1' 8

1.4K 263 38
                                    

Wattpad

RAKA

Saya menatap punggung tubuh gadisku, dia tampak asik dengan ponsel sambil duduk menghadap jendela. Entah apa yang sedang dia lihat, kelihatannya tampak asik baginya, terlihat jelas dengan gerak tubuh nya sambil terdengar tawa kecil.

Seketika, saya menelan ludahku. Teringat akan ucapan Luna kemarin yang minta ingin punya anak. Dan sekarang lihat. Kelakuannya masih kayak bocah, dan bagaimana bisa bocah punya bocah?

Saya mengangkat ujung bibirku, tersenyum mendekatinya.

"Asik banget kayaknya." Seruku, sontak Aluna terkejut sambil nyaris terjungkal dari kursi, buru-buru saya memegangi kursinya dan dia dengan raut kaget sambil memegangi dadanya

"Raka... Ish!"

Saya tersenyum tipis, lalu duduk di Meja, dihadapannya.

"Lagi liat apa sih? Asik banget berasa kayak lagi gada tugas." Cerocosku.

"Lagi buat cerita di Wattpad." Jawabnya.

Saya mengangkat satu alisku bingung.

"Nih...."

Aluna memperlihatkan layar ponselnya, ku lihat satu judul cerita dengan cover kurang sopan.

"Ketua Osis Galak itu Suamiku?"

Dia mengangguk, sambil tersenyum.

"Keren kan?"

Saya menjewer telinganya pelan, dan dia mengaduh karena kegelian.

"Buku macam apa itu? Lihat covernya nggak banget deh... Di tambah judul novelnya gitu banget sih?" Protesku.

"Jangan baca-baca Novel begituan, pasti itu banyak kata-kata Vulgarnya!" Gerutuku, lagi.

Dia tersenyum sangat lebar. Lalu wajahnya mendekatiku.

"Tapi sayang, itu buatan aku." Bisiknya di telingaku.

Saya seratus persen melototi Luna, dan dia justru masih cengengesan kayak biasanya.

"Covernya segitu udah sopan kali, soalnya kan Raka emang suka cium-cium aku."

Heh!

"Aku baru buat lima Chapter, dan baru dua orang yang kasih vote. Luna tuh pengen Chapternya beda-beda POV. Sepuluh Chapter sudut pandang Luna, sepuluh Chapter sudut pandang Raka. Gimana?" Tanyanya sambil sumringah.

Rasanya, melihat senyum se-lebar itu nggak tega banget kan kalau harus di pudarkan dengan kata 'Aku nggak mau'

Saya mengangguk, lalu tersenyum.

"Waaah... Maacih." Dia berdiri dari kursi, langsung memelukku begitu erat.

Phuuuf! Dia membuatku tegang, lagi.

***

Kami menikah atas dasar perjodohan konyol orang tuaku dan dia. Sumpah konyol banget, dan lebih konyol lagi sekarang kami tinggal bersama di sebuah kontrakan dekat sekolah, mungkin jaraknya hanya sebatas setengah kilo meter saja.

"Makanya kalau tidur jangan kayak orang mati!" kata Raka ketus.

Aku mengerucutkan bibirku, lalu kuinjak saja kakinya. Dan itu sukses buat dia mengaduh sakit.

"Lo gila yah." ucapnya tajam. Aku hanya nyengir lalu merogoh saku seragamnya dan mendapati uang Lima Puluh Ribuan, ya ku ambil aja.

"Uangnya buat gue yah..." kataku, dia hanya diam, lalu menatapku dengan tatapan yang tidak pernah kulihat sebelumnya.

"Apa lo nggak nyadar atas apa yang lo lakuin." serunya

"Kenapa?"

"Ya lo ngerogoh saku baju gue, itu membuat-"

"Buat apa?"

Dia tampak berdecak kesal.

"Lupakan saja."

***

Saya menepuk keningku keras, Aluna se detail itu menceritakannya. Yayaya, saya cukup tegang saat itu. Dan sampai sekarang.

Saya terus membaca cerita yang dia tulis, sampai tidak terasa Chapter sepuluh sudah saya habiskan dalam dua jam. Iya beneran, dua jam karena setiap yang Aluna tulis tiba-tiba saja membuat ingatanku melayang-layang menjelajahi kejadian itu.

Saya tersenyum, menatapnya yang sudah asik mendengkur lembut.

Ku tulis cerita lanjutannya, dan ku praktekan sekarang.

"Selamat malam, sayang... Jadilah calon ibu yang baik, jadilah seorang wanita yang di cintai Surga, jadilah muslim yang Sholehah." Bisikku di telinganya, lalu ku-kecup manis bibirnya.

*** Bagi pembaca lama pasti tahu cover yang ini ehe***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*** Bagi pembaca lama pasti tahu cover yang ini ehe***

Mengeja RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang