I WON'T TELL A SOUL

516 74 7
                                    

"Sayang, aku mau cari dulu buku historical fiction ke sebelah sana ya."

Aku mengangguk pelan seraya meng-iyakan ucapan dari pacarku. Siang ini kita sedang berada di sebuah toko buku yang berada di pusat kota. Bangunannya lumayan cukup tua. Arsitekturnya juga cukup unik. Dan ini pertama kalinya aku datang kesini, untuk mengantar pacarku. Tentu saja.

Aku berjalan sembari melihat-lihat deretan judul-judul buku yang berjajar rapi di rak kayu yang cukup tinggi. Hanya melihat-lihat saja, tak berniat untuk membeli. Aku tidak suka membaca. Membaca buku selalu membuatku mengantuk. Itu mengapa aku lebih suka nongkrong di mall sembari cuci mata daripada berada di tempat seperti ini.

Sial!

Sedang asik-asiknya membaca judul buku, tiba-tiba saja mataku tertuju pada seorang wanita yang sedang mengikat rambutnya di meja kasir sana. Rambutnya di kuncir kuda, beberapa helai surai poninya dibiarkan tergerai. Dia begitu cantik sampai aku tak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Aku diam mematung memperhatikannya selama beberapa saat. Hingga sebuah tarikan di lenganku menyadarkanku begitu saja. Ya, pacarku mengajakku ke meja kasir. Dia sudah menemukan buku yang ia cari rupanya.

Ku perhatikan lamat-lamat setiap inchi dari wajahnya, matanya yang indah, senyumnya yang manis, pipinya yang tirus, rambut hitamnya yang lurus.

I really can't take my eyes off her. I adore her, indeed.

Lagi-lagi, sebuah sentuhan kembali mengalihkan fokusku darinya.

"Sayang, aku tunggu diluar yah." Ujar pacarku, sembari mengambil uluran kantong yang berisi buku dari wanita itu.

Aku mengangguk dan beralih menatap wanita itu. Ia tersenyum ramah padaku, dan aku membalasnya.

"Berapa ?" Tanyaku.

Ia menunjuk pada layar yang menampilkan harga total belanjaan tadi.

Aku menggeleng pelan. "Bukan itu."

"Hah ?" Wanita itu terlihat bingung.

"Berapa nomer handphone kamu ?." Tanyaku sembari memamerkan senyum.

Ia ikut tersenyum kikuk. "Berhenti bercanda."

"Aku serius."

"Tolong segera selesaikan transaksinya, kamu membuat antrian di belakang menjadi panjang." Ujarnya.

Aku menengok sekilas ke belakangku, lalu menghela nafas pelan. Ia benar, this is not the right time. Dengan segera aku mengulurkan beberapa lembar uang kertas dan berbisik pelan padanya.

"Aku akan menunggumu."

Ia hanya menggeleng pelan tak mengindahkan ucapanku, tapi aku serius dengan apa yang aku katakan. Setelah aku selesai mengantarkan pacarku pulang. Malam harinya, aku kembali ke toko buku itu untuk menemuinya. Waktu sudah menunjukan hampir pukul 9 malam. Aku duduk di sebuah bangku yang menghadap pada toko buku itu, kulihat semua karyawan sudah mulai keluar satu persatu. Hanya wanita itu yang masih berada di dalam. Aku bisa melihatnya dengan jelas, karena toko itu di kelilingi dengan kaca-kaca jendela yang cukup tinggi. Aku berjalan melangkahkan kakiku ke dalam toko itu.

Ku dorong perlahan pintu kaca itu, hingga mengeluarkan suara deritan pelan.

"Maaf tokonya sudah tutup."

Ia menoleh kearah pintu masuk, tatapannya berubah shock saat melihatku.

"Tanda di pintunya masih open." Kataku.

Ia menyampirkan totebag pada bahunya. "Aku baru saja akan keluar dan membalik tanda closed nya." Lalu berjalan melewatiku menuju pintu, aku mengikutinya keluar.

One Shot Stories (KJS x OSH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang