Nafas Aubrey terengah. Pria itu mendorongnya ke ranjang setelah berhasil menelanjanginya. Dengan gairah yang meledak-ledak Aubrey menarik pria itu untuk menindihnya. Sekujur tubuhnya diserang oleh ciuman yang panas dan membara, mengirim sengatan yang membuat Aubrey semakin menggila.
Aubrey pandangi pria tampan yang kini berlutut di antara kedua kaki jenjangnya yang terbuka lebar. Bagian bawah tubuhnya masih ditutupi oleh celana jeans mahal yang sudah siap untuk ia tanggalkan. Jantung Aubrey berdegup kencang dan pikirannya melayang-layang membayangkam tonjolan di antara selangkangan itu. Sialan, Aubrey bersumpah ia tidak pernah menjadi mesum seperti ini sebelumnya!
Saat celana itu ditarik turun dari pinggulnya yang seksi Aubrey meneguk ludahnya dengan susah payah. Matanya terpaku sesaat sebelum ia membuang wajah merasa malu kepada dirinya sendiri yang lancang dan mesum. Ia benci melihat pria bermata keranjang namun sekarang ia malah menjadi seperti mereka.
"Kau satu-satunya wanita yang mampu mengalihkan tatapanmu 'darinya"
Aubrey menatap mata hijau gelap itu dan berusaha keras untuk tidak melihat ke bawah.
Pria itu kembali menindihnya, membimbing kedua kaki Aubrey yang jenjang untuk mengelilingi pinggulnya setelah ia memasang pengaman demi keselamatan mereka berdua. Aubrey menerima pria itu dengan tangan terbuka. Ia peluk tubuh besar yang kekar dengan erat, bahkan ia dapat merasakan pola kotak-kotak di permukaan perutnya. Oh.
"What's your name?"
Dahi Aubrey berkerut mendapatkan pertanyaan yang tak terduga, "Why do you care?"
"Kau menilaiku sebagai pria yang brengsek, tapi aku tidak pernah tidur dengan gadis yang tidak kuketahui namanya"
Aubrey terdiam memikirkan sebuah nama. Dia tidak bisa memberikan nama aslinya bukan? Bagaimana jika pria itu adalah psikopat dan akan memata-matainya setelah ini? Ugh, ia punya ketakutan yang berlebihan terhadap orang asing tapi sekarang ia ada di ranjangnya.
"Rose. Namaku, Rose" jawab Aubrey.
Tanpa menunggu lebih lama lagi pria itu memulai permainan inti mereka. Ia mencium rakus bibir merah muda dari gadis yang ada di bawah tubuhnya lalu menjejaki kulit putih Aubrey dengan gigitan. Desahan dan rengekan lembut yang meluncur dari bibir Aubrey melenyapkan akal sehatnya, membuat miliknya yang menyentuh paha halus Aubrey semakin keras dan terasa nyeri.
"Kau sialan sangat seksi, Rose" erang pria itu.
Aubrey memejamkan mata menikmati sapuan lidah basah di ujung dadanya, tapi beberapa detik kemudian matanya yang indah kembali terbuka saat merasakan tamu yang ia inginkan sudah berada di depan pintunya. Aubrey menggigit bibir bawahnya dan pria itu menggeram melihat betapa seksinya Aubrey saat ini. Dengan wajah memerah, bibir penuh dan bengkak, juga kedua tangan yang tak berdaya di sisi kepala.
"Oohhh...."
Aubrey mendesah. Setetes cairan bening meluncur dari sudut matanya. Kejantanan itu memasukinya secara bertahap tapi tetap saja ukurannya yang besar membuat Aubrey kesulitan menerima kehadirannya. Di dalam benaknya Aubrey mengumpat sementara bibirnya terus merengek meminta pria itu untuk masuk dengan hati-hati. Saat pria itu berhasil berada di dalam rongganya, Aubrey berusaha bernafas dengan baik, di bawah rasa nyeri dan sesak gadis itu mencoba untuk menikmati permainan ini.
"Are you okay, baby?"
Aubrey mengangguk pelan dan satu kecupan mendarat di pipinya. Pria itu mulai bergerak, meremas tubuh Aubrey erat-erat dan mengguncang miliknya. Aubrey yang awalnya merasa kesulitan kini tak berdaya menikmati setiap hentakan yang pria itu berikan. Begitu intim dan menggetarkan.
"Aaahhh kau—"
"Blake. Sebut namaku" selanya.
"Blake aku hampir datang" desah Aubrey.
Blake mengecup sudut bibirnya kemudian berkata, "Tahan sayang"
Aubrey mengumpat pelan. Ia berusaha menahan orgasme yang sudah berada di ambangnya saat Blake memintanya untuk bertahan. Entah apa yang membuat Aubrey tunduk kepada pria itu, yang jelas dominasinya membuat Aubrey menjadi semakin bergairah.
