MY GUARD | 1

309 25 24
                                    

1.DEVAN

***

Hari Senin kembali menyapa pagi. Senin adalah hari yang Tamara benci, dikarenakan Tamara harus bangun pagi lebih awal ke sekolah untuk mengikuti upacara bendera. Setelah sudah siap menyiapkan diri, Tamara bergegas keluar dari kamar. Lalu, turun dari tangga dengan terburu-buru.

Disana, Tiara sedang fokus merapikan meja makan sampai tak tersadar bahwa Tamara sudah berada dibelakangnya.  Tamara mendekati Tiara "ma Nanda berangkat ya...,"

"Eh... makan dulu, mama udah siapin." Ucap Tiara hendak merangkul Tamara ke meja makan.

"Gausah mah, nanti telat." Tolak Tamara. Dengan cepat Tamara mengambil tangan Tiara menyalaminya. Sebelum pergi tak lupa Tamara mengambil sepotong roti yang tampak menggugah selera. kemudian berlari sambil berteriak
"NANDA BERANGKAT, MAH."

"iya hati hati kamu,"

Sebuah mobil pesanan sudah tiba didepan gerbang, ia masuk kedalam mobil dan mobil pun mulai berjalan meninggalkan pekarangan rumah.

Setibanya disekolah sudah banyak siswa-siswi yang berbaris membuat barisan di lapangan. Untung Tamara tidak telat, Tamara dengan segera melempar tasnya di loker dan bergabung ke barisan dua temannya.

"Lama banget datengnya, untung kagak telat lo." Kata Jeje.

"Macet je..,"

Jeje menggeleng pelan melihat temannya. Jeje kembali fokus ke depan pada pandangan yang indah di depan barisan sana.
"Tamara liat deh kak Devan ganteng banget...,"

Tamara mengikuti arah pandangan Jeje. Disana terdapat Devan yang sedang mengobrol dengan temannya
"percuma ganteng tapi hobinya mainin cewe,"

"ga. kalo dia jadian sama gue ... gue yakin dia bakal berubah"

"Idiii, ngarep banget neng...,"

Tamara memutar matanya malas menangapi sahabatnya yang sudah tergila gila dengan Devan yang playboy ia tak tau pikiran temannya satu ini yang masih tergila gila dengan kakak kelasnya itu bahkan satu sekolah pun tau akan hal itu. memang cinta itu membuat kita buta.

.....

Bel istirahat berbunyi ini yang Tamara tunggu tunggu dari tadi, ia sangat lapar saat ini. Tamara langsung menaruh bukunya di laci. persetan tugasnya yang belum siap, Tamara harus mengisi perutnya.

Ia melirik ke belakang dimana meja Jeje dan Reva duduk. Mereka masih berkutat dengan tugasnya membuat Tamara berdecih malas.

"Bisa cepet ga, gua lapeer banget ini," rengek Tamara sambil memegang perutnya.

"ish bentar napa ngak sabaran amat." kata Jeje yang masih berkutat dengan buku.

"ish, lama. yaudah gue duluan."
Tamara pergi dengan wajah yang cemberut. Sebenarnya malas rasanya jika berjalan sendirian ke kantin, tetapi karna cacing yang berada di perutnya ini sudah berteriak minta makan, dengan terpaksa Tamara melangkah kakinya menuju kantin.

Sesampainya di kantin, Tamara meruntuki dirinya yg tekad pergi sendiri ke kantin, pasalnya banyak sekali rombongan kakak kelas cowok yg nongkrong di kantin membuat dia urung memasuki kantin tersebut. Tamara tak berani untuk masuk takut menjadi pusat perhatian para lelaki disana, bukan kegeeran tapi bisa saja terjadi apalagi Tamara yang pergi sendiri.

Cukup lama ia berfikir 'masuk atau tidak' ia pun memberanikan diri masuk, Tamara terus terusan meyakinkan dirinya bahwa tak akan terjadi apa apa. Pada saat mulai memasuki kantin, dugaan yang Tamara pikir tadi, benar terjadi. Segerombol kakak kelas itu mulai menggoda, memanggilnya.

'sendiri aja dek?'

'cemberut amat,, senyum napa'

'bagi nomor wa sabilah'

'dek Abang ini nanya siapa namanya'


Tamara yang mendengar bukannya salting malah merasa risih. Buru buru ia mengambil makanan lalu, membayarnya. Setelah membelinya, Tamara bergegas pergi berlalu dari kantin.

Sepanjang jalan Tamara tak habis habis habis menggerutu kesal dengan kakak kelas itu. padahal ia ingin membeli Snack kesukaannya tapi karena kakak kelasnya yang menggoda, membuatnya tak nyaman berada lama-lama di ruangan itu.

"TAMARA!!"

Ketika hendak ingin berlari, suara panggilan yang memanggil namanya membuat langkahnya terhenti. Tamara menoleh ke belakang. tak disangka ternyata yang memanggilnya adalah kakak kelas yang ia bicarakan tadi di lapangan bersama Jeje.

"kak Devan" ucap Tamara sedikit terkejut. Tamara membalikkan badannya menghadap Devan "a-ada apa kak??"

Devan mendekat sembari memberikan senyuman.

"buru buru amat Lo, ini uang kembalian lo." Ucap Devan sembari menyodorkan uang.

Tamara membelalakkan mata. bisa bisanya ia lupa dengan uang kembalian, buat malu saja. "hah? Uang gue?emm makasih." Tamara mengambil uang yang Devan berikan

"saking saltingnya Ampe uang kembalian ga diambil ya? ckck," goda Devan

'anjir kok Devan tau siiii' ucap Tamara dalam hati.

"Enak aja. siapa yang salting, orang gue lupa kok," ucap Tamara tak terima.

"ah masa..?" Ucap Devan dengan alisnya yang naik turun.

"jangan nyebelin deh, Dev." Merasa mukanya yang terasa panas, Tamara membuang muka kesamping. Ia tak mau menatap cowo didepannya ini.

"lucu banget cii... pipi Lo merah" dengan polosnya Devan mengatakan sambil menunjuk ke pipi Tamara dengan terkekeh. Reflek Devan mengacak rambut Tamara gemazzz.

deg!

mampus.... -ucap Tamara dalam hati.

Tamara menyingkirkan tangan devan yang berada di kepalanya.

"kak Dev.., gue duluan ya, buru buru soalnya ada tugas yang belum selesai." setelah mengatakan itu Tamara langsung berlari. ini sangat memalukan. tuhann buatlah Tamara amnesiaa Tamara tak mau mengingat kejadian ini sungguh memalukann.

'bahaya gue lama lama Deket kak Devan berasa latihan jantung' -batin Tamara.

****

Devan kembali memasuki kantin menyusul teman temannya yang menunggu kedatangannya dari tadi.

"Awalnya acak rambu dulu, ntar Baru hatinya di acak Amburadur. ye gak?" kata Lucanne.

"oh target selanjutnya itu?" kata Raka.

Devan berjalan kearah kursi yang berada di samping Erland, menarik kursi itu dan mendudukinya.

"menurut lo. eh tapi si Tamara gemes banget anjir. lucu banget sumpah," 

"si anak monyet ngulah lagi. Nggak cukup janda janda diluar sana lo sikat? Sekarang bocah juga?" Ucap Lucanne tak habis pikir.

"

"gue ga jahat jahat banget kali, mantan gue aja yang lebay,"

"Perlu gue beliin kaca gede, biar sadar diri?" kata Erland

***

MY GUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang