***PR~
Tugas makalah~
Hukuman bu Nadia~
Karya sastra untuk pak Dodi~
Ulangan Tengah Semester~
Apalagi ya?
Illyana mengetuk dagunya beberapa kali. Benaknya memikirkan soal banyak hal. Usianya belum masuk dewasa, tapi sudah dipusingkan dengan banyak hal. Dia mengerang, "kalau tau jadi dewasa bakal lebih rumit dari ini, mending jadi anak kecil aja." keluhnya. Tidak, dia tidak mengalami sindrom Peter Pan kok. Illyana cuma teringat iklan lama saking menghayatinya.
"Nih, makan dulu. Jangan cari penyakit kalau lagi ngerjain tugas."
Illyana menoleh ke sumber suara. Sedikit tersentak saat mendapati Putri yang duduk di sampingnya dan mengulurkan sebungkus plastik isi jajan. Ah iya. Sudah berapa lama dia tak bersua dengan teman sebangkunya ini? Seminggu? Sebulan? Setahun?Gila! Illyana menggeleng pelan. Menepis pemikiran absurdnya. Gadis berkaca mata di sampingnya tak begitu menghiraukan tingkah Illyana. Dia mulai sibuk bercerita banyak hal kepadanya. Mengabaikan perhatian teman-teman kelasnya yang terusik dengan suara hebohnya.
Benak Illyana berkelana ke mana-mana. Dia tak menggubris cerita menggebu yang disampaikan Putri. Ada perasaan menggelitik ketika memikirkan tentang seseorang. Dia yang akhir-akhir ini mengusiknya.
Kemudian secara kebetulan dia melihat Aliandra yang memasuki kelas bersama antek-anteknya.Sekejap, ia teringat soal 'hukuman' lagi. Illyana gelagapan mengecek kalender lewat ponsel.
Anjir!
Besok adalah tenggat waktu yang diberikan Pak Dodi untuk keduanya menyelesaikan karya sebagai hukuman. Dia sudah mengabaikannya dan terlalu santai. Illyana terus ragu dan menunda seolah waktu bakal berhenti dengan kehendaknya. Akhirnya dia kelabakan sendiri.
Mana belum mikir apa-apa. Tau-tau besok harus sudah dikumpul!
Wajah Illyana memelas saat memandang Aliandra yang duduk cuek di bangkunya. Kembali ragu, datengin ga ya?
Tapi kalau marah lagi, gimana?
Illyana menggeleng. Gak papa, gak papa. Asal gak dimarahin Pak Dodi lagi. Mending kena amuk Aliandra aja.
"Ali?" panggilnya pelan. Mengabaikan Reynand dan Ornald yang berhenti bercanda dan memerhatikannya.
"Iya, Sayang? Kenapa panggil-panggil?"
Illyana yang tadinya memasang wajah ragu langsung mendelik tajam ke cowok di belakangnya. "Aku panggil Ali bukan kamu." ketusnya sebal. Sekejap dia ditertawakan oleh Reynand dan Alex. Keduanya betulan terbahak dengan ekspresi meledek yang tak disembunyikan.
"Gue juga ga mau jadi manusia triplek kaya dia. Tapi karena gue baik, gue jadi moderator kalian. Siapa yang tau bakal ada debat panas jilid dua?"
Kalau Illyana tega, dia sudah melempar Reynand dengan buku paket sejarah yang tebalnya 700 halaman dari tadi. Anak tengil kayak Reynand memang gak baik untuk kesehatan. Bikin hipertensi mulu.
Sayangnya Illyana hanya membuang napasnya kasar. Beralih pada Aliandra yang sedang tersenyum tipis. Pikiran Illyana kosong sejenak. Tak menyangka bakal melihat sudut bibir lelaki itu terangkat dengan geli.
Wah, Aliandra senyum!
Sekejap saja Illyana ingin terbahak. Mati-matian ia tahan hingga berakhir cekikikan. "Dih, mulai gila lo, Cel?" celetuk Reynand dengan tatapan ngeri. Usai sudah sisi humor Illyana. Ambyar karena tertutupi rasa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD BAD BOY
Fiksi PenggemarIllyana Nadhira menilai sosok Aliandra Sagara sebagai orang yang angkuh dengan jalan pikiran tak dapat ditebak. Selain itu, Aliandra punya gengsi tinggi dan lebih suka berpikiran negatif terhadap orang lain. Illyana Nadhira bukan tipe orang yang su...