PERINGATAN!
Beberapa adegan kekerasan dimuat sedikit eksplisit. Jika kurang nyaman, gak masalah kalau dilewati.
Suka deh liat kalian komenヘ(^_^)ヘ
***
Illyana memilih menenggelamkan diri di balik lipatan tangan dibanding menikmati riuh riang anak-anak kelas. Sesekali melirik ke arah Putri yang cekikikan sambil mengabadikan momen lewat ponselnya. "Duh aduh. Ditekuk terus Buk, mukanya. Kenapa deh?"
Illyana berdecak kecil. Menjauhkan diri dari kamera yang menyorotnya. "Putri, ih!" rengeknya. Moodnya makin memburuk. Dia tidak suka jadi objek kamera. Untungnya Putri hanya mengangkat bahu tak peduli. Dia kembali menyorot kegiatan teman-teman di sekitarnya.
Andai aja bu Diana di sini. Illyana mengeluh dalam hati. Guru yang paling disegani seperti bu Diana saja sudah ikut menyerah mendengar beberapa guru yang melaporkan tingkah nakal muridnya. Sekalipun telah ditegur hingga dihukum, mereka tidak pernah kapok. Hingga akhirnya Illyana yang menyaksikan kebungkaman beliau pun ikut merana.
Ah! Illyana betulan tidak cocok bergaul di kelas ini! Sekali lagi Illyana meratap menyaksikan kebodohan Reynand yang sedang mengikat dasi di kepalanya.
Begitu bel pulang berbunyi, Aliandra yang sedari tadi duduk bersama Alex untuk menonton pertunjukan bergegas menghentikan teman-temannya. "Lah, kenapa Li? Baru aja gue mau dangdutan. Ga asyik lo mah!"
Cowok itu tidak menghiraukannya. Dia langsung meminta Alex untuk beberes. "Pulang."
Anak kelas yang tidak memahami maksudnya hanya cengo. Menyaksikan keriuhan yang menyurut. Irit ngomong banget. Illyana mengeluh dalam hati lagi.
Tapi di samping itu pun rasa senang tak bisa disembunyikan. Akhirnya dia bebas dari polusi suara dan pemandangan yang mengganggu. Lekas dia mengemas buku dan alat tulisnya.
Di antara riuhnya anak-anak yang berdesakan mencapai gerbang dengan tidak sabaran, Illyana memilih menepi. Dengungan bel yang panjang masih bergema. Dalam hati ia ikut menyanyikannya.
Gelang sepatu gelang
Gelang si rama-rama
Mari pulang, marilah pulang
Marilah pulang
Bersama-samaIllyana sedikit mengangguk-anggukan kepala mengikuti iramanya. Sambil menelisik keramaian dan ikut bergabung ketika kerumunan tak sesumpek sebelumnya. Dia bergegas melangkah ke tepi jalan, di mana para pedagang kaki lima menjajakan jajanannya.
Dalam hatinya, Illyana menyusun jadwal harian. Karena waktu menunjukkan pukul dua siang, dia bergegas menyelesaikan makannya dan berjalan menuju bimbel tak jauh dari sekolah.
Terik sore hari begini harusnya cocok untuk tidur siang. Sayang sekali kalau ia tak bisa meluangkan sedikit waktu untuk bersantai. Kalaupun bisa, ibunya pasti mengomel dan mulai membandingkan betapa malasnya dia, tidak seperti si Cat yang rajin dan pintar. Mengingat itu membuat Illyana mendengus. Dasar kucing caper! Udah ga di rumah aja masih disebut-sebut. Kalau gini gak ada bedanya antara ada atau tidaknya sang Kakak, Illyana masihlah seonggok bayangan yang tak berguna.
Di benaknya rencana untuk memanjakan diri hanya sekedar bualan. Katakan selamat tinggal untuk novel, cemilan, instrumen ciptaan Yiruma, dan—
"Aargh!"
—sofa malas nan empuk. Tunggu ... Siapa itu? Illyana membatu. Baru saja ia hendak memesan ojek online lewat ponselnya. Tiba-tiba suara erangan dan pukulan mampir di rungunya. Illyana celingukan, mencari sumber suara.
Dengan insting penasaran yang menggunung, gadis itu mendekati sebuah gang gelap yang tak jauh dari sekolah. Suasana sepi di sekitar membuat Illyana gelagapan. Bingung. Terlebih syok begitu matanya menangkap siluet seseorang yang sangat ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD BAD BOY
FanfictionIllyana Nadhira menilai sosok Aliandra Sagara sebagai orang yang angkuh dengan jalan pikiran tak dapat ditebak. Selain itu, Aliandra punya gengsi tinggi dan lebih suka berpikiran negatif terhadap orang lain. Illyana Nadhira bukan tipe orang yang su...