AGREEMENT (2)

247 43 5
                                    

Mama menyuapiku semangkuk bubur saat aku masih terbaring lemas di tempat tidur. Sejak malam kemarin jatuh dari motor itu, badanku masih terasa sakit-sakit. Ditambah sikutku agak sedikit terkilir, jadi aku di minta untuk beristirahat dulu dengan membatasi aktifitasku agar lekas pulih. Aku bisa melihat raut wajah mama yang terlihat khawatir dan sedih secara bersamaan karena keadaanku. Tapi, ia tetap berusaha agar terlihat baik-baik saja di depanku.

Mama meletakan mangkuk itu di nakas, lalu meraih segelas air dan menyodorkannya padaku tanpa banyak bersuara. Setelah itu, ia menarik nafas dengan berat. seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya belakangan ini. Ia kembali meletakan gelas itu di nakas dan mulai menatapku dengan sendu. Aku tidak tahu apa maksud dari tatapannya itu.

"Sayang," Ujarnya dengan nada serius, aku menatap mama dengan tak kalah serius juga bersiap untuk mendengarkannya.

"Mama sama Papah udah mikirin ini dari kemarin-kemarin. Demi kebaikan kamu, kayanya kita berdua setuju deh untuk ngejodohin kamu sama anak sahabatnya Papah." Cerocosnya tiba-tiba, hingga membuatku terbelalak kaget mendengarnya. Ini yang bener aja deh, di jodohin katanya ? Aku terkekeh pelan, mencoba untuk berpikiran positif.

"Kalau mama lagi becanda, asli ini gak lucu banget sih." Kataku dengan suara se-tenang mungkin. Aku menatap mama lekat-lekat, dan ia menggeleng pelan, terlihat begitu serius tak ada tanda-tanda ia sedang mengerjaiku.

"Mama serius. Temennya papah kamu juga udah setuju. Nanti setelah kamu sembuh, kita berencana untuk mempertemukan kalian." Katanya lagi, aku menggeleng-gelengkan kepalaku pelan, tak habis pikir pada kedua orang tuaku yang selalu ingin memaksakan kehendaknya sendiri. Aku lebih memilih gausah sembuh aja, kalau begini caranya.

"Mah, gabisa kaya gitu dong. Mama tau sendiri kan, aku punya pacar. Ko jadi ngambil keputusan seenaknya gini sih." Rengekku kesal,

"Justru itu, mama gamau kamu berhubungan sama cowok yang kamu sebut pacar itu. Dia bukan cowok yang baik buat kamu, mama gasuka!" Tatapan mata mama berubah menjadi mengintimidasi, jika sudah begitu mama benar-benar serius dengan ucapannya. Ia akan mengucapkannya dengan terus terang kalau sedang tidak menyukai seseorang.

"Emangnya mama tahu darimana dia bukan cowok yang baik buat aku ? karena dia anak motor ? Toh, mama juga belum pernah ketemu dia secara langsung kan ? jadi gabisa nilai orang seenaknya gitu dong." cerocosku ketus.

"Nah itu kamu tahu jawabannya. Selain karena dia anak motor yang hobinya nongkrong-nongkrong dan balapan gajelas itu. Mama rasa hubungan kalian juga bakal sama ga jelas nya deh. Dia gaakan serius sama kamu." Ujar Mama, seolah-olah ia sudah mengetahui apa yang akan terjadi diantara aku dan pacarku.

"Mama tahu darimana sih sampe bisa ngomong kaya gini ?" Kataku. "Udah deh mah, aku lagi males debat sama Mama. Kepalaku juga lagi pusing nih." Gerutuku malas karena tak ingin mendengar mama terus menerus menjelekkan pacarku.

"Kamu sadar gak sih, dia yang bikin keadaan kamu jadi kaya gini ?" Tuduh mama tiba-tiba. Tentu saja itu membuatku kaget.

"Mah, itu kecelakaan. Gaada yang mau itu terjadi. Baik aku maupun dia." Belaku.

"Mama gapeduli." Kekeuhnya tetap pada pendiriannya. "Dengerin mama. Kalau dia beneran cowok yang baik, kalau dia beneran serius sama kamu, dia pasti bakal datang kerumah kan harusnya ? Nemuin mama sama papah, minta maaf karena udah buat kamu kecelakaan. Tapi ini mana coba ? Dia dari kemarin ga dateng-dateng kan buat jenguk kamu, itikad baiknya dimana coba ? Udah deh kamu mesti nurut sama mama, mama ngelakuin ini demi masa depan kamu ko buk—"

"Mah, cukup!" Bentakku hingga mama menghentikan ucapannya. Matanya melotot kaget, mendengarku meninggikan suara seperti itu. Aku juga jadi merasa tidak enak. "Terserah mama mau ngomong apa tentang dia, yang jelas aku gamau dan gaakan ninggalin dia. Titik." Kataku kekeuh, aku menarik selimutku hingga menutupi kepala agar mama bisa keluar dari kamarku. Aku tidak mau terus terusan beradu argumen dengannya, aku takut tak bisa mengontrol ucapanku.

One Shot Stories (KJS x OSH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang