Double up~
Pengen cepet selesai😁Niki mengerang saat kepalanya kembali berdenyut hebat. Bahkan pandangannya terasa berputar dan sedikit memburam.
"Aaargghh"
"Niki! Jung panggil dokter kim sekarang!" Eunbi berujar panik.
Tak lama hoseok kembali masuk bersama dokter kim. Saat dokter menyuntikkan cairan perlahan tubuh niki melemas.
"Dokter ada apa dengannya?"
"Keadaannya semakin memburuk. Kankernya menyebar lebih cepat dari dugaan saya"
Hampir saja tubuh eunbi limbung jika hoseok tidak sigap menahannya.
"Saya sudah menyuntikkan obat pereda rasa sakit. Jika niki sudah bangun tolong panggil saya lagi"
Hoseok mengangguk "baik dokter"
"Kalau begitu saya permisi"
Tangis eunbi kembali pecah.
"Niki harus sembuh..."
Hoseok mendekap eunbi erat.
"Jung jangan biarkan niki pergi..."
"Maaf"
Hanya satu kata yang bisa hoseok ucapkan.
'Tuhan, engkau telah berhasil menghukum ku. Kumohon jangan biarkan dia kesakitan lagi'
Niki membuka matanya perlahan. Seketika dirinya terkejut. Tungu– ada apa ini? Kenapa semuanya memburam?.
"Mama! papa!"
Hoseok segera membangunkan eunbi saat niki memanggil mereka.
"Niki ini papa sama mama"
"Semuanya buram! Mataku!"
"Jung!"
Hoseok segera memanggil dokter kim.
"Nyonya dan tuan mohon tenang, saya akan memeriksa kondisinya"
"Ya tuhan"
Dokter kim melambaikan tangannya "Niki apa kamu mendengar saya?"
Niki mengangguk "samar-samar"
"Kamu bisa melihat saya?"
Niki menggeleng "buram"
"Apalagi yang kau rasakan?"
"Kakiku tidak bisa bergerak"
Eunbi menutup mulutnya agar isak tangisnya teredam. Apa tuhan masih belum puas menghukum mereka?.
Dokter kim menghela nafas lalu mencatat semua keluhan yang dialami niki "akibat penyebaran kankernya, niki mengalami kelumpuhan dan juga terganggunya saraf pendengaran dan penglihatan"
"Dokter apakah tidak bisa disembuhkan?" tanya hoseok penuh harap.
Dokter kim menggeleng pelan "saat ini hanya keajaiban tuhan yang bisa menolongnya. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya"
Detik itu eunbi kehilangan kesadarannya.
"Eunbi!" Pekik hoseok tertahan.
Hoseok mengangkat tubuh eunbi lalu membaringkan di sofa. Dengan sigap dokter kim langsung mengecek keadaanya.
"Dia mengalami shock berat dan stress berlebihan. Nanti saya akan membawakan obat untuk nyonya jung. Saya permisi" ucap dokter kim pelan takut niki mendengar.
Hoseok menutup wajahnya dengan kedua tangan "Kumohon jangan lagi"
"Papa mama"
Hoseok membalikkan badannya lalu mendekat. Dia mengelus kepala niki "kenapa hmm?"
"Mama mana?"
"Mama lagi istirahat" tentu saja hoseok harus berbohong.
"Pa, aku lumpuh sama buta ya?"
Hoseok terdiam menahan rasa sesak yang membuncah di dalam dadanya.
Niki tertawa miris "waktu aku sebentar lagi kan pa?"
"Enggak nak, jangan pesimis begitu"
"Sekarang aku bener-bener nggak berguna. Aku cuma bikin malu papa sama mama"
Hoseok mencium kening niki "siapa bilang kamu bikin malu mama sama papa, justru kita bangga punya anak sekuat kamu"
Niki menggeleng "aku cuma bisa ngerepotin kalian, aku beban buat kalian"
"Jangan bilang begitu niki. Kita nggak pernah merasa terbebani sama kamu. Kamu anak kita, harta kita dan kebahagiaan kita"
"Pa"
"Iya"
"Kalau aku pergi papa harus jagain mama. Jangan biarin mama nangisin kepergian aku"
Kali ini hoseok benar-benar menangis. Dinding kokoh yang sudah ia bangun akhirnya runtuh.
"Papa adalah superhero buat aku. Saat aku udah nggak ada, papa harus jadi superhero buat mama"
"Niki..."
Tangan niki terangkat menyentuh wajah hoseok.
"Papa jangan nangis, masa superhero nangis sih" ucapnya tertawa kecil.
Hoseok mendekap tangan kurus niki lalu menciuminya. Dia menyesal karna pernah mengabaikan tangan ini. Tangan yang harusnya ia genggam.
"Maafin papa" ucapnya dengan isak tangis yang tak kunjung reda.
Niki tersenyum "papa nggak salah, jangan minta maaf terus"
"Papa jangan nangis lagi" lanjutnya.
Hoseok mengusap air matanya "iyaa udah enggak nangis kok" ucapnya parau.
"Kalo mama udah bangun bilangin sama mama ya pa, aku pengen dipeluk mama"
Hoseok mengangguk meskipun niki tak melihatnya dengan jelas "iya, tanpa kamu minta pun mama bakal selalu peluk kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear God | Ni-Ki ✔
Fiksi Penggemar"Tuhan, Seandainya aku diizinkan untuk bertahan sedikit lebih lama, Aku ingin menyatukan kembali orang tuaku dan membuka lembaran baru bersama mereka"