Menikah nggak se simpel itu.
ALUNA
"Lun... Pengen bakso bakar." Rengek Saras dengan suara manja.
"Terus?"
"Cariin, dedek bayinya pengen."
Aku menatap Saras lekat-lekat, di jam sembilan malam dia keluar kostan buat nemuin aku dan cuma mau minta di cariin bakso.
Aku menatap Raka yang sedang khusyu membaca buku tebalnya.
"Kita harus cari di mana?" Tanyaku lemes, lemes banget!
Semenjak suami Saras pulang ke Banten untuk kerja, Saras pindah kost-an yang jaraknya cuma lima belas menit jalan kaki ke kost-anku dan sepuluh menit jalan kaki ke kost-annya Adhis.
"Tapi Lun, kaki gue capek. Gue pengen lo aja yang cari, biar gue tunggu di kost-an lo."
Aku menghela nafas lelah, menatapnya yang aku rasa tidak ada perikemanusiaan nya sama sekali. Iya maaf ini lebay.
"Gue juga pengen lihat wajah Raka biar dedek bayi ganteng kayak Raka." Bisik Saras lagi.
Hah?
"Kayaknya nggak bisa deh, gue capek banget Sar."
Dan lagi, jurus andalan Saras, dia menangis sesegukan, entah apa nama Syndrom nya katanya hal itu wajar di alami oleh wanita yang sedang hamil muda.
Raka mendekati kami yang sedang berbincang di luar kost-an, dan menatap aneh melihat Saras yang menangis seakan-akan aku pelaku nya.
"Saras pengen bakso bakar." Ucapku.
"Kenapa nggak di beliin?" Tanya Raka.
"Udah malem atuh."
"Sebentar doang kan?" Tanya Raka seakan meng-intiminasi aku.
Aku membuang nafas berat, menatap Saras dan Raka bergantian.
Masa sih harus aku?
Masa sih, harus aku tinggalin Raka dan Saras di sini?
Ijinin aku egois kali ini."Yaudahlah, nggak papa paling dedek bayinya ngiler nanti, gue nggak papa beneran. Padahal lo tahu gue lagi ngidam, dan lo belum rasain itu kan. Kalau lo rasain itu pasti lo bakal maklumin gue." Cerocosnya
"Tapi Ras, ngidam dalam medis itu ga-
Tanganku di genggam oleh Raka, dan matanya meng-isyaratkanku seakan bilang 'sudahi ini semua'
"Saras tunggu di sini yah, biar Luna sama gue yang cari." Ucap Raka pada akhirnya.
"Tapi Raka, dedek bayinya ngidam pengen liatin kamu." Gumam Saras pelan banget.
Raka menatapku bingung dan ku balas menatapnya dengan melotot.
"Maaf gue ada urusan di luar, lo tunggu di sini. Luna bakal cari bakso bakarnya."
Dia merangkul pinggangku dengan erat, lalu berjalan cepat seakan-akan takut tertinggal kereta.
Setelah sudah cukup jauh, dia menggenggam tanganku dan menciumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengeja Rasa
General Fiction16+ Bahwa sumber segala kisah adalah kasih Bahwa ingin berasal dari angan Bahwa ibu tak pernah kehilangan iba Bahwa segala yang baik akan terbiak Bahwa orang ramah tidak mudah marah Bahwa seorang bintang harus tahan banting Bahwa untuk menjadi gagah...