak heran jika Melli sering pergi kesini. Tempatnya sangat nyaman.

"Apa pas lo ketiduran disekolah lo juga tidur disini?"

Melli mengangguk, matanya masih terus menatap Farel yang asik menyentuh alat-alat musik disini, "Lo udah dapet izin buat sering kesini, setahu gue di sinikan gudang buat alat musik." ucap Farel.

"Bu Fitri yang ngasih izin ke gue."

"Gue perhatiin lo deket banget sama bu Fitri, bahkan saat lo kambuh di sekolah pun bu Fitri yang langsung datang."

"Bu Fitri teman kak Vanya, lo pasti ingetkan dulu kak Vanya selalu bawa temen ke rumah gue dan ternyata temen kak Vanya dulu jadi guru disini."

Ah, sekarang Farel mengerti, pantas saja Fitri selalu siaga menjaga Melli. Farel memang tak begitu ingat wajah Fitri namun Farel tahu saat kecil Vanya memang kerap kali mengajak seorang temannya dan ternyata teman yang selalu diajak Vanya adalah gurunya sendiri.

"Kalau gue ikut lo makan disini boleh?"

***

Kerin menatap Theo kesal. Bagaimana tidak, cowok itu berjanji akan membuat Melli malu tetapi malah membuat keributan pada Farel. Ya, keduanya menjalin hubungan. Sudah cukup lama sejak mereka masuk sekolah, dan tentu saja hal itu membuat Theo ikut-ikutan tidak menyukai Melli karena terhasut oleh Kerin.

"Aww."

Theo meringis saat lukanya ditekan oleh Kerin dengan sengaja. Gadis itu memang sengaja melakukan itu sebab rasa kesalnya masih berada dibenaknya. Tanpa menghiraukan Theo yang kesakitan Kerin tetap melakukan aktivitasnya itu.

"Aduh, pelan-pelan dong."

"Ini juga udah pelan, lagian siapa suruh berantem sama Farel gue bilangkan bikin malu Melli bukan bertengkar dengannya." ucap Kerin.

"Gimana gue mau ngelakuin itu kalau Farel selalu jadi tameng Melli."

Kerin menghela nafas, memang sedikit sulit baginya untuk membuat Melli malu terlebih sejak Farel selalu melindunginya. Bukan hanya Farel bahkan sekarang teman-teman Farel pun ikut serta dalam melindungi Melli, benar-benar menyebalkan.

***

Melli mengindahkan perhatiannya ke seluruh penjuru rumahnya. Benar-benar hening dan sepi hanya ada beberapa pelayan dirumahnya dan tak ada siapapun. Ayolah ini sudah pukul sembilan malam dan kakaknya belum juga pulang, apa sesibuk itu ditempat kerjanya. Biasanya kakaknya akan pulang saat jam delapan atau kalau tidak setengah sembilan, tapi sudahlah bisa jadi juga kan Vanya pulang terlambat karena macet dijalan. Lagi pula dirinya bukan lagi anak kecil yang harus takut di rumah kecuali saat hujan. Lebih baik Melli tidur sekarang dari pada menunggu kakaknya, ia yakin saat membuka mata nanti, Vanya pasti sudah ada di rumah.

Ombrophobia (COMPLATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang