YOU BROKE ME FIRST

572 71 9
                                    

Aku tidak tahu, mengapa hubungan ini menjadi begitu dingin. Ada sesuatu yang beda dengannya, dengan sikapnya yang akhir-akhir ini begitu tak tersentuh. Semuanya berubah dengan begitu cepat. Ia pergi begitu saja, entah kemana dan dengan siapa. Aku bahkan tidak bisa menghubunginya dari satu bulan yang lalu, sampai hari ini.

Kadang aku berpikir, apa yang salah dengan diriku ? adakah sikapku yang selama ini membuatnya sakit hati sehingga ia memutuskan menghilang begitu saja dan mengabaikanku ? atau mungkinkah selama ini ia tidak pernah menganggapku sebagai kekasihnya ? Aku benar-benar tidak tahu, aku belum bisa menemukan jawabannya karna lagi-lagi aku buntu memikirkannya.

Aku ingat saat terakhir kali kita bertemu, untuk menghabiskan waktu bersama. Aku seperti tak mengenalnya, sikapnya berubah drastis. Begitu cuek dan dingin. Tak seperti Sehun yang ku kenal dulu.

"Hai, sorry telat."

Aku mendongak, mengalihkan fokusku dari buku yang sedang ku baca. Sehun berdiri disana, memamerkan senyumnya sekilas saat kedua mata kita saling beradu tatap.

Aku melihat kearah jam dinding yang kini sudah menunjukkan tepat pukul 1 siang. "Telat 1 jam." Kataku.

Sehun menghela nafas pelan, seperti tak bergairah sama sekali. "Yaa, jadi pergi ke book cafe gak ?" tanyanya mengalihkan pembicaraan, padahal aku ingin tahu sekali kenapa ia bisa telat. Engga biasanya.

"Iyah, yaudah sini duduk dulu. Aku buatin dulu kamu minum, baru juga dateng kan." Ujarku sembari menepuk sofa di sebelahku.

"Engga, gausah." Tolaknya, dengan cepat. "Kita pergi sekarang aja ya, takutnya ke buru sore entar tutup lagi."

Aku mengernyitkan keningku, bingung. Aku sudah sering pergi dengannya ke book cafe langgananku, bahkan bisa dibilang tempat itu adalah tempat favorit kita berdua. Bagaimana tidak, setiap kali kita pergi keluar tempat itu tak pernah terlewatkan sama sekali, kita sering menghabiskan waktu disana.

"Book cafe nya, tutup jam 10 malem loh sayang." kataku. "Kamu lupa ya ?"

"Hah ?"

Ia menggaruk tengkuk kepalanya yang kurasa tidak gatal, lalu ia tersenyum. "Ah, iya. Maaf, aku lupa. Yaudah pokoknya kita berangkat sekarang aja ya.." Ujarnya lagi.

Aku meng-iyakan ajakannya. Dan selama di perjalanan, dia diam seribu bahasa tak banyak bicara. Ia bahkan menanggapi ocehanku dengan cukup singkat, tak banyak berkomentar, ia tak se-antusias dulu saat mendengarkan aku bercerita. Setiap kali aku bertanya padanya apa yang terjadi, dia mengelak, tidak mau terbuka padaku. Jujur aku merasa sedih dan bingung disaat yang bersamaan. Sedih, karena dia tidak mau terbuka tentang masalahnya padaku, entah karena dia tidak percaya padaku atau yang lainnya. Itu masih menjadi sebuah tanda tanya besar bagiku.

Maybe, he doesn't like talking too much about himself...

Dan aku bingung, karena aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya. Apakah semua ini ada hubungannya denganku ? Jika iya, aku ingin tahu dimana letak kesalahanku.

Aku mengerti, kebanyakan pria memang tidak suka mengutarakan tentang perasaan mereka. Tapi tetap saja, aku tidak bisa terus-terusan berada dalam kebimbangan seperti ini. Aku tidak suka ia menjaga jarak dalam hubungan ini.

Sesampainya di tempat tujuan pun, ia sibuk dengan dunianya sendiri. Sibuk berbalas pesan melalu handphone-nya, entah dengan siapa. Ia mengacuhkanku, seolah-olah aku tidak ada di hadapannya. Keberadaanku tak dihargai sama sekali olehnya. Tersiksa sekali rasanya.

"Sayang, kamu dengerin aku ngomong engga sih sedari tadi ?" Ujarku kesal, karena sudah tidak tahan lagi dengan sikapnya.

"Hah ?" Ia menoleh padaku sekilas, lalu kembali pada layar handphone-nya. "Iya, aku denger. Kamu bakal ngeluarin menu baru, di toko kue kamu kan ?"

One Shot Stories (KJS x OSH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang