3.PERGINYA TIARA***
"aw..."
'bgs*t ni orang ngk punya mata kali ya,
seorang lelaki menabraknya dari lorong koridor, membuat Tamara tersungkur ke belakang alhasil, buku buku yang dibawanya jatuh berserakan. dalam hatinya Tamara mengumpat akan memarahi orang yang menabraknya.
Tamara hendak berdiri tanpa bantuan, ia menepuk tangan membersihkan kedua telapak tangannya yang kotor. Tanpa niatan membantu, Tamara hanya mengamati lelaki yang sedang merunduk mengutip buku.
setelah mengambil semua buku, lelaki itu menyodorkan bukubuku kepada Tamara tanpa sepatah kata pun.
"Jalan tu pake mata, ni jal-"
"sorry, gua buru buru."
Lelaki itu pergi dari hadapan Tamara tanpa menunggu Tamara menyelesaikan perkataannya. Tamara menatap jengkel punggung lelaki itu yang semakin lama semakin berlalu ditutupi pembatas."HEH! GUE BELOM SELESAI NGOMONG, ga sopan tau!"
Tamara mendengus kesal, untungnya Tamara sempat melihat name-tag dibajunya yang bertuliskan nama Erland "Erland? Kayak pernah denger."
______
"dari mana aja si lu?, lama bener." tanya Raka yang sudah siap untuk bermain
"Sabar dikit elah," ia berjalan ke ruangan ganti
"CEPATANN. JANGAN LAMA." teriak Raka meninggalkan Erland dan kembali bergabung dengan lainnya.
_________
Setelah pulang dari sekolah Tamara langsung pulang ke rumah karena panggilan dari mamanya yang menyuruhnya untuk pulang cepat. Buru buru ia duduk di kursi untuk mempermudahnya lmembuka sepatu, tak biasanya mama menyuruhnya pulang bahkan untuk menanyakan keberadaan Tamara dimana pun jarang.
Dari ekor mata Tamara, ia tak sengaja melihat sebuah koper yang berada di pinggir sofa ruang tamu yang mencuri perhatiannya. Setelah selesai membuka sepatu. Dengan cepat Tamara bangun berlari ke kamar Tiara
'ceklek'
Tamara membuka pintu kamar, mendapati mamanya yang sedang merias diri dan berpakaian rapi membuatnya yakin akan prediksi dirinya. Tamara berjalan mendekati bed dan mendudukinya menghadap Tiara "ma, itu didepan koper siapa??"
mendengar ucapan itu, kegiatan Tiara teetunda. Ia membalikan badan menatap anak bungsunya, ada perasaan tak tega untuk memberitahu. Tiara mendekati Tamara dan duduk disampingnya, sebelum mengatakmengambilra mengambilu Tiara m tersenyum dahulu memberikan tatapan lembut kepada anak bungsunya. "mama harus nyusul papa kamu, mama harus ke Singapura mama akan membantu papa di sana.... kamu tidak pa-pakan tinggal dengan bibi untuk sementara," dengan suara pelan nan lembut.
Tamara kaget tentunya, sudah cukup papa yang meninggalkan Tamara kenapa sekarang harus mama? sebenarnya Tamara sudah terbiasa di tinggal dengan alasan bisnis. ia tidak mau jauh dari orangtuanya tapi Tamara juga tidak mau meninggalkan rumah ini, alias Tamara harus ke Singapura jika ia tidak mau jauh dari orangtuanya.
Tamara memikirkan ia harus sekolah, dan disana Tamara belum mempunya teman Tamara memilih untuk tinggal di rumah walau hanya dengan seorang pembantu.
Tamara menatap mamanya kecewa lagi lagi ia harus jauh dari orangtuanya pasalnya ia jarang mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya yang sibuk dengan pekerjaan. tapi dirinya tidak boleh egois toh itu untuk masa depannya juga.
Tamara tersenyum ke arah Tiara memegang tangan mamanya "hmm yaudah nggak pa-pa, emang mama kapan berangkat??"
"bentar lagi jam 3," jawab Tiara sambil menatap jam dinding.
"hah!!" mengapa Tiara tak memberitahu sejak awal "kok cepet banget sih... kenapa ngk bilang dari kemaren kalo perginya sekarang," Tamara menatap Tiara dengan raut wajah cemberut.
"maafin mama ya sayang mama juga baru dapet kabar tadi pagi" sambil menangkup wajah Tamara"mama harap Nanda ngk marah sama mama, kamu baik baik ya disini jangan keluyuran inget walaupun mama ngk ada didekat dan ngejagain kamu.. tapi bibi akan mantau kamu, kamu jangan nakal nakal ya, mama sayang kamu" Tiara memeluk Tamara ia pasti akan merindukan gadisnya dan mencium pucuk kepala Tamara
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MY GUARD
Teen FictionBagaimana jika seseorang sudah terbiasa dengan kehadiran dia, dia yang datang saat kapal Tamara hampir tenggelam, dia temani Tamara berlayar, dia yang selalu ada disaat semua orang menjauhinya entah itu sahabat, hingga orangtua. Dia ajak berbicara...