1 ' 10

1.7K 256 20
                                    

Menikah karena apa?

ALUNA

Di ITB ini, kadang aku ngeliat banyak anak-anak sekolah SMA foto-foto di bagian tertentu. Mungkin impian mereka sama besarnya kayak aku dulu yang pengen banget masuk ITB, nggak perduli serumit apa dan sesusah apa persaingannya tetep aja impian itu lebih besar. Tapi ternyata yang lebih sulit itu bukan saat mewujudkan impian itu sendiri, tapi saat kita mewujudkan impian itu dan mempertahankannya.

Keluar dari ITB itu, nggak mudah...
Cuma orang-orang Sekelas Tesla, Einstein dan lainnya yang cepet lulus.

Jadi, kenapa bisa begitu?
Karena impian kita nggak boleh cuma sekedar 'Aku ingin masuk ITB' tapi harus lebih besar lagi yang saat kita bisa wujudin itu kita akan tetap terus mempertahankan nya.

Aku membaca ulang kalimat yang aku tulis di Laptop, lalu memperbaikinya jika ada kata yang salah dan di rasa nggak nyambung.

Catatan ini buat Adhis yang bakal jadi pembicara untuk anak-anak junior. Dan aku lupa itu dalam rangka apa. Tapi memang benar kan apa yang aku tulis? Bahwa mempertahankan impian itu sulit.

Aku sedang duduk di sembarang tempat. yang penting adem buat duduk udah segitu juga lebih baik.

Dan mataku menatap anak laki-laki yang sedang senang-senangnya belajar jalan. Matanya bulat indah pipinya menggemaskan, dan beberapa detik setelah itu, langkah kakinya terasa sulit, tubuh nya mulai oleng dan buru-buru aku meletakan Laptop dan menghampirinya.

Dia menatapku lekat-lekat mungkin bertanya-tanya siapa aku.

Aku tersenyum ke arahnya, membetulkan posisinya berdiri.

"Omar nggak papa?" Suara lembut itu terdengar dari belakang, segera ku menoleh dan tersenyum ke arahnya.

Aku rasa, itu ibu dari si anak yang di panggil Omar ini. Wanita ini berjilbab panjang wajahnya Cantik sedikit mirip dengan anaknya.

"Makasih Tante..." Ucap nya saat memegangi tangan mungil anaknya.

"Sama-sama, Omar." Jawabku selembut mungkin.

"Mbak, maaf kok wajahnya kayak nggak asing yah?" Tanyaku saat melihatnya dari dekat.

Mbak tadi tertawa renyah, "Masa sih?" Tanyanya di sertai tawa.

"Nama saya Fatim." Katanya memperkenalkan diri.

Heee .. aku tahu sekarang.

"Ini Mbak Fatim yang dulu jadi juara di Olimpiade Astronomi itu yah?" Tanyaku sambil memekik.

Dia tertawa lagi, "Kebetulan Iya." Jawabnya.

"Aku Luna, Mbak. Aku pernah denger cerita Mbak waktu sekolah."

Iya, dia Fatim. Siti Fatima wanita cantik asal Madura yang menjuara OSN Astronomi tahun 2011

Kisahnya tertulis di beberapa halaman Browser, terpotret di Televisi dan memotivasi di kalangan Murid-murid sekolah, termasuk aku.

Kak Marina yang menceritakan tentang Mbak Fatim ini. Di tambah dengan video singkat yang memperkenalkan kehidupannya sebagai Siti Fatimah dalam video yang di publikasikan di Youtube dengan judul "Kisah Inspiratif Siti Fatima"

"Denger-denger dari YouTube Mbak berhasil menyelesaikan S1 dan S2 cuma dalam waktu lima tahun doang yah... Keren sih Mbak." Ungkapku

"Alhamdulillah atas bantuan Allah bisa selesain itu." Jawabnya halus.

Udah cantik, pinter bahasanya halus apa yang kurang coba?

"Terus sekarang gimana Mbak? Nggak coba S3 aja?"

"Pengennya sih S3 di Belanda Dek."

"Kenapa Belanda Mbak?"

"Karena Ramah dalam Bahasa Madura di sebut Ayah dulu meninggal di sana dan di makamkan di sana." Jawabnya

"Begitu yah Mbak..."

"Iya, nanti saya pengen ngunjungin itu."

"Semoga tercapai yah Mbak."

"Aamiin, harus Bismillah yang banyak hehe."

"Omong-omong Luna ini Semester berapa?"

"Baru semester tiga Mbak."

"Wah, semangat yah... Jangan nangis-nangis tengah malem buat tugas hehe."

Seakan Mbak Fatim ngerti kondisi Mahasiswa di sini, Mbak Fatim tertawa pelan saat mengucapkannya.

"Dulu sih, pernah Mbak. Tapi sekarang nggak lagi."

"Wah berarti sudah beradaptasi dengan baik yah disini."

"Nggak juga sih, Mbak. Tapi aku punya Suami yang bisa bantuin ngerjain tugas hehe." Jawabku seraya mengingat wajah Raka.

"Eh? Sudah menikah, selamat yah..." Ucapnya sambil sesekali menuntun Omar.

"Iya Mbak makasih, kebetulan Luna menikah karena perjodohan."

"Beneran? Kalau begitu semoga sakinah yah dek, semoga selalu akur pasti nggak mudah yah nikah karena perjodohan."

"Awalnya sih Mbak yang nggak mudah, sekarang mah udah biasa aja hehe."

"Udah nemuin visi misinya yah?"

"Visi misi apa mbak?"

"Visi misi menikah, menikah itu harus di dasari dengan alasan dek. Kalau cuma sekedar menikah semua orang juga bisa, tapi saat kita memiliki visi misi dalam menikah maka akan menciptakan pernikahan yang memiliki pencapaian bersama. Entah itu misinya harus jadi Dokter bareng-bareng atau yang lebih tinggi misinya pengen bareng-bareng menuju Jannahnya Allah."

"Waaah makasih yah Mbak, aku jadi banyak belajar nih sama Mbak Fatim._

Aku menatap ponselku, sudah jam dua siang, hari ini Raka pulang cepat jadi aku harus menunggu Raka di Masjid.

"Oiya Mbak, kebetulan aku ada kegiatan nih, di tinggal dulu yah Mbak." Lanjutku

Mbak Fatim tersenyum, mempersilahkan lalu aku buru-buru menemui Raka. Entah karena tidak ingin dia menunggu terlalu lama atau karena ingin buru-buru memberitahukan Raka tentang tujuan apa yang ingin kita raih bersama dalam menikah.

****Akhirnya bisa memperkenalkan Mbak Fatim di sini sama kalian. Mbak Fatim ini salah seorang yang aku kagumi banget. Selain kisah masa kecilnya yang sedikit mirip denganku juga aku suka banget sama Astronomi***

Selamat mengenal Siti Fatima, jika sudah ada yang kenal maka kita samaan wkwk

Harus kudu nonton, dan makasih buat Zi sudah mengenalkan Mbak Fatim dengan Bi

Mengeja RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang