( ◜‿◝ )♡
Di rooftop seorang gadis yang masih berdiam diri menatap ke depan dan masih terisak tapi tak mengeluarkan air mata, air matanya kering akibat angin yang menerpa, wajahnya sembab, hidungnya memerah terlihat sekali bahwa gadis itu habis menangis.
Tamara terus terdiam menopang lengannya ke dinding pembatas menatap ke depan sampai ia tak sadar seorang lelaki berada di belakang menyusul dirinya, lelaki itu berdiri di sampingnya dan memandang ke depan mengikuti arah pandangan Tamara.
cukup lama Devan menunggu penggerakan Tamara tapi tak ada kata yang keluar dari mulut Tamara bahkan mungkin Tamara tak menyadari keberadaan Devan, karena geram akhirnya Devan memutuskan untuk membuka suara duluan.
"dingin banget yak, lu ga dingin apa?" Kata Devan memeluk dirinya berakting kedinginan dengan tatapan masih ke depan.
Tamara hanya melirik sekilas dan kembali ke arah pandangannya tanpa minat untuk menjawab pertanyaan itu, mulutnya seperti beku entah itu karena cuaca atau karena teriakannya tadi yang membuatnya lelah.
"kalo lu punya masalah usahain buat cerita ke sahabat lo atau siapa kek, ke gue juga bisa, coba terbuka bukan malah menyéndiri kayak gini."
"Kasian gue liat dua sahabat curut Lo itu nyariin Lo kayak orang gembel."
"What did you say? Ha?"
"Ngak bukan gitu maksud gue, maksudnya Reva Ama Jeje nyariin Lo tapi beneran deh kayak gembel, kebingungan mereka. Lo ga kasian? Capek capek mereka nyari eh Lo malah disini."
ucapan Devan membuat Tamara menunduk , mata Tamara mulai berkaca-kaca digenangi air mata, Tamara semakin merasa bersalah apalagi terhadap sahabatnya tapi ia tidak mau membawa sahabatnya ke dalam masalah.
Devan yang melihat Tamara terisak pun merasa bersalah juga apa perkataannya terlalu keterlaluan?? Devan tidak tau. "ehh jangan nangis juga dongg,"
mendengar itu Tamara mengesatkan air matanya yang hampir jatuh, Tamara benar benar tidak bisa mengendalikannya. "siapa juga yang nangis,"
"Lo. masa setan."
"apaan si sok tau banget."
"dikira gua bodoh kali ya," siapa yang tak mengira kalo Tamara habis menangis dengan mata yang bengkak dan hidung yang merah itu akan membuat orang orang menyadarinya.
"pergi Lo kak!"
"kalo gue gamau gimana??"
"ihhhhh pergi atauu..."
Tamara benar benar sudah dibuat kesal oleh oknum bernama Devan. kenapa ia ketemu Devan saat seperti ini ya tuhan..
"atau apaa??" tanya Devan dengan muka menantang.
"'atau gue yang pergi'?? yaudah pergi aja" lanjutnya.
Tamara membelalakkan mata bahkan mulutnya terbuka mendengar perkataan Devan. memang Tamara pengen pergi dari sini tapi masa iya Tamara pergi dengan muka sembab seperti ini pasti akan ditertawakan pikir Tamara.
"ARGHH!! bisa gila gue lama lama Deket Ama Lo kak."
"iya gila karena kegantengan gue,"
"kepedean." Tamara mengeplak muka Devan membuat wajah Devan terarah ke samping.
"ya emang itu fakta kan??"
"b aja."
"boong. buktinya kemaren lo lari dengan muka merah kayak tomat HAHAHAH pasti salting ye kann??"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY GUARD
Teen FictionBagaimana jika seseorang sudah terbiasa dengan kehadiran dia, dia yang datang saat kapal Tamara hampir tenggelam, dia temani Tamara berlayar, dia yang selalu ada disaat semua orang menjauhinya entah itu sahabat, hingga orangtua. Dia ajak berbicara...