Hoseok berlari menyusuri koridor rumah sakit. Masa bodoh dengan tatapan orang-orang, dia harus bertemu eunbi dan juga niki.
Langkahnya memelan saat matanya menangkap sosok eunbi sedang menunduk di depan ruang inap niki.
"Eunbi"
Eunbi mendongak dengan mata sembab "jung..."
Setelah sekian lama, hoseok kembali membawa tubuh kecil eunbi ke dekapannya. Dulu dia selalu memeluk eunbi dengan perasaan cinta dan bahagia tapi sekarang dia memeluknya dengan perasaan yang sangat berbeda. Hatinya ikut mencelos saat merasakan punggung eunbi bergetar dan air mata yang merembes di bajunya.
"Jung... niki– aku takut"
Hoseok mengelus punggung ringkih itu lembut tanpa berniat membalas perkataannya.
"Apakah kita harus dihukum seberat ini?"
"Kenapa tuhan tak adil jung" lanjutnya.
Hoseok mengeratkan pelukannya "jangan menyalahkan tuhan bi. Tuhan lebih tau mana yang terbaik untuk umatnya, kita hanya perlu berdoa dan memohon"
"Tapi aku tak sanggup kehilangan dia jung"
"Aku juga tidak sanggup, tapi kita tidak bisa menentang takdir yang sudah digariskan tuhan"
Eunbi semakin terisak. Kenapa tuhan harus menghukum mereka dengan niki? Harusnya niki tak merasakan ini semua.
Hoseok menangkup wajah eunbi saat dirasa tangisnya mulai mereda "jangan nangis terus nanti niki ikutan sedih"
Eunbi hanya diam membiarkan hoseok mengelap sisa air matanya.
"Ayo masuk" ucapnya merangkul bahu eunbi.
Cklek
"Papa"
Hoseok tersenyum menghampiri niki "kepalanya masih sakit?" Tanyanya sambil mengelus kepala niki.
Butuh beberapa saat untuk niki merespon lalu mengangguk "maaf pa aku ganggu waktu papa"
Hoseok menggeleng "kamu lebih penting daripada kerjaan papa"
Niki tersenyum "mama kenapa matanya merah?"
Eunbi tersenyum senatural mungkin "gapapa kok sayang"
"Mama abis nangis ya?"
"Iya tadi mama nangis karna kangen papa" sela hoseok membuat eunbi melebarkan matanya.
Niki tertawa "yahh sayang banget aku nggak ngeliat"
Eunbi merutuki ucapan hoseok yang menurutnya terlalu... tapi disisi lain dia bersyukur niki tidak lagi mempertanyakan mengapa dia menangis.
"Aku bahagia akhirnya mama sama papa kembali kayak dulu"
Hoseok dan eunbi tersenyum masam. Entahlah mereka memang benar-benar sudah kembali atau hanya untuk saat ini saja.
"Jangan berantem lagi ya, aku nggak suka"
"Iya sayang. Sekarang kamu istirahat ya"
"Papa sama mama temenin aku disini"
Eunbi mengelus kepala niki "kita selalu disisi kamu niki"
Niki tersenyum simpul lalu mulai memejamkan mata. Merasakan eratnya genggaman tangan papa hoseok dan lembutnya elusan mama eunbi.
Hingga akhirnya ia mulai menjelajah ke dunia mimpi.
Eunbi mengehentikan tangannya setelah melihat nafas niki mulai berhembus teratur. Setetes liquid bening kembali meluncur dari kedua bola matanya.
"Eunbi"
"Hmm"
"Kamu juga harus istirahat, biar aku yang menjaga niki"
"Untuk memejamkan mata saja aku sangat takut jung"
Hoseok menghela nafas "kalau kamu sakit bagaimana? Kamu harus kuat agar bisa menjaga niki"
"Tapi–"
"Maaf"
Kali ini eunbi menatap hoseok dengan dahi mengernyit.
"Untuk?"
"Maaf untuk kesalahan yang sudah aku lakukan. Maaf membuatmu marah sehingga kita sering bertengkar. Maaf karna aku— tidak bisa jadi papa yang baik untuk anak kita"
Eunbi terdiam.
"Aku tau aku salah eunbi, tapi tolong dengarkan kata-kataku. Sekali ini saja" ucap hoseok memohon.
Eunbi menunduk "baiklah"
Hoseok tersenyum tipis saat eunbi beranjak menuju sofa.
"Bangunkan aku jika niki terbangun"
Hoseok mengangguk "tentu saja"
Beberapa saat kemudian eunbi sudah masuk ke alam mimpinya juga. Terlihat jelas gurat kelelahan di wajah cantik itu.
Hoseok tersenyum getir. Perlahan bahunya bergetar menahan isak tangis yang sedari tadi ditahannya.
Jika kalian pikir hoseok tidak pernah menangis, itu salah besar. Dia selalu menangis diam-diam dibelakang niki dan eunbi. Seperti saat ini.
Ia hanya tak mau menambah kesedihan diantara keduanya. Sebagai kepala keluarga ia harus terlihat kuat meskipun aslinya dia pun sama rapuhnya.
Hoseok menepuk dadanya yang terasa semakin sesak.
"Ya tuhan apa yang harus aku lakukan?" Ucapnya dengan suara selirih mungkin.
"Maafkan aku tuhan, aku tidak bisa menjaga titipanmu dengan baik"
Saat itu hoseok menumpahkan –lagi– semua yang dipendamnya dengan isak tangis yang memilukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear God | Ni-Ki ✔
Fanfiction"Tuhan, Seandainya aku diizinkan untuk bertahan sedikit lebih lama, Aku ingin menyatukan kembali orang tuaku dan membuka lembaran baru bersama mereka"