.
.
.
."Mianhae...." Lirih Lisa. Kini Ia hanya bisa menatap foto mereka saja. Selama dua bulan ini Lisa tidak mengetahui kabar Yoshi. Ia merindukan Yoshi, merindukan kasih sayang dan perhatian dari suaminya. Lisa menyesal dengan apa yang Ia katakan dan Ia lakukan dulu. Lisa bahkan tak habis pikir jika dirinya melakukan hal menjijikan itu dengan sahabat Yoshi sendiri. Lisa berpikir itu cara terbaik membalas rasa sakit saat melihat Yoshi bersama Yuna. Tapi kembali, kembali Lisa tertampar kenyataan jika foto itu hanyalah jebakan. Lisa menyesal.
Tiba-tiba Lisa merasakan sesuatu bergejolak di perutnya dan membuat Lisa harus berlari ke kamar mandi.
"Hueeekkkk....hueeekkk"
"Lisa?" Park Bom yang mendengar putrinya muntah-muntah pun segera masuk ke dalam kamar Lisa.
"Kau kenapa sayang?" Tanya Park Bom. Lisa masih berusaha mengeluarkan isi perutnya. Sementara Park Bom memegangi kening Lisa dan mengelus punggung putrinya itu.
Setelah itu Park Bom memapah Lisa ke dalam kamar.
"Kita ke dokter saja ne?" Ajak Park Bom.
"Tidak usah eomma, mungkin hanya masuk angin" ucap Lisa pelan.
"Kau sudah datang bulan?" Tanya Park Bom membuat Lisa terdiam dan berpikir. Lisa menggeleng.
"Tunggu eomma akan telefon bibimu" ucap Park Bom.
Setelah menunggu 20 menit, akhirnya Minzy datang. Minzy langsung diajak Park Bom menuju kamar Lisa.
"Annyeong Lisa-ya"
"Annyeong haseyo imo"
"Kau sering mual?" Tanya Minzy.
"Ini yang ketiga kalinya" ucap Lisa.
"Aku periksa dulu" ucap Minzy. Setelah memeriksa keadaan Lisa, Minzy tersenyum.
"Bagaimana?" Tanya Park Bom.
"Lisa baik-baik saja eonni, dia harus menjaga kondisinya karena sekarang dia sedang mengandung nyawa di rahimnya" ucap Minzy membuat Lisa dan Park Bom terkejut.
"Jinjja?!" Park Bom membulatkan matanya.
"Ne, tolong jaga Lisa, dan kau Lice, jangan terlalu banyak pikiran, kau harus menjaga dirimu, dan kondisimu karena itu berpengaruh pada janin yang kau kandung" ucap Minzy.
"Cah ini resep vitamin yang harus di tebus di apotek"
"Gomawo" ucap Park Bom. Minzy mengangguk kemudian berpamitan setelah berbincang sebentar.
Lisa terdiam entah dia harus bahagia atau bersedih. Bahagia karena ada kehidupan di dalam rahimnya, dan bersedih ketika tidak tau ini anak siapa ditambah suaminya entah dimana sekarang.
Sementara itu Park Bom baru kembali dari mengantar Minzy langsung mendekati putrinya dan duduk di pinggir ranjang.
"Eomma..." Lirih Lisa.
"Jaga baik-baik ya sayang" ucap Park Bom sambil mengelus rambut Lisa.
"Dimana Yoshi? Hiks hiks tolong beritahu aku eomma dimana Yoshi kenapa dia pergi" Lisa menangis terisak.
"Uljima, kau bisa membuat janinmu tertekan"
"Ani eomma...aku tidak ingin anak ini"
"Mwo? Kenapa kau berbicara seperti itu?"
"Percuma eomma....percuma anak ini ada. Aku tidak tau siapa ayahnya...jika memang Yoshi tapi dia tidak ada di sini eomma...hiks hiks dia pergi..aku membuatnya pergi, aku yang meminta cerai dan dia benar-benar pergi eomma"
Park Bom terkejut dengan pengakuan Lisa. Yoshi memang telah menceritakan semuanya, tapi Yoshi tidak bilang jika Lisa ingin bercerai.
"Lisa kau..."
