8

297 69 17
                                    

.

.

.

Bukan the Four namanya kalau terjebak hukuman dalam jangka waktu lama. Bukan the Four juga namanya kalau ngeles gak selancar jalan tol. Saat yang lain sedang sibuk beberes kelas berlanjut ke perpustakaan, ke empat anak ini malah melipir ke kantin. Membuat yang lain menggerutu tak terima karena jam pulang mereka diperlambat karena ini. Padahal mereka yang menyebabkan satu kelas dapat hukuman, tapi malah lari dari tanggung jawab.

Dasar kurang ajar!

Illyana bukan satu-satunya anak yang pulang dengan wajah masam, penuh kotoran debu, dan bau keringat yang menyengat. Hampir semua anak senasib sepertinya. Memang hari Rabu yang menyebalkan!

Kalau sudah seperti ini, Illyana jadi berangan dan ingin mempercepat waktu supaya ia cepat-cepat lulus dan pergi untuk melanjutkan kuliah. Seperti Kakaknya yang telah ada di semester lima dan kelihatan santai sekali menjalani aktivitasnya sampai bisa mengambil beberapa kegiatan di luar lingkup perkuliahannya.

Sedang sibuk memikirkan banyak hal, ia terkejut begitu hampir menabrak Aliandra di pintu masuk kelas. Hampir saja Illyana terjengkang ke belakang kalau saja ia tidak refleks memegang lengan Ali sebagai penopang.

Sebentar. Ada jeda sekitar lima menit—mungkin—mereka terdiam. Atau hanya Illyana yang tampak termangu, karena tak ada perubahan ekspresi apapun dari wajah cowok itu.

Illyana terkesiap saat tangannya dihempas begitu saja oleh Ali. Kali ini dia betulan jatuh di lantai dengan suara yang terdengar keras. Pantatnya saja sampai ngilu ketika ia merintih bangkit. Sedangkan si pelaku tanpa rasa bersalah masuk melewatinya. Dan Illyana sempat melirik kalau lelaki itu tersenyum miring, mengejek. Tipis banget tapi—kelihatan tampan, masa?

Aduh! Illyana! Apaan sih, kamu? Kamu baru aja jatuh karena dia tau!

"Hei! Itu gak sopan tau, harusnya kamu minta maaf!" gertak Illyana tak terima. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Dia menatap tajam punggung Aliandra yang baru saja hendak berlalu, namun tertahan karena teriakan Illyana yang menggema di koridor yang telah lengang. Jelas, karena siapa yang masih di sekolah sewaktu jam pulang sudah lewat dari dua jam yang lalu?

Aliandra berbalik, matanya menatap tajam Illyana yang langsung terkesiap. Dia melangkah maju, selangkah, dua, tiga, empat langkah sampai berada persis di depan gadis itu. "Ogah!" katanya dengan sorot matanya yang sinis. Cuma itu. "Dasar tukang ngadu." dengusnya kasar. Dia berbalik tanpa basa-basi meninggalkan Illyana yang berkerut kesal.

"Aku? Tukang ngadu?

Belum minum obat kamu? Sok tau banget jadi orang, emang." ucapnya keras begitu Aliandra sudah cukup jauh. Sehabis itu Illyana tertawa kecil. Sampai tak sadar begitu ia melangkah, ternyata sosok yang disangkanya telah berlalu pergi itu kembali tertahan. Jadi, apa lagi kali ini?

Setelah tadi mengatainya tukang ngadu, apa yang akan terlontar dari mulut tajamnya sekarang?

Atau hanya perasaan Illyana yang kegeeran saja kalau cowok itu sedang menunggunya untuk bicara lagi makanya dia berhenti?

Persetan! Illyana hanya perlu melewatinya tanpa perlu menganggap keberadaannya kan? Bisa saja dia menunggu orang lain, teman misalnya?

Gadis itu betulan melewatinya dengan langkah tergesa. Langit yang semakin menggelap tidak membantu sama sekali. Malah mengubah suasana menjadi tambah mengerikan.

"Lo." Suara Aliandra terdengar lagi. Tapi Illyana makin mengabaikannya.

Sampai lengannya kedapatan dicekal oleh Ali dan dia refleks mengentaknya dengan keras. Bukan Cuma Aliandra yang bisa pasang muka galak. Dia juga bisa!

COLD BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang