1 ' 1

10.7K 739 143
                                    

Dimana bumi dipijak disitu langit di junjung

Hari sudah sore, kami sedang menikmati makan somay di pangkalan tercinta, begitu kata Saras menyebutnya.

Omong-omong, Saras adalah Mahasiswi Biologi seangkatanku, dia berasal dari Pulau Jawa paling Barat, yups, betul Banten namanya.

Saras adalah cewek tinggi semampai yang hobinya warnain rambut. Saat pertama kali kenal di Ospek warna rambutnya coklat muda, bulan lalu warnanya menjadi merah terang, dan sekarang berubah menjadi warna merah gelap. Selain itu, ia juga memiliki suara yang kalau udah ngomong itu nggak bisa nge-rem. Itu daya tariknya, di kelas ia di juluki Ratu Anyar, dalam bahasa Jawa Anyar artinya baru, kata Dosen di kelas tahun lalu ada seorang wanita yang mirip dengan Saras, primadona nya kelas se-angkatan.

"Ras-Ras!" Suara ngotot milik Adhisri yang habis selesai lari maraton

"Ape?" Tanya Saras dengan bahasa Daerahnya.

Omong-omong bahasa Daerah, di kampus ini aku jadi berasa punya banyak kosa-kata, sama Saras aku biasa di ajak menggunakan bahasa Jawa Serang, sedang dengan Adhis dia suka ngomong ngasal apapun yang dia sukai.

"Gue baru selesai kelas Anjir!" Pekik Adhis lalu menyeruput es teh milik Saras di plastik.

"Egila! Itu punya gue bego." Suara Saras takalah hebohnya. Sudah kubilangkan, Saras ini suka bacot hehehe.

"Anjir ngomongnya."

"Ras, lo kan namanya Saras Wati yakan. Saras Wati itu artinya Dewi Pendidikan, naah ucapan lo itu nggak berpendidikan, nggak layak lo jadi Dewi Pendidikan." Dumel Adhis.

Mata Saras melebar, menatap Adhis garang. "ENAK AJA!" teriaknya nyaring.

Ohiya, Adhis memang orang Bali, Agamanya Hindu. Nama lengkapnya Ni Putu Adhisri. Katanya Adhisri artinya Kemakmuran.

Omong-omong soal mereka, aku jadi mengingat teman-temanku.

Pada akhirnya, setiap orang akan mengambil jalannya masing-masing.

Aku mengambil kuliah di Bandung dengan Raka, sedangkan Indra mengambilnya di Jerman bersama Sela.

Dan Febi entah kejedor apa dia memilih mengambil Kuliah di Yogjakarta, di tahun terakhir sekolah dia memutuskan untuk berpindah haluan dari Olahraga ke Seni Rupa.

Indra mengambil jurusan Teknik Mesin, dan untuk Sela, dia masih tetap mengikuti apa yang di kehendaki orang tuanya.

Dia mengambil Jurusan Perhotelan, sebab Orang tuanya memiliki Hotel dan Sela adalah satu-satunya anak yang nanti akan meneruskan milik orang tuanya. Tapi dia bilang, dia bahagia. Meski tidak bisa kuliah di jurusan yang dia mau, tapi setidaknya masih bersama orang yang membuatnya berwarna.

"Alun!" Teriak mereka berdua.

"Apaan." Ucapku sedikit ketus.

"Dasar Alun-alun hobi nya ngelamun terus. Lo nggak lagi ngelamunin judul presentasi buat minggu depan kan?" Tanya Adhis, aku menggeleng cepat.

"Alun-alun itu lagi ngelamun, kapan suaminya keluar kelas, gitukan Alun?"

Mereka memang suka ngasal kalau ngomong.

Mengeja RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang