I LOVE YOU

764 90 2
                                    

Chapter ini masih nyambung dengan chapter sebelumnya yang 'Steal My Girl'. Tapi disini memakai sudut pandang Jisoo dan ceritanya terinspirasi dari lagunya Avril Lavigne - I Love You. Happy Reading~

***


I like your smile ...

I like your vibe ...

I like your style ...

Cinta pada pandangan pertama, aku tidak terlalu yakin dengan hal itu. Menurutku terlalu cepat untuk menyimpulkannya sebagai kata cinta. Apalagi saat pertama kali bertemu dengan dia di lapangan basket itu, interaksi kita hanya sebatas saling membalas senyum dengan cukup singkat, tak ada yang spesial. Lebih seperti seorang penonton yang sedang menyemangati seorang pemain basket favoritenya, itu saja.

Tunggu, seorang pemain basket favorite ?

Baiklah, aku akan jujur. Saat itu saat dia mulai memasuki lapangan, entah mengapa mataku tak henti-hentinya memandang ke arahnya. Aku selalu ingin memperhatikannya, bagaimana dia tersenyum, bagaimana dia tertawa, bagaimana dia mengobrol dengan teman-temannya sebelum pertandingan dimulai, aku memperhatikan semuanya, semua gerak-geriknya tak ingin kehilangan moment sedikitpun. Sampai-sampai ketika ditengah pertandingan, ketika ia terjatuh aku refleks berteriak memanggil nomer punggungnya, menyemangatinya agar bangkit dan melanjutkan pertandingan. Benar-benar aneh, aku jadi tidak mengerti dengan diriku sendiri.

Setelah hari itu, semuanya berjalan seperti biasa. Akujuga tak bertemu dengannya lagi selama beberapa hari meskipun kita berada di sekolah yang sama. Padahal aku selalu berpapasan dengan teman-teman basketnya yang lain, tapi dia tak ada memunculkan batang hidungnya sama sekali. Dan tak bisa kupungkiri, entah ada angin darimana aku selalu berharap bertemu dengannya lagi secara tidak sengaja. Entah itu dikantin, di perpustakaan, di koperasi or somewhere else.

Setelah semua pelajaran selesai, aku mampir ke lokerku untuk menyimpan buku paket. Walaupun sebenarnya aku agak malas membuka lokerku, karena pasti akan ada saja satu sampai tiga surat misterius yang tergeletak disana. Entah dari siapa pengirimnya, aku tak pernah tahu sampai sekarang.

Benar saja, saat aku membuka lokerku. Disana ada sebuah surat lagi, saat kulihat lamat-lamat surat itu, disana masih tak ada nama pengirimnya juga.

Aku menghela nafas pelan, dan meletakan kembali surat itu ke dalam loker tanpa membaca isinya terlebih dahulu.

"Ko gak dibaca suratnya ?"

Aku sontak menoleh ke belakang, pria itu memamerkan senyuman lebarnya padaku. Pria yang akhir-akhir ini mengganggu pikiranku. Aku diam mematung, selama beberapa saat. Apakah itu surat darinya, pikirku.

"I-itu, surat dari kamu ?" Tanyaku, dengan agak sedikit ragu.

Ia menggeleng dengan cepat. "Bukan." katanya.

Aku tersenyum dengan kaku. "Oh, sorry." gumamku.

"Kenapa suratnya engga dibaca ?" tanyanya lagi.

"Males, engga ada pengirimnya." Ujarku terus terang.

Ia mengangguk pelan. "Yaudah nih." Seraya menyodorkan sepucuk surat padaku. Aku menatapnya dengan bingung. "Mending baca surat dari aku aja, tuh ada nama pengirimnya." Ujarnya lagi sembari menunjuk ujung kiri atas surat itu yang tertera tulisan 'From : Sehun'.

"Sehunnya juga ada di depan kamu nih." Gumamnya lagi. Ia meraih telapak tanganku dan meletakan surat itu diatasnya.

"Ayo, baca." Pintanya.

"Sekarang ?" Aku mengernyitkan keningku.

"Iyah, aku tunggu."

Aku membuka lipatan kertas itu dan dengan segera membaca isinya.

Mau pulang bareng aku engga ? Please.

Aku tertawa pelan saat membaca sebaris kalimat itu.

"Ko ketawa sih ?" Tanyanya heran.

"Lucu aja, kenapa engga bilang langsung. Kenapa pake surat segala."

