Temen kok, gitu?
ALUNA
Semester baru tiba, dengan mata kuliah yang mulai tidak umum lagi, dengan tugas-tugas yang numpuk lagi, dengan Praktek yang ribet lagi, tapi asli lebih ribet Adhis yang sekarang lagi dorong-dorong tubuh aku buat ikut dia ke kost-annya."Ada apa, Dhis?" Tanyaku pelan.
Akhir-akhir ini Adhis sedang galau-galau nya karena di putusin pacar dan di tinggal nikah. Lebih parahnya pacarnya menikah dengan teman nya yang sama-sama se SMA dulunya.
"Lun..."
Saat aku baru saja masuk ke kost-annya, dia sudah menunjukan gelagat mau nangis dengan mata merah basah nya.
"Lun... Rasanya lebih sakit di tanyain kapan nikah dari pada di tinggal nikah sama pacar sendiri." Keluh nya.
Aku membeo tidak paham.
"Saras tadi pagi bilang,
Dia diam sesaat, lalu langsung memelukku yang langsung tersungkur jatuh ke kasur.
"Sekarang, yang gue punya itu lo sama Saras, Lun..."
"Gue pikir, Saras bisa rasain apa yang lagi gue rasain, tapi nyatanya NGGAK." ucapnya sambil menekan kata nggak.
"Emang, Saras bilang apa ke lo?" Tanyaku halus.
Dia bergetar, kurasakan pahaku basah karena sekarang dia sedang menyembunyikan wajahnya di pahaku.
"Saras bilang 'Nikah itu enak, ngerjain tugas ada yang bantuin, pengen ini-itu di turutin, terus bisa bareng-bareng terus sama orang yang kita cintai. Nah lo kapan nikah? Kagak nikah-nikah, lo nggak laku yah!' ."
Adhis yang sedang Ambyar itu meniru nada bicara Saras, aku tahu.
Saras itu orangnya nggak bisa saring ucapan, tapi aku juga tahu Saras bilang kayak gitu pasti bercanda, dan memang Adhis lagi baper-bapernya karena di tinggal nikah.
"Saras pasti bercanda bilang kayak gitu, Dhis." Kataku pelan
Dia mengangkat wajahnya dari pahaku, lalu menatapku dengan sorot mata marah.
"Lun.... Bercanda itu nggak gitu!" Katanya sarkas.
"Saat kita bercanda, harusnya kita sama-sama ketawa, bukan cuma ketawa sebelah pihak. Artinya itu mengejek, Lun!"
"Apa lo nggak bisa bedain, yang mana bercanda dengan yang mana mengejek?" Emosi Adhis menggebu-gebu.
Benar, yah?
Ada perbedaan antara bercanda dengan mengejek.
Seharusnya, saat kita bercanda orang yang kita bercandain ikut tertawa, bukan menangis kayak Adhis sekarang, tapi sepertinya sekarang banyak yang mengejek dengan mengatas namakan bercanda yah?
"Yaudah, yang sabar yah... Nanti gue coba ngomong sama Saras buat lebih hati-hati lagi ngomongnya."
"Nggak perlu!" Adhis menggelengkan kepalanya.
"Orang kayak gitu pasti selalu mengelak." Kata Adhis cepat.
Singkat cerita, aku sama-sama ketiduran di kost-an nya Adhis hingga sore, dan buru-buru balik ke kampus karena Raka sudah ngomel-ngomel pengen di temenin ke perpustakaan.
***
"Sayang..."
Tangan Raka mencoleki pipiku jahil, lalu aku menepis tangannya karena ngambek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengeja Rasa
General Fiction16+ Bahwa sumber segala kisah adalah kasih Bahwa ingin berasal dari angan Bahwa ibu tak pernah kehilangan iba Bahwa segala yang baik akan terbiak Bahwa orang ramah tidak mudah marah Bahwa seorang bintang harus tahan banting Bahwa untuk menjadi gagah...