It's Ok

768 102 18
                                    

Mendadak Jadi Istri

Ch. 9 - It's Ok

...

Aku sebal dengan diriku sendiri. Niatku datang ke rumah Mama untuk menenangkan diriku, tapi yang kudapatkan malah pikiranku dihantui tentang Jaemin. Baru saja menginap sehari, tapi aku sudah ingin bertemu Jaemin.

"Melamun aja", suara Mama mengusikku. Mama masuk ke dalam kamarku. "Kalo kamu mikir Jaemin, Mama dengan senang hati memberitahunya supaya menjemputmu"

"Kenapa Mama bisa tau?", tanyaku curiga.

Mama menertawai kebodohanku. "Kamu kan anak Mama, jelas Mama tau"

Aku mendecih. Kemarin saja tidak mau menerima statusku sebagai anak, sekarang malah mengakuinya sendiri.

"Semalam Jaemin nanya ke Mama lagi sama Renjun apa enggak. Ya Mama jawab kalo Renjun sedang manja ke Mamanya"

Aku melotot. "Mama! Kenapa bilang gitu?", aku membuang tatapanku. Mau ditaruh mana mukaku nanti.

"Habisnya kamu selalu menyusahkan Mama. Lebih baik kamu pulang hari ini dan membicarakannya dengan Jaemin. Jaemin juga perlu penjelasanmu", kata Mama yang berupaya memberiku pencerahan.

Sebenarnya aku juga sudah memikirkannya, tapi aku takut melihat reaksi Jaemin nantinya.

"Mama telepon Jaemin supaya menjemputmu nanti malam"

Pukul sembilan tepat Jaemin menjemputku di rumah. Dilihat dari pakaiannya, dia pasti baru pulang bekerja dan langsung pergi kemari. Mama memang keterlaluan meminta Jaemin menjemputku secepat ini. Anak orang diperlakukan semena-mena oleh Mama.

Mama tidak mau membuang waktunya terlalu lama lagi, jadi Mama mengusirku secepat yang ia bisa.

Setelah berdua dalam mobil pun, aku dan Jaemin masih saling diam. Aku sesekali mencuri pandang ke arah Jaemin yang mulai menyetir. Baiklah, aku akan berbicara lebih dulu.

"Kupikir kau tidak akan menjemputku", kataku sebagai permulaan.

"Kamu masih istriku, Njun. Lagian aku tidak keberatan menjemputmu", tanggap Jaemin dan tersenyum sendiri.

Aku jadi semakin merasa bersalah sebab Jaemin masih menganggapku sebagai istrinya. Dia bersikap serius dengan pernikahan ini. "Um, Jaemin"

"Iya, Njun?"

Ayolah, Njun. Kenapa di saat seperti ini nyaliku jadi ciut. Padahal aku sudah berjanji dengan diriku sendiri agar mengatakan semuanya kepada Jaemin. Tapi aku malah kalut dan tidak tahu harus bilang apa.

"Maaf, tidak jadi"

Aku mengejek diriku, mengatai pengecut dalam hati.

Nampaknya Jaemin bingung dengan sikapku kali ini, tapi dia juga terlihat paham untuk tidak mengungkitnya. Lalu aku memilih diam dan memandang jalanan dari kaca jendela mobil. Karena sudah malam, jalanan tidak begitu ramai dan lebih tenang. Aku jadi rindu masa-masa bebasku dengan Haechan dan Yangyang waktu malam hari.

Aku agak heran saat Jaemin tidak melintasi jalan menuju rumah. Ia malah membawaku ke jalan yang menyimpang. Kalau tidak salah ini jalur yang mengarah ke sungai Han.

"Jaemin?", panggilku yang masih kebingungan.

Jaemin sudah mematikan mesin mobil dan melepaskan sabuk pengamannya. "Ayo, aku rasa kita butuh udara segar", katanya.

...

Ternyata perhitungan Jaemin salah. Otaknya mungkin sudah terlalu diperas waktu dia bekerja di kantor tadi, jadi dia lupa kalau sekarang akan memasuki musim dingin. Aku menggigil di kursi tempatku duduk. Jaemin menyuruhku untuk menunggu di sini, sedangkan dia entah ke mana aku tidak tahu. Aku akan melapor ke Mama kalau menantu kebanggaannya sangat ceroboh sebab telah melakukan hal seperti ini kepadaku.

Mendadak Jadi IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang