Bonus-bonus dari Allah
Ini hari Kamis, kelas kami sedang kosong Dhuhur ini dan untuk mengisi kekosongan 2 jam kedepan mungkin saya memilih untuk menghabiskan waktu di perpustakaan atau entahlah...
"Bro, Masjid kuy!" Ali menepuk bahuku sedikit kencang, tapi tidak sakit, mungkin agak kaget saja.
"Dhuhurkan satu jam lagi, nantilah..." Balasku yang sudah menenteng tas hendak ke Perpustakaan
Dia memutarkan bola matanya masam, "Yaelah, emang Masjid itu cuma sekedar tempat solat lima waktu doang apa?" Tanyanya dengan sedikit ngegas, tapi masih dalam kategori hal yang wajar.
Heeeem?
"Jadi, di Masjid mau apa?" Tanyaku sambil menatapnya penasaran.
"Bisa Solat Dhuha, bisa juga kamu berdiam diri di masjid, sambil tidur atau mungkin belajar."
Berdiam diri di Masjid yah?
Ali ini asal dari Aceh, ikut pamannya ke Bandung sambil kuliah di Itb, dia satu jurusan dan satu angkatan, satu kelompok juga pas Ospek Fakultas.
Dari belasan orang yang saya kenal di sini, cuma dia satu-satunya orang yang manggil dengan kata Aku.
"Jadi ikut nggak?" Ali bertanya sekali lagi, dan reflek saya menganggukan kepala menyetujui.
"Berdiam diri di masjid itu namanya Itikaf, orang-orang kadang sering ber-Itikaf berbulan-bulan di Masjid." Gumam Ali nampak serius.
"Nah selagi kamu Itikaf kamu bisa mengerjakan kegiatan yang lain, biar aku tebak, kamu pasti mau ke Perpustakaan, kan?"
Saya mengangguk meng-iyakan ucapannya.
Lalu suara tawanya lolos begitu saja dari mulutnya, bukan tawa mengejek, tapi tertawa seolah anggukana kepalaku adalah lelucon.
"Bro, kamu bisa nggak mandi sambil baca buku?" Tanyanya
Saya menatap matanya lekat-lekat, mana ada kayak gitu.
"Nggak lah."
"Naah... Tapi kamu tahu nggak, kalau ada orang mandi sekaligus dapet pahala."
"Gimana maksudnya?"
"Maksudnya bonus-bonus dari Allah. Jadi kayak gini, Allah bisa memberi kamu pahala padahal kamu lagi tidur, Allah bisa memberi kamu pahala padahal kamu cuma sekedar mandi, dan Allah bisa memberi kamu pahala padahal kamu cuma diem di masjid." Tuturnya serius.
"Dengan cara Itikaf itu?"
"Ada banyak cara lah, nanti aku kasih tahu." Ucapnya dan kami saling diam-diaman setelahnya sampai pada pelataran Masjid Salman ITB.
"Bro..." Katanya menghentikan langkahku
"Kalau masuk masjid itu pake kaki kanan dulu." Ujarnya.
Saya hanya ber-ooh saja kemudian menjejak kedalam masjid dengan kaki kanan terlebih dahulu.
"Jangan lupa, baca doa juga." Kata Ali lagi.
"Nih..." Ali memberiku secarik kertas kecil, ada tulisan Arab di dalamnya
"Itu doa masuk masjid."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengeja Rasa
General Fiction16+ Bahwa sumber segala kisah adalah kasih Bahwa ingin berasal dari angan Bahwa ibu tak pernah kehilangan iba Bahwa segala yang baik akan terbiak Bahwa orang ramah tidak mudah marah Bahwa seorang bintang harus tahan banting Bahwa untuk menjadi gagah...