"Aku bodoh eomma, aku bodoh.... Aku menyianyiakannya, dari dulu aku menyianyiakan seseorang yang benar-benar tulus padaku dan aku menyesal eomma hiks hiks aku ingin Yoshi kembali"
Park Bom menarik putrinya itu ke dalam pelukan dan menenangkannya.
.
.
.
.Di lain tempat Jihoon duduk merenung di dalam kamarnya. Jihoon benar-benar sendiri sekarang. Ayahnya tidak mau mengakuinya karena malu ketika mengetahui putranya mengajak istri orang ke dalam club. Sementara sang ibu jatuh sakit setelah mendengar kelakuan putranya.
Jihoon menyesal sekarang. Seandainya Ia tak dikuasai ego..dia tidak akan mengikuti apa yang Yuna -wanita sialan itu katakan. Yuna sudah mempengaruhinya sejak awal dan baru sadar jika Ia dimanfaatkan.
Persahabatannya dengan Yoshi dan yang lainnya hancur begitu saja karena mereka tentu saja memihak Yoshi.
Satu-satunya cara untuk menebus kesalahannya adalah, Jihoon harus menemui Yoshi. Dia menghubungi nomor Yoshi namun sudah tidak aktif. Apa dia harus menghubungi Lisa dan menjelaskan semuanya pada Lisa? Apa dia mempunyai keberanian sekarang?
.
.
.
.Di sinilah Jihoon di depan rumah Lisa. Ia melangkahkan kakinya masuk dan menekan bel rumah.
Tak lama pintu terbuka menampilkan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. Tentu saja dia Park Bom.
Jihoon membungkuk padanya."Kau? Ada apa kemari?" Tanya Park Bom.
"Joesonghamnida ahjumma-ssi. Bisakah aku bertemu Lisa?"
Park Bom hanya mengangguk dan membiarkan pemuda itu masuk.
"Duduklah, aku akan panggilkan Lisa"
"Nde kamsahamnida"
Tak lama Lisa turun dengan wajah sembabnya. Jihoon begitu terkejut melihat penampilan Lisa yang jauh dari kata baik-baik saja. Sehancur itukah dia?
Lisa duduk di single sofa dan hanya menatap lurus ke depan.
"Lisa-ya" Jihoon membuka suara setelah beberapa menit terdiam.
"Katakan apa maumu?" Ucap Lisa.
"Mianhae Lisa-ya...mianhae. Karena kesalahanku, kau dan-"
"IYA! KAU SALAH! KAU JAHAT KAU MEMBUAT SEMUANYA KACAU HIKS HIKS AKU BENCI DIRIKU SENDIRI! AKU BENCI ANAK INI! AKU BENCI!" Teriak Lisa membuat Jihoon terkejut.
"Lisa!" Park Bom berlari ketika mendengar putrinya berteriak.
"Eomma hiks hiks katakan dimana Yoshi....katakan padanya aku merindukannya" lirih Lisa dipelukkan ibunya. Sementara Jihoon sakit melihat Lisa seperti ini.
"Tenanglah.. Yoshi pasti akan kembali" ucap Park Bom.
"Joesonghamnida ahjumma...tapi kemana Yoshi?"
"Dia menenangkan dirinya sejak kejadian itu....dan sekarang Lisa baru mengandung usianya sudah 4 minggu" jelas Park Bom.
"Ahjumma-ssi... Aku yakin itu adalah anak dari Yoshi" ucap Jihoon.
"Kenapa kau sangat yakin? Kau bukankah-"
Jihoong menggeleng. Kemudian dia menjelaskan semuanya. Lisa yang mendengar hal itu pun semakin histeris.
"KAU JAHAT! KALIAN JAHAT! KALIAN MEMBUAT RUMAH TANGGAKU BERANTAKAN!! KALIAN JAHAT! KAU JAHAT hiks hiks"
"Sayang tenang nak...." Ucap Park Bom.
Jihoon benar-benar menyesal. Dia harus menemui Yoshi. Jihoon memohon pada Park Bom dan akhirnya Park Bom memberitahu keberadaan Yoshi.
.
.
.
.
.Tbc....
Jangan Lupa Vote dan Komen guys🙂