Karna aku bukan anak kedokteran, jadi maaf kalo masih banyak kesalahan. Aku cuma mengandalkan artikel yang aku baca di internet.
Niki merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Tak dipungkiri dia sangat gugup meskipun ada hoseok dan juga eunbi yang menemani.
"Kamu tenang ya, mama sama papa disini" eunbi menggenggan tangan niki menyalurkan kehangatan yang selalu niki rindukan.
Niki tersenyum tipis.
Hoseok mencium kening dan kedua pipi niki sekilas "anak papa kuat, kamu pasti bisa niki"
"Iya pa"
Tak lama kemudian, dokter kim masuk bersama satu suster di belakangnya.
"Selamat pagi tuan dan nyonya jung, selamat pagi juga niki" sapa dokter kim ramah seperti biasanya.
"Selamat pagi dokter kim"
Sebelum memulai kemoterapi, dokter kim memeriksa keadaan niki terlebih dahulu.
"Oh ya apa kalian sudah menyiapkan ember atau semacamnya?"
"Sudah dokter" jawab eunbi.
Dokter kim mengangguk "Baiklah kita akan mulai sekarang. Niki rileks saja oke"
Niki mengangguk lalu menggenggam tangan eunbi erat.
Dokter kim mulai mengambil cairan di dalam botol kecil dengan suntikan.
"Tuan jung tolong pegang tangan niki sedikit erat"
"Baik dokter"
Niki tidak berhenti berdoa di dalam hati. Apakah sesakit itu sampai tangan dan kakinya harus dipegang erat.
Perlahan dokter kim mendekatkan jarum suntiknya.
Saat cairan itu mulai masuk ke dalam tubuhnya, niki mulai merasakan sakit yang teramat sangat. Sekarang dia tau kenapa tubuhnya harus di kunci. Jika tidak dia bisa saja menendang siapapun.
Eunbi dan hoseok menatap niki khawatir. Apalagi anak itu terlihat menggeliat kesakitan.
"Tenang saja, ini hanya reaksi dari cairan itu"
Beberapa menit kemudian tubuh niki mulai tenang.
"Nyonya tolong siapkan embernya"
Eunbi mengambil ember yang dia taruh di bawah ranjang.
"hoek"
Untung saja eunbi tepat waktu mengangkat embernya.
"Jung bantu pegangin"
Eunbi memijat tengkuk niki pelan "dokter ini tidak apa-apa kan?"
Dokter kim mengangguk "reaksi dari kemoterapi memang seperti ini"
"Udah?"
Niki mengangguk lemas "minum"
Dengan cekatan eunbi mengambil segelas air di atas meja.
Dokter kim tersenyum mengelus punggung niki sekilas "kalau begitu saya permisi dulu. Niki jangan lupa tetap jaga pola makan dan juga minum obatnya"
"Baik dokter, terimkasih banyak"
Dokter kim mengangguk. Lalu keluar dari ruang inap niki.
Semenjak kemoterapi, niki merasa tubuhnya sedikit lebih baik. Hanya saja dia harus rela kehilangan helaian rambutnya.
"Ma apa aku potong rambut aja?"
"Nggak usah. Kan cuma rontok sedikit"
Niki menghela nafas "tapi kalo rontoknya tiap hari juga bakal abis ma"
Eunbi mengelus pipi niki "jangan sekarang ya"
Akhirnya niki mengangguk. Jika dia memangkas rambutnya sekarang tentu saja orang lain lebih mudah mengetahui apa yang dialaminya.
"Ma, gimana sama kantor mama?"
"Mama udah lepas, mama serahin ke kakek lagi"
"Maaf ya ma, niki udah ngancurin semuanya" ucap niki pelan.
Eunbi menggeleng tegas "mama yang harusnya bilang makasih sama kamu. Karna kamu udah berhasil nyelametin mama yang terjebak di dunia kerja"
"Mama nggak nyesel kehilangan semuanya?"
Eunbi tersenyum tipis "mama lebih takut kehilangan kamu nik"
Niki membalas senyum eunbi "ma, kalo aku pergi mama mau kan janji satu hal?"
"Hey kamu nggak akan pergi kemana-mana. Jangan bilang gitu"
Niki tetap tersenyum tanpa membalas perkataan eunbi.
"Mama harus janji nggak boleh pisah sama papa, kalian harus hidup bahagia lagi"
"Nik-"
"Mama sama papa harus bahagia, meskipun tanpa aku"
Meskipun niki mengucapkan dengan senyuman, tapi sorot matanya tak bisa berbohong. Ada kesedihan teramat dalam dikedua obsidian coklat miliknya.
Eunbi tak kuasa menahan tangisnya "kita harus bahagia sama-sama nik, bukan cuma mama atau papa. Tapi kita bertiga"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear God | Ni-Ki ✔
Fanfiction"Tuhan, Seandainya aku diizinkan untuk bertahan sedikit lebih lama, Aku ingin menyatukan kembali orang tuaku dan membuka lembaran baru bersama mereka"