Seperti biasa teman-temannya selalu menyambut kedatangan niki dengan sapaan ceria, kecuali satu orang. Dia hanya tersenyum tipis tanpa mengucapkan satu katapun.
"Good morning my brother" sapa junghwan.
"Pagi wawan"
Junghwan mendelik tak terima "junghwan woy!"
"Sama aja, kan belakangnya wan"
"Yaudah karna lo sobat terbaik gue jadi gapapa"
Niki tertawa kecil. Dia melirik ke arah dahyun yang sedang membaca buku. Sepertinya dia enggan berinteraksi dengannya setelah kejadian kemarin.
Krrriingggg
Niki dan junghwan langsung menuju ke bangku mereka. Begitu juga dengan yang lain.
Pelajaran pertama hari ini adalah matematika, salah satu matkul favoritnya. Tapi sepertinya kali ini fokusnya akan terpecah karna dia masih memikirkan dahyun. Apakah dahyun akan membencinya?.
Benar saja, satu jam pelajaran berlangsung niki benar-benar tidak fokus. Sampai junghwan menyikut lengannya.
"Nik lo dipanggil tuh" bisiknya.
Niki mendongak ke depan. Ternyata ibu guru menyuruhnya untuk maju mengerjakan soal.
"Niki jung apa kamu tidak memperhatikan saya?"
"Maaf bu"
Si guru menghela nafas "baiklah saya maafkan tapi jangan diulangi lagi. Sekarang perhatikan"
"Baik bu"
Junghwan menatap niki aneh. Tidak biasanya dia seperti ini apalagi di jam mata pelajaran favoritnya.
"Baik anak-anak pelajaran kali ini cukup sampai disini. Terimakasih"
Setelah guru matematika keluar, junghwan langsung membombardir niki dengan berbagai pertanyaan.
"Nik lo gapapa kan? Kalo ada apa-apa tuh cerita sama gue"
"Gue gapapa wan"
"Nik- DARAH!!"
Karna teriakan junghwan, seisi kelas pun ikut panik terlebih lagi ketiga temannya.
"CEPETAN BAWA KE UKS!" Teriak zoa panik.
Dengan sigap junghwan memapah niki. Tapi baru beberapa langkah, tubuh niki ambruk.
"NIKI!!"
"Shhh" niki mendesis merasakan pusing di kepalanya.
"Jangan gerak dulu"
"Arrghh sakit"
"Nik! Niki denger mama nak?!" Eunbi mengguncang lengan niki.
Ia melirik ke samping. Sudah ada mama eunbi yang menemani. Seketika pikirannya berkelana, bukankah dia sedang berada di sekolah.
"Ma kenapa aku disini?"
"Kamu mimisan terus pingsan"
Eunbi terheran karna niki tidak langsung merespon "niki?"
"O-oh tadi mama bilang apa?"
"Kamu mimisan terus pingsan"
Niki memejamkan matanya sejenak. Entah kenapa kepalanya terus berdenyut, bahkan tadi dia sempat tak mendengar perkataan mama eunbi.
"Mama panggil dokter kim dulu ya"
Eunbi keluar dari ruang rawat niki dengan perasaan berkecamuk. Ada apa ini? Kenapa respon niki sangat lambat.
Tak lama kemudian, ia sudah kembali bersama dokter kim.
"Niki apa yang kamu rasakan?"
Bukannya menjawab, niki malah sibuk memandangi atap-atap langit.
Dokter kim menepuk lengannya "niki kamu mendengar saya?"
"E-eh maaf dokter, tadi anda berbicara apa?"
"Apa yang kamu rasakan?"
"Kepalaku terus berdenyut"
Dokter kim mengangguk lalu memeriksa bagian-bagian lain.
"Nyonya jung, bisakah kita berbicara sebentar?"
Eunbi mengangguk "Tentu"
Dokter kim mengajak eunbi berbicara di depan kamar rawat niki.
"Jadi kenapa dengan niki? Keadaanya baik-baik saja bukan?" Tanya eunbi gusar.
Dokter kim menghela nafas "sebelumnya saya minta maaf"
Eunbi menutup mata. Dia takut untuk mendengar kemungkinan terburuk yang akan dokter kim ucapkan.
"Niki sudah memasuki stadium empat"
Lagi, hati eunbi bagai dihantam ribuan batu. Ya tuhan, hukuman apalagi yang harus diterimanya.
"Saya harap anda sekeluarga selalu mendoakan niki. Saya akan berusaha semaksimal mungkin"
Eunbi menggeleng dengan air mata menggenang di pelupuk matanya. Bahkan dia tak menyadari kepergian dokter kim.
Eunbi merogoh ponselnya lalu menekan satu buah nomor.
"Halo"
"Jung..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear God | Ni-Ki ✔
Fanfiction"Tuhan, Seandainya aku diizinkan untuk bertahan sedikit lebih lama, Aku ingin menyatukan kembali orang tuaku dan membuka lembaran baru bersama mereka"