Sohib yang Pengertian

267 29 0
                                    

Ch. 20 - Sohib yang Pengertian

*sudah tayang di Karyakarsa*

.

.

.

"Aku tidak mengira kalau Haechan punya kisah cinta sedramatis ini," komentar Yangyang di sela cerita Renjun. "Maksudku, dia terlalu mendramatisir hidupnya, rupanya hidupnya memang begitu," tambahnya.

"Aku juga gak pernah ngira Haechan ngalami hal kayak gini," aku Renjun.

"Lalu, bagaimana?"

"Syukurnya ceritanya berakhir membahagiakan," kata Renjun. "Berita itu palsu karena ulah mantan fans Haechan yang membenci Mark, lalu membututi Mark ke apartemen perempuan itu. Ah, ya, perempuan itu memang temannya Mark semasa sekolah, namanya Mina. Dia terjebak dalam hubungan toxic dengan pacarnya sampai dibuat hamil. Mark membantu Mina untuk menjebloskan laki-laki tak bertanggung jawab itu ke penjara, tapi laki-laki itu mengetahuinya dan berusaha membunuh Mina di apartemennya."

Yangyang menutup mulutnya. "Itu kejam sekali."

"Nyawa Mina hampir tak tertolong, tapi berkat Mark, Mina dan janinnya selamat," Renjun merenung sejenak, "tapi begitulah, ganjaran yang harus diterima Mark adalah berakhirnya hubungannya dengan Haechan. Karena Mina sendirian, Mark membawanya ke Kanada. Di sana ibunya merawat Mina hingga perempuan itu melahirkan. Sayangnya, Mina meregang nyawa setelah bayinya lahir. Sekarang bayi itu dirawat oleh Mark."

"Ini cerita yang sungguh mengharukan," ungkap Yangyang.

"Benar, aku harap Haechan dan Mark saat ini sedang meluruskan kesalahpahaman ini dengan baik," ujar Renjun.

"Mark memang bersalah, tapi Haechan keterlaluan jika tidak memaafkannya," pendapat Yangyang. "Terus kenapa Haechan sampai overdosis? Dia stres karena ketemu Mark setelah sekian lama waktu jenguk Jaemin di rumah sakit itu?"

"That's right. Kayaknya dia shock sampai gak bisa mikir mana yang baik, mana yang buruk," ungkap Renjun. Dia pernah membaca salah satu artikel bahwa trauma masa lalu dapat menimbulkan luka hingga timbul cemas berlebihan bila menemukan sesuatu (dapat berupa seseorang, benda, atau momen tertentu) yang mengingatkannya pada trauma tersebut. Alhasil, kerja otak dalam proses berpikir sedikit terganggu, bahkan ada yang sampai tidak bisa membedakan antara kenyataan dan mimpi.

"Haechan harus dibujuk buat dateng ke psikolog," tanggap Yangyang.

Renjun mengangguk. "Sekarang waktunya kita pulang. Aku harus menjemput Jaemin karena aku meminjam mobilnya untuk dibawa bersamamu."

"Jaemin, Jaemin, Jaemin. Alasanmu selalu saja dia," cibir Yangyang dengan muka mengejek.

Renjun tidak membalas, memang beginilah situasinya. Usai mengantar Yangyang sampai apartemennya, Renjun segera bertolak ke kantor Jaemin. Sebelumnya ia juga sudah mengirimkan pesan kepada Jaemin bahwa dia sedang dalam perjalanan. Lagu Like We Just Met menemani perjalanan Renjun hingga tiba di pelataran depan kantor Jaemin. