16

153 41 1
                                    

***
Setelah hukuman diputuskan, Illyana harap tak membuang waktu lebih banyak lagi. Dia tak ingin menunda seperti sebelumnya. Karena bagaimanapun juga, sudah terlalu lama Illyana terjebak dalam situasi bernama hukuman dengan Aliandra. Memikirkannya rangkaian peristiwanya saja Illyana sudah kebas. Dia yang dulunya begitu anti keluar masuk ruang BK, sekarang malah merasa semakin akrab dengan bu Nadia. Guru konseling yang terkenal dengan kegalakannya. Hah. Illyana tak tahu harus tertawa atau bangga dengan fakta ini.

Persetan apapun itu. Illyana berambisi untuk mengakhiri segala keterlibatannya dengan Aliandra. Sebelum kebencian mengakar di hatinya. Gadis itu tak ingin menambah musuh. Cukup sudah dengan segala tuntutan yang ia emban sebagai anak bungsu. Yang dipaksa agar mengikuti jejak kesuksesan kakaknya. Tidak dengan yang lainnya.

Ketika waktu KBM telah berakhir, bu Diana menahan Aliandra dan Illyana. Jelas tujuannya, Illyana telah menebak ini pasti ada hubungannya dengan hukuman dari bu Nadia. Tak seperti pak Dodi yang cukup cuek dan hanya duduk tenang menunggu inisiatif dua muridnya, bu Diana justru langsung gerak cepat mengambil tindakan. Situasi macam ini membuat Illyana sedikit kewalahan. Sebab bu Diana sendiri yang memainkan peran untuk menaklukan dua murid yang dinilai begitu badung untuk memohon hukumannya sendiri.

Seperti biasanya, pembawaan guru yang satu ini selalu berwibawa hingga membuat beliau disegani. Beberapa murid bahkan mengungkapkan bahwa tidak lagi segan, mereka bahkan takut hanya dengan berpapasan dengan beliau. Karena melewatinya yang punya seribu mata hingga kesalahan setitikpun akan terlihat. Ketika bu Diana mengerutkan kening dan menatap Aliandra yang duduk malas-malasan, beliau langsung menegurnya. "Aliandra, berdiri. Rapikan pakaianmu dan duduk yang benar."

Dengar, Aliandra pun bisa patuh. Illyana makin cemas saat menyadari bahwa ini adalah kesempatan eksklusifnya untuk dikenali sang wali kelas beken. Dia sesekali melirik Aliandra dan sekali lagi tak bisa menghilangkan rasa cemas itu. Meski Illyana sudah memperingatkan Aliandra untuk jaga sikap, Illyana tak berhenti khawatir.

Bu Diana beranjak ke kursi guru setelah memanggil keduanya agar ikut duduk di hadapan beliau. Lihat, langkahnya pun begitu anggun. Layaknya keturunan ningrat. Di belakang, Illyana mencoba praktek mengikutinya. Dan membuat Aliandra mendengus geli. "Dasar caper," gerutunya sangat pelan.

Illyana mendengarnya dengan jelas namun dia tak peduli. Lagipula yang dilakukannya ini adalah hal random demi mengurangi kegugupannya.

"Ibu gak akan menghukum kalian dengan hukuman yang susah. Seperti yang dijelaskan sama bu Nadia kepada kalian, sekarang ibu yang akan ambil alih hukuman kedua dan ketiga sekaligus."

Illyana mengangkat muka tak percaya. Ketika melihat ekspresi serius sang wali kelas, Illyana tak bisa menahan kegembiraannya. Baguslah kalau begitu, pikirnya. "Jadi, apa hukuman buat kami Bu?"

Bu Diana menyunggingkan senyum tipis. "Kamu terlalu tidak sabaran, Nak. Baru kali ini saya ketemu sama anak yang ingin dihukum seperti kamu."

Illyana tertunduk malu. Nyalinya langsung menciut. Kalau begini Illyana pesimis gurunya memberi tugas yang mudah.

"Lupakan," ujar bu Diana sambil meraih map yang dibawanya. "Ibu sudah bawa salinan statistik hasil belajar kalian di semester satu dan dua kemarin. Dilihat dari sisi akademis, kalian tergolong berlawanan. Illyana sempat masuk ke peringkat sepuluh besar semester satu dan menurun di semester dua di peringkat dua puluh besar. Sedangkan untuk Aliandra sendiri, kamu masih stagnan di deretan sepuluh besar terakhir." Bu Diana tak bisa menahan hela napas kerasnya. "Tadinya saya dan bu Nadia berencana meminta kalian buat belajar bersama. Tapi, saya menahan diri dan ingin mendengar pendapat kalian dulu. Apa kalian keberatan?"

"Kami? Belajar bersama? Gak salah, Bu?"

Bu Diana menatap Ali dengan geli, "Memang menurutmu salahnya di mana?"

COLD BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang