"Kim Jisoo! kamu gila ya ? dia bukan pria yang baik!"
Protes Seulgi, sahabatku. Saat aku menceritakan padanya bahwa aku sedang menjalin hubungan dengan seorang pria yang bernama Oh Sehun. Aku menutup telinga sebelah kananku, mencoba untuk melindunginya dari suara Seulgi yang cukup memekakkan telinga itu. Ia menatapku dengan tatapan tidak percaya. Selama sebulan ini aku memang menyembunyikan hubungan kita dari khalayak. Aku tak pernah bercerita pada siapapun tentang hubunganku, menutup rapat semuanya dari orang-orang terdekatku. Hanya saja tadi aku teledor menyimpan hp ku di kasur saat aku pergi ke dapur untuk mengambil minuman untuknya, bertepatan dengan itu Sehun menelpon. Seulgi menghujamiku dengan berbagai pertanyaan tentang kita dan akhirnya hal yang aku takutkan itu terjadi, sahabatku kini menentang hubungan kita berdua.
"Seul, bisa gak gausah teriak-teriak. Pendengaranku masih bagus loh, biasa aja dong ngomongnya." Protesku sembari mendecak sebal padanya.
"Ya, lagian ngapain coba ngejalin hubungan sama dia. Kaya gaada cowok lain aja. Kamu udah denger rumor tentang dia kan selama ini ?" Sewotnya.
Aku menatap Seulgi dengan tatapan sendu, lalu mengangguk lemas karena tidak tahu harus bagaimana.
"Dia suka mainin cewek, dia suka balapan liar, dia suk-"
"Nah, terus ?"Potong Seulgi cepat tanpa menunggu kalimatku selesai.
"Tetep suka dia, gimana dong ?" Rengekku.
"Halah basi, giliran entar disakitin baru nyaho loh." Peringat Seulgi, ia kembali memusatkan pandangannya pada layar laptop. Lanjut menonton film seraya mengakhiri topik yang baru saja kita bahas. Mungkin ia kesal dan lelah karna aku tak mau mendengarkan ucapannya.
"Don't Judge book by its cover ." Gumamku.
"Terserah." Balas Seulgi dengan agak ketus.
Aku masih rebahan di tempat tidur, menghela nafas pelan, lalu menatap kosong pada langit-langit kamarku. Tenggelam dalam pikiranku sendiri. Mendengar apa yang baru saja Seulgi ucapkan, tiba-tiba ada sedikit rasa ragu yang menyelimutiku. Itu benar-benar membuatku dilema, antara untuk tetap bersamanya atau melepaskannya.
Aku tahu Sehun bukan tipekal cowok yang baik, ia terkesan nakal dan urakan. Track record dengan banyak wanita nya pun tidak perlu di ragukan, semua orang menyebutnya cowok playboy dan badboy. Hidupnya tanpa aturan dan hobinya nongkrong gajelas setiap saat katanya. Mereka bilang tipe cowok seperti itu tidak cocok untuk dijadikan sebagai pendamping hidup, karena tak punya masa depan yang jelas. Itu mengapa Seulgi melarangku untuk dekat-dekat dengannya. Aku sangat menghargai itu, akupun terkadang takut kalau-kalau suatu hari dia mencoreng kepercayaan yang telah aku berikan padanya. Tapi tetap saja, entah mengapa sikap Sehun yang apa adanya itu bagiku seperti sebuah magnet, selalu sukses membuatku tertarik dan melekat padanya.
Seperti kemarin contohnya, ia berjanji untuk menjemputku dari tempat les. Tempat dimana aku bekerja paruh waktu sebagai guru les matematika. Saat itu ia telat 2 jam untuk menjemputku, hingga membuatku menunggu sampai pukul 7 malam. Tentu saja, aku kesal setengah mati dibuatnya tapi aku tak pernah benar-benar bisa marah padanya. Aku mencoba untuk menghubunginya kembali dan menanyakan keberadaannya. Untungnya handphonenya bisa kuhubungi.
"Dimana ?" Tanyaku, saat teleponnya sudah tersambung dengannya. Suara diseberang telepon sana cukup berisik, aku bisa mendengar deru-deru kendaraan yang melaju dengan kencang.
"Iya, Halo ?"
"Kamu dimana ? Jadi jemput aku kan ?"
"Hah ? Kenapa ?"
"Gajadi jemput aku ?"
"O-oh iya iya, ini aku lagi dijalan." Di seberang sana, bisa ku dengar sayup-sayup percakapan Sehun dengan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot Stories (KJS x OSH)
Random[Oneshot]/Double shot, Terinspirasi dari lagu-lagu dsb.