"Now, darling. Give it to me!"
Aubrey meledak seperti kembang api di malam tahun baru. Jemarinya yang berada di helaian hitam pendek Blake meremas rambut itu dengan kuat. Ia menjerit dengan tubuh yang berguncang hebat, sementara Blake menikmati kegiatannya menyaksikan gadis itu menjadi tak terkendali dan begitu seksi saat mendapatkan pelesapannya.
Perlahan ledakan itu mereda dan Aubrey dapat membuka kembali kedua matanya yang terasa jernih. Nafasnya memburu dan berhembus dengan sangat payah, tapi ia tetap menerima bibir Blake yang datang untuk menciumnya.
"Terima kasih," ucap Aubrey, "Itu tadi sangat menakjubkan"
Blake tersenyum kecil lalu ia menjalankan bibirnya menuju ke inti Aubrey yang lunak dan basah oleh cairan pelepasannya. Aubrey menatap pria itu dengan was-was lalu dan ia memekik pelan saat Blake mengunci pahanya dengan kedua tangan yang besar. Sial, oral! Aubrey tidak pernah merasakan itu sebelumnya.
"Blake, don't....ahhh god!"
Penolakan Aubrey terganti oleh desahan. Punggungnya yang terangkat kembali terhempas jatuh di atas ranjang lembut milik Blake. Ia menikmati oral pertamanya, dan sapuan lidah basah Blake di bawah sana membuat Aubrey tidak bisa berkata-kata. Yang ia lakukan hanyalah mendesah dan menggerakkan pinggulnya dengan gelisah.
Otot-otot kewanitaan Aubrey mengencang dengan sangat cepat. Gadis itu menangis, air mata tak berdaya meluncur membasahi pipinya saat ia menikmati apa yang bibir Blake lakukan kepada miliknya. Kaki jenjang Aubrey yang tersampir di kedua bahu Blake mulai gemetaran dan sebelum Aubrey sempat memberitahu Blake orgasme lebih dulu menyerangnya.
Tubuh Aubrey seperti meledak dan hancur menjadi puingan kecil. Telapak kakinya dipenuhi oleh semut-semut yang berlarian dan ia merasa malu menyadari dirinya baru saja pipis di depan wajah tampan itu.
"Ah Blake, maafkan aku"
Blake menggeleng pelan dan kembali menindih Aubrey untuk mencium rakus bibirnya. Aubrey merasakan manis di bibir itu, manis yang tidak terlalu kentara seperti manisnya jambu.
"Itu adalah rasamu" bisik Blake, "Kau baru saja meledak dengan hebat Rose, tidak perlu merasa malu"
Aubrey bungkam dan merasa lebih lega setelah mengetahui bahwa cairan itu hanyalah cairan pelepasannya. Blake menarik tubuh Aubrey untuk duduk di atas pangkuannya dan dengan cepat pria itu membimbing milik mereka bersatu tanpa memberikan Aubrey sedikit waktu untuk beristirahat.
"Sial, berada di dalam tubuhmu membuatku merasa kecanduan"
Aubrey memeluk leher Blake dan menyandarkan tubuhnya yang lemas di dalam pelukan pria itu. Blake mulai membimbing pinggul Aubrey untuk bergoyang di atas pangkuannya dan ia dapat merasakan kerapatan Aubrey yang mengelilinginya mulai berdenyut pelan. Inilah yang membuat Blake kecanduan, kontraksi itu berbeda dan ia menyukai Aubrey yang mudah datang untuknya.
Malam itu Aubrey baru merasakan seperti apa bercinta yang sebenarnya. Di ranjang Blake ia merasa seperti wanita yang paling cantik di dunia, pria itu kerap memujanya baik melalui pujian atau tindakan. Meski Aubrey kelelahan tapi rasa terpuaskan yang berhasil ia raih tak akan pernah ia lupakan. Walau hanya satu malam, Blake memberinya sebuah kesan. Namun tetap saja, ratusan orgasme atau kenikmatan sekali pun tidak mampu mengubah prinsipnya. Mungkin malam ini ia telah melakukan sebuah kesalahan, tapi tidak dengan besok. Aubrey tidak ingin bertemu dengan Blake lagi setelah ini sebab Blake hanyalah pria asing yang menjadi kejutan di malam minggunya, hanya sebatas itu.
Tidak lebih!
— TBC —
Vote+comment for next!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hollywood Scandals (Completed)
Любовные романыAuburn Roseanne pergi ke Los Angeles dengan harapan dapat menjadi bintang besar seperti Maryln Monroe atau Audrey Hepburn. Auburn memiliki kemampuan untuk berkecimpung di dunia akting namun itu saja tidak cukup, aksen geordie-nya menjadi penghambat...