1' 14

1.5K 205 23
                                    

Awal dari akhir

Alur maju terlalu jauh
1 tahun kemudian! Wkwk
[Read : di harapkan membaca bab ini setelah berbuka puasa---]

Raka

Ini Aluna-ku sekarang, yang mulai rajin baca Quran meski baru memasuki surah Al-Bayyinah. Iya Aluna setahun ini belajar membaca Iqra dan Al-Qur'an nya di mulai dari Juz 30 dulu.

Padahal, dulu saat pertama kali Luna belajar membaca Iqra dia sampai nangis sesegukan karena nggak bisa-bisa, bahkan dia sempet ngambekin saya karena bilangnya saya terlalu galak ngajarin dia. Tapikan.... Ahsudahlah!

Yang terpenting Aluna tumbuh jadi wanita yang cantik ilmu dan akhlaknya

Tentu, iya tentu cantik wajahnya juga kok, nggak akan ketinggalan.

"Bacaan aku bener, mas?" Tanya Luna memandangiku

Saya tersenyum, lalu menatapnya lebih dekat dan mencium keningnya lembut.

Dia makin menatapku aneh.

"Ada apa si?"

Saya menggeleng, lalu tersenyum dan melakukan hal sama, kali ini dia dalam mode manyun.

Aluna itu jarang-jarang manggil Raka 'Mas' wajar nggak sih, kalau saya senyum di panggil gitu. Udah kayak suami istri beneran kan?

Semenjak Aluna tahu Manhaj dia mulai kenal dengan namanya Ikhtilaf (perbedaan) antara sebagian yang membolehkannya mencium pasangan saat memiliki Wudhu ada juga sebagian yang melarang pasangan suami istri saling bersentuhan.

Padahal, dulu saat kakinya pincang karena masih jadi anak nakal dia sampai jatuh dari gendongan saya karena ngira wudhunya batal.¹

"Maaf yah sayang, aku tadi nggak fokus dengerin kamu ngaji, fokusnya liatin wajah Bulan yang cantik jelita."

Dia bertambah manyun, lalu menutup Al-Qur'an.

"Akutu udah capek-capek lho ngaji, eh malah ga di dengerin. Ngeselin banget si jadi orang." Dengusnya ketus

Saya tertawa hampir nyaring kalau tidak mengingat sekarang sudah jam dua belas malam.

"Sayang, masa gitu. kan meskipun aku nggak dengerin tetep jadi pahala." Jawabku sambil mencubiti pipinya

Dia diam,mulutnya komat-kamit hendak memprotes, dan langsung saya tutup dengan bibirku.

Nahkan, dia langsung diam.

Saya memeluk erat tubuhnya yang berbalut Mukena. Ku gendong dia sampai ke-tengah kasur.

Dia menatapku tajam, dan saya tersenyum.

"Kenapa?" Tanya Luna

"Nona Aluna Ratu Az-Zahra siap jadi temen hidup ku nggak, Ivan Raka Pratama?" Bisikku pelan sekali.

Lalu ku tatap matanya lembut, ada wajah penasaran disana.

Kukibas mukenanya, dan membelai rambut panjangnya.

"Bagaimana?"

Mengeja RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang