Sembilan

100 10 0
                                    

Vanya memutuskan untuk bertemu dengan temannya. Sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan temannya sejak dirinya sibuk. Entah itu pekerjaannya atau tentang kehidupannyan.

Vanya merasa jiwanya tenang hanya dengan secangkir kopi panas dan alunan musik yang ada dicafe ini. Seolah beban selama ini terangkat begitu saja, nyaman dan tenang. Vanya selalu senang situasi seperti ini.

Hingga atensinya mengarah pada seseorang baru saja membuka pintu dan saat itu jugalah Vanya tersenyum.

"Maaf telat."

"Santai aja."

Seseorang itu duduk dihadapan Vanya sambil tersenyum. "Bagaimana kabar lo Fit?" tanya Vanya

Orang yang baru saja dipanggil Fit oleh Vanya adalah Fitri. Sosok teman semasa sma dan kuliahnya. Awalnya mereka masih sering bertemu, tapi sejak kesibukan yang mereka berdua jalani mereka jadi lebih jarang bertemu.

"Gue baik. Gimana kabar lo sama adik lo?" tanya Fitri balik

"Seperti yang lo liat, gue baik dan adik gue juga baik. Ya, meski suka kambuh traumanya. Ouh, iya, sekarang lo kerja apaan?"

"Gue guru sekarang. Lo sendiri, masih nerusin perusahaan ayah lo?"

"iya, mau gimana lagi. Ouh iya, ngomong-ngomong lo guru disekolah mana?" tanya Vanya

"Gue guru disekolah Sekar indah satu. Dan lo tau, gue akhirnya udah diperbolehkan memegang kelas. Ya setelah lama bekerja disana, akhirnya gue bisa juga jadi wali kelas." ujar Fitri

"Loh, adik gue kan sekolah disana. Dia beru masuk tahun ini." ucap Vanya antusias

"Benarkah? Adik lo udah mau sekolah ditempat umum?"

"Iya, adik gue kelas satu-Ipa2." ucap Vanya

"Itukan kelas yang gue pegang. Ah, gue lupa wajah adik lo, bisa lo tunjukin fotonya."

"Ini."

"Ah, iya gue tau ini. Maaf gue sempat lupa wajah adik lo." ucap Fitri

"Iya gak papah. Fit, gue mohon tolong jaga Melli. Gue takut dikambuh disekolah."

"Tanpa lo suruh pun gue bakal jagain Melli buat lo."

Vanya yang mendengar itu tersenyum bahagia karna adiknya yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya. Perbincangan tidak sampai disitu, keduanya mulai membahas hal lain yang membuatnya bisa menghilangkan rindu. Suara tawa pun terdengar sangat renyah dan ya setidaknya Vanya bisa menghilangkan rasa lelahnya dengan berbincang hangat dengan temannnya.

***

Farel tampak risau, pasalnya sejak kejadian tadi Melli belum kembali kedalam kelasnya. Bahkan guru sudah ada didalam kelas pun batang hidung Melli belum terlihat sama sekali. Hingga lamunannnya buyar begitu saja saat guru didepan memanggil nama kelompoknya.

"Lo dipanggil tuh dari tadi." ucap teman sebelahnya

"Iya, gue denger."

Farel langsung bangkit dan menyerahkan tugasnya.

"Denger tapi diem aja." teman sebangkunya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Farel menyerahkan tugasnya dan kembali pada tempat duduknya. Namun ada ucapan sang guru yang membuatnya harus menahan langkahnya.

"Kenapa hanya dua nama yang tercantum. Bukankah satu kelompok tiga orang?" tanya guru tersebut.

"Apa orang yang tidak mengerjakan tugas juga harus ditulis. Maaf pak, alasan saya tidak menulis nama Kerin karena sendiri yang tidak mau membantu dan mengerjakan tugas."

Ombrophobia (COMPLATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang