Keping Lain

746 96 3
                                    

Mendadak Jadi Istri

Ch. 12 - Keping Lain

...

Still Author's side

"Terima kasih sudah membantuku, Jeno", bilang Renjun setelah membuka pintu kamar inap Jaemin. Jeno masuk sambil membawa koper milik Jaemin. Dia sempat menngangguk sekilas ke arah Renjun sebelum meletakkan koper tersebut di pinggir ruang.

Ini adalah kamar inap untuk dua orang. Satu ranjang sudah dipakai Jaemin dan satunya adalah punya Renjun sebelumnya. Sekarang ranjang itu sudah dirapikan.

Ketika Renjun datang, Jaemin sedikit melongo mengetahui istrinya kembali ke sini. Dia sedang duduk bersandar dengan satu tangannya memegang remote tv. Renjun berjalan lebih ke dalam, menaruh belanjaannya di atas meja.

"Kenapa belum dimakan?", tanya Renjun mengetahui makan malam Jaemin masih utuh.

Mungkin otak Jaemin mendadak macet karena tidak segera merespon pertanyaan dari Renjun. Ia baru bisa kembali pada kesadarannya setelah kakinya disenggol oleh Jeno. "O-oh ya, aku belum lapar"

Renjun menggeleng. Sebagai anak kepala perawat di rumah sakit, Renjun tahu kalau makan malam ini sudah diantar sedari tadi. Pasti Jaemin sengaja tidak memakannya.

"Jeno, tolong temani Jaemin. Aku akan kembali sebentar lagi", ucap Renjun lalu meninggalkan mereka.

Tanpa Renjun minta tolongpun, Jeno sudah pasti akan menjaga temannya ini. Setelah Renjun menutup pintu, Jeno menarik kursi dan duduk di dekat Jaemin. Ia meraih remote, mematikan tv, lalu mengembalikannya ke tangan Jaemin. Jeno ingin bicara hal penting dengannya.

"Kenapa kau bawa lagi Renjun?", tanya Jaemin sebagai pembuka. Seingatnya dia hanya meminta Jeno agar mengantarkan Renjun pulang ke rumah orang tuanya.

"Aku membujuknya", mata Jeno lurus menatap Jaemin. "Aku mengantarkannya ke rumahmu dan bilang bahaya kalau dia sendirian"

Tubuh Jaemin menegak. "Astaga, kau ini kenapa?", keluhnya. "Itu akan membuatnya semakin takut"

Jeno mengangguk. Dia mengakui jika ia telah membuat Renjun ketakutan. "Tapi setidaknya dia aman bersamamu", tuturnya. "Dengar, dia juga memerhatikanmu, Jaemin"

"Maksudmu?", Jaemin tak mengerti.

Mata Jeno mengarah pada koper yang tergeletak di sudut ruang. "Kau pikir apa isi koper itu?", tanyanya dengan nada menantang. "Itu semua bajumu! Renjun hanya membawa ranselnya saja"

Jaemin diam terpaku. Sekarang ia mulai meninjau ulang apa saja yang dibawa Renjun. Koper, tas ransel, beberapa kantung plastik yang Jaemin tebak berisi jajanan dan buah. Samar-samar Jaemin mencium aroma ayam goreng.

Jeno terus mengawasi mata Jaemin yang berpindah-pindah. Dia tahu kalau Jaemin sedang memproses sendiri makna semua ini. "Aku salah menilai Renjun", ujarnya. "Kupikir kau terlalu sinting karena mencintai orang yang entah dia siapa. Apalagi waktu tahu rekam jejaknya yang sangat bebas. Tapi setelah melihat ini, aku minta maaf"

Helaan nafas keluar dari bibir Jaemin. Bukan marah atau tersinggung atas ucapan Jeno barusan. Dia memaklumi sekali pendapat Jeno tadi. Bahkan sebelum dan setelah menikahpun, Jeno masih memperdebatkan mengapa ia menikah dengan orang yang belum dikenalnya secara mendalam.

"Sudahlah, aku sudah memaafkanmu sebelum kau memintanya"

Jeno tersenyum. "Kau tidak salah memilihnya sebagai pendamping hidupmu"

Jaemin tertawa pelan. "Aku tahu"

Suara pintu terbuka membuat keduanya berhenti tertawa. Renjun masuk sambil membawa beberapa peralatan makan. Jeno reflek berdiri sebagai sikap sigapnya.

Mendadak Jadi IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang