"Aku pulang"
"Kamu dari mana aja nak?"
"Main ditaman mah"
Mama tersenyum "yasudah kamu mandi dulu sana. Mama lagi masak"
Dahyun mengangguk lalu melenggang ke kamarnya.
Dia langsung mengunci pintu lalu menyandarkan punggungnya. Perlahan tubuhnya merosot seiring jatuhnya bulir air mata di pipinya.
Sakit sekali rasanya.
"Lo jahat nik"
Drrrtrr ddrrrtttt
Dahyun hanya melirik ponselnya sekilas tanpa berniat menjawab. Biarlah jika besok zoa akan meceramahi dirinya. Saat ini dia ingin sendiri.
Ia mematikan ponselnya lalu beranjak ke meja belajar. Mengambil sebuah album foto dengan sampul bergambar bunga daisy. Album yang sengaja dia beli untuk menyimpan kenangan bersama sahabat-sahabatnya.
Ia tersenyum masam saat membuka album itu. Foto pertama adalah foto dirinya bersama keempat sahabatnya. Foto ini diambil pada saat mereka study tour ke pantai.
Semakin dia membuka lebih banyak lembaran, semakin hatinya terasa sakit.ia sadar, seharusnya tidak ada rasa diantara mereka.
Tangannya berhenti tepat di salah satu foto yang membuat hatinya semakin porak poranda. Foto dirinya bersama niki yang tersenyum lebar ke arah kamera.
Dahyun kembali terisak "kenapa? Kenapa lo harus ngomong suka sama gue nik?"
"Harusnya lo diem aja!"
Dahyun memukul foto itu.
"Lo jahat nik hiks..."
Ia menelungkupkan kepalanya di atas meja. Dia berharap rasa sakitnya akan menghilang seiring derasnya air mata yang terjatuh.
Dan ia berharap besok, semuanya akan kembali seperti sedia kala.
"Oke dahyun lo harus senyum"
Dahyun menarik kedua sudut bibirnya di depan cermin. Tapi setelahnya dia tersenyum miris. Penampilannya benar-benar kacau, bukan seperti jung dahyun yang biasa. Kantung mata hitam, mata bengkak dan bibir pucat. Siap-siap saja dia akan dibom pertanyaan oleh sahabat-sahabatnya apalagi zoa.
Setelah mengoleskan sedikit liptint, dahyun menggendong tasnya menuju meja makan.
"Pagi ma"
"Pagi da– Mata kamu kenapa nak?!" Mama langsung menangkup pipi dahyun.
Dahyun tersenyum "insomnia ma, nggak usah khawatir"
"Haduhh mama udah bilang berkali-kali sama kamu jangan kecapean sayang. Liat tuh kantung matanya gede banget"
Dahyun tertawa kecil "iya iya mamaku sayang"
"Yaudah ayo sarapan mama udah siapin roti selai sama susu"
Dahyun menghela nafas. Sebenarnya dia merasa bersalah karna membohongi mamanya tapi tidak mungkin juga dia akan mengatakan yang sebenarnya. Bisa-bisa urusannya makin panjang.
Selesai sarapan dahyun langsung berpamitan.
"Ma aku berangkat ya"
"Iyaa sayang, belajar yang rajin ya"
Dahyun mengangguk.
"Selamat pagi mba dahyun"
"Pagi pak juyeon"
"Keliatannya lagi kurang semangat hari ini"
"Iya pak"
Setelah itu pak juyeon tidak berbicara apa-apa lagi. Bertahun-tahun mengabdi pada keluarga jung membuatnya paham dengan sifat dahyun. Jika mood dahyun sedang tidak baik pak juyeon hanya akan berbicara seperlunya saja.
"Pak juyeon nanti nggak usah jemput, aku pulang sendiri aja"
Pak juyeon mengangguk "selamat belajar"
"Iyaa"
Dahyun melangkah memasuki gedung sekolahnya dengan lemas. Jika biasanya ia akan membalas sapaan siswa siswi lain dengan ceria, kali ini tidak. Dia hanya tersenyum tipis tanpa mengatakan apapun.
"DAHYUNN"
Tepat seperti dugaanya. Sudah ada zoa bersama junghwan dan zeyu menunggu di depan kelas.
"Apa?"
"Kenapa lo nggak angkat telfon gue?! Itu kenapa pula matanya bengkak?"
"Issh toa banget sih lo zoaa, budeg nih kuping gue" timpal zeyu sambil menutup telinganya.
Zoa melotot "kalo nggak mau denger ngapain disini?!! Pergi jauh-jauh lo!!"
Zeyu menciut. Zoa memang tidak bisa dilawan.
Junghwan tertawa "kasian"
"Diem deh wan"
Kembali lagi pada zoa dan dahyun.
"Dahyun lo kenapa? Sini cerita sama gue"
"Gapapa zo, gue semalem insom"
"Haduh lo tuh kalo mau boong pinteran dikit kek. Nggak mungkin cuma karna insom mata lo sampe bengkak begini"
Dahyun menghela nafas "zoa gue mau masuk"
"Jung dahyun–"
Junghwan menyikut lengan zoa "Udahlah zo biarin dahyun masuk"
"Tapi kan–"
Junghwan menatap zoa seakan memberi kode.
"Yaudah masuk. Tapi nanti harus cerita loh"
Dahyun mengangguk saja.
"Good morning my brother"
Dahyun mendongak saat mendengar suara junghwan menyapa seseorang. Siapa lagi kalau bukan niki.
Disaat teman-temannya yang lain menyambut kedatangannya dengan riang, dia hanya tersenyum tipis lalu kembali fokus pada bukunya.
Ya dia sudah bertekad akan melupakan semua ucapan niki dan juga... perasaanya. Meskipun sulit.
Jam pelajaran pertama berjalan seperti biasanya. Sampai atensinya teralihkan saat junghwan berteriak.
Bohong jika dia tidak panik saat darah keluar dari hidung niki.
Saat junghwan memapahnya tiba-tiba saja ia pingsan membuatnya memekik.
"NIKI!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear God | Ni-Ki ✔
Fanfiction"Tuhan, Seandainya aku diizinkan untuk bertahan sedikit lebih lama, Aku ingin menyatukan kembali orang tuaku dan membuka lembaran baru bersama mereka"