Sehun tersenyum. "Kan sengaja biar sama kaya cowok-cowok yang selalu ngirimin kamu surat itu."

Aku menggeleng dengan cepat. "No, you're different. Mereka setiap hari mengirimiku surat tanpa menunjukan identitasnya padaku. Entah apa tujuannya, hanya membuatku pusing saja karna harus menerka-nerka siapa pengirimnya. They're so chickens. Tapi kamu, mengirimiku surat dengan cara terang-terangan seperti ini, langsung di depan orangnya. Cuman sebaris lagi kalimatnya."

Sehun terkekeh pelan. "Jadi apa jawabannya ?" Ia menatapku sembari menunggu jawaban dariku.

Aku mengangguk tanpa ragu, Ia tersenyum dengan cerah dan langsung menarik pergelangan tanganku menuju tempat parkir.

Itu adalah awal mula kita menjadi semakin dekat.

***

"Jadi apa alesan kamu milih aku daripada yang lainnya, apa karena aku dulu ngirimin kamu surat secara terangan-terangan. Gak kaya yang lain ?" Sehun mendongak padaku, kita sedang duduk berdua menikmati suasana sore hari sembari minum teh bersama di undakan tangga yang ada di halaman belakang.

Ini adalah sebuah hal sederhana yang selalu kita terapkan setiap hari, setelah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Hanya mengobrol biasa sembari menunggu matahari tenggelam. Sehun duduk diundakan bawah, aku duduk di undakan paling atas. Kali ini tiba-tiba kita sedang bernostalgia sedikit tentang masa-masa dulu. Masa-masa yang membuatku bersyukur dipertemukan dengan dia.

Aku tersenyum mendengar pertanyaannya, pertanyaan yang selalu ia lontarkan padaku namun aku tak kunjung menjawabnya. Cukup sulit karena aku sendiri juga tidak yakin, mengingat bukankah cinta itu tidak perlu alasan ? Jika cinta butuh alasan, lalu ketika alasan itu hilang, bukankah cinta itu juga akan ikut menghilang ?

Aku meletakan mug berisi teh hangat yang sedari tadi ku genggam di atas undakan disampingku. Aku melingkarkan sebelah lenganku pada leher Sehun untuk memeluknya.

"I'm not sure .."

"Hm ?" Ia menoleh padaku dengan tatapan bingung. Lalu menyeruput tehnya yang masih mengepul itu dengan perlahan.

"Kamu tahu aku suka semuanya yang ada pada diri kamu, cara kamu tersenyum, cara kamu natap aku, cara kamu ngetreat aku, cara kamu yang selalu bersikap tenang disaat aku lagi complicated, aku menerima segala kekurangan dan kelebihan yang ada di diri kamu dan lain-lain. Tapi bukan karena itu aku mencintai kamu..." Ujarku.

Semilir angin menusuk ke dalam pori-poriku, aku mengeratkan pelukanku padanya. Sehun mengelus-ngelus lenganku dengan lembut. Seperti paham keadaanku yang kini sedang merasa kedinginan "Then what ?"

"Maybe if I need a reason to love you, the reason I love you is you, being you, just you Oh Sehun..."

Sehun menyunggingkan senyumannya dengan lebar, "That's all ?"

Aku menempelkan pipiku di pipinya sembari mengangguk pelan. "Ya, that's all. I guess. Alasan aku milih kamu ya karna itu adalah kamu, diri kamu sendiri. Kalau bukan kamu kayanya aku gamau deh. I don't want anybody else."

"Ko pake kayanya ? kata kayanya itu antara iya atau engga loh." Protesnya.

Aku tertawa kecil. "Aku juga suka nih cara kamu cemburu kaya gini. Lucu" Ujarku.

Ia ikut terkekeh pelan dan mengecup punggung telapak tanganku sekilas.

"Makasih ya udah milih aku sedari awal, makasih udah ngeyakinin orang tua kamu buat nerima aku, makasih udah jadi pendamping hidup aku selama ini, dan makasih juga udah jadi ibu yang baik buat Claire. Thank you for everything, I'am bless to have you in my life Jisoo-yaa."

Aku mengelus-ngelus rambutnya dengan pelan dan berbisik di telinganya.

"With a pleasure, Whatever happens in the future I'am always here for you and for our Claire. I love you... "

"I Love you too..."



***

Terima kasih banyak sudah membaca, see yaa~

One Shot Stories (KJS x OSH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang