Banten bikin baper
Cerita ini di sertai Promosi tidak ber- bayar.
LUNA
"RAKA!"
"BANGUN IH!"
aku sudah meneriaki si menyebalkan Raka, padahal ini sudah nyaris adzan Subuh, tapi lihat, dia masih asik memeluk perutku dengan posesif, padahal sejak tadi tanganku sudah coba melerai pelukannya.
"Bangun Raka." Kataku di telinganya.
Dia menggeliat, dan seperkian detik berikutnya langsung mendekap diriku lebih kuat.
"Raka, sayang." Kataku ketus.
"Hmmm..." Sahutnya
Ck!
Ngeselin kan.
"Bangun..." Ucapku selembut mungkin, padahal ini hati sudah mencak-mencak ingin jambak rambutnya.
"Cium." Suara Raka terdengar sangat menyebalkan pagi ini.
Kampret ini anak satu.
Aku mendekati wajahnya, lalu mencium lembut pipi Raka.
Dia membuka matanya perlahan, lalu tersenyum, dan memejamkan matanya kembali.
"Pengen lagi "
Aku mengepalkan jemariku, lalu meninju bahunya kuat-kuat, tapi percuma, kepalan tanganku cuma Raka anggap kebentur dengan botol Inyong-A ukuran kecil.
"Mau di cium lagi." Suara lembut Raka terdengar berkali lipat menyebalkan dari yang tadi.
"Nggak mau."
"Yaudah." Dia membuka matanya, lalu menatapku dan memainkan kedua alisnya di naik-turunkan.
Aku memutar bola mataku masam, lalu mengulangi adegan cium pipi Raka percis yang tadi.
"Lepas." Omelku. Setelah beberapa detik tangannya masih setia nempel di perut.
"Nggak mau" kata Raka menyeringai
Sialan!
"Hmm..." Raka tampak berpikir sambil menatapku aneh.
"Kalau kamu cium aku sekali lagi, aku akan pertimbangkan untuk melepaskan kamu." Sambungnya sambil terkekeh.
"Ogah!" Kataku sarkas
Raka hanya diam, lalu menghela nafas panjang, dan memejamkan matanya lagi seraya memelukku lebih erat.
"Ih. Raka!"
"Kan aku udah tawarin."
Aku mendengus sebal ke-arahnya, lalu mengecup bibirnya singkat.
"Uda lepasin." Ucapku sewot
Dia tersenyum, "Aku kan bilang mempertimbangkan, bukan mau melepaskan."
"Jadi?"
"Setelah aku pertimbangkan, aku nggak akan lepasin kamu." Ucapnya dengan senyum mengejek.
Licik, RAKA EMANG LICIK!
"A---
baru aja mau marahin dia, tapi suara paling syahdu itu terdengar.
Aku tersenyum menang menatapnya.
"Lepasin, udah Adzan Subuh." Kataku tersenyum menang.
Dia balas tersenyum, membuat teka-teki baru yang pasti dia akan buat kelicikan lagi padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengeja Rasa
General Fiction16+ Bahwa sumber segala kisah adalah kasih Bahwa ingin berasal dari angan Bahwa ibu tak pernah kehilangan iba Bahwa segala yang baik akan terbiak Bahwa orang ramah tidak mudah marah Bahwa seorang bintang harus tahan banting Bahwa untuk menjadi gagah...