11

298 66 21
                                    


.

.

.

"Aliandra sama teman-temannya udah masuk, Ly." Putri berkata setelah duduk di tempatnya. "Oh? Serius? Di mana dia sekarang?" tanya Illyana antusias. Hal itu membuat Putri mengernyit heran sekaligus merasa aneh. Padahal kemarin-kemarin dia terlihat begitu sebal saat mendengar fakta Aliandra dan teman-temannya membolos selama seminggu.

"Ya mana aku tau. Aku aja dengar dari gosip anak-anak."

Illyana memberengut. "Kenapa? Tumben banget kamu nanyain mereka." Sambung teman sebangkunya yang membuat Illyana tambah masam. "Ada urusan sama Ali." jawabnya lesu. Putri, gadis di sampingnya tiba-tiba tertawa.

"Heh? Kok ketawa? Gak ada yang lucu ih."

"Sori—haha—maaf deh." kata Putri di sela tawanya. "Masa aku tiba-tiba kepikiran kalau kamu ada apa-apa sama Aliandra, Ly. Semacam dia tuh gebetan kamu, makanya kamu senang mau ketemu sama dia."

"Tapi kamu lesu karena gak tau dia di mana."

Plak.

"Aduh! Kok aku dipukul sih?" protes Putri tak terima. Dia mengelus area bahu yang jadi sarang rasa sakitnya itu. "Jangan ngarang deh kamu. Gak mungkin lah jadi kenyataan."

"Jangan-jangan kamu berharap jadi nyata ya? Cieee~"

Mata Illyana membulat. "Ngaco!" bantahnya dengan cepat. "Eh, masih sakit ya? Padahal aku mukulnya pelan." Gadis itu menatap tangan Putri yang belum berhenti mengusap daerah bahu. Dengusan pelan keluar dari gadis berkacamata di sampingnya. "Udah, nggak."

"Oh iya. Coba kamu tanya anak-anak di depan tuh. Gerombolannya pengikut the four. Pasti mereka tau di mana bosnya." Putri menunjuk sekumpulan muda-mudi yang selalu heboh di depan kelas dan caper ke semua orang. Sejak awal, mereka memang terbiasa ada di mana-mana, terutama di kelas XI IPA 2. Kebanyakan mereka berasal dari jurusan IPS yang nongkrong di koridor IPA. Entah apa motivasinya.

Sekarang gantian Illyana yang mengeluarkan dengusan malas. "Gak ah. Palingan dicuekin." Dia mengangkat bahu sekali. "Lagian waktunya masih lama, jadi gak perlu buru-buru." lanjutnya tak peduli.

"Emang ada urusan apa sih sama Ali?" tanya Putri dengan rasa penasarannya yang belum juga terobati. "Hukuman dari pak Dodi."

Putri mengangguk paham, "jadi kalian disuruh ngapain?"

"Ada lah. Ribet. Apalagi kalau sama Ali."

Gadis itu mengernyit bingung. Belum nyambung sama omongan absurd dari kawan sebangkunya. Tapi melihat gurat wajah Illyana yang kembali masam akhirnya Putri mengurungkan niatnya untuk kepo lebih jauh. Daripada kena getahnya nanti.

***

"Aliandra!"

"Aliandra! Tunggu bentar!"

"HEH! ALIANDRA! KAMU BUDEG YA?!"

Pada akhirnya langkah lelaki itu berhenti. Dia bergeming sampai Illyana tiba di hadapannya dan sibuk menetralkan napas. Aliandra menyunggingkan senyum miring sekilas. "Ka—hah, kalo dipanggil tuh, huh huh. Nengok kek. Berapa banyak kotoran telingamu itu sih? Sampai gak dengar aku panggil dari tadi?"

Aliandra mengangkat sebelah alisnya heran, "oh lo panggil gue?"

Direspon seperti itu, Illyana balik menanggapinya dengan raut tak percaya. Dia berdecak kesal, "emang kamu pikir siapa lagi yang namanya Aliandra di sini selain kamu?" Gadis itu mulai mengomel. Baru berhenti saat dia sadar kalau cowok di depannya juga mulai tersulut emosi. Kalau masih berlanjut, mungkin bukan hanya tatapannya, tapi juga tangan lelaki itu yang bergerak untuk memukulnya. Aduh! Illyana bergidik ngeri hanya untuk membayangkannya.

COLD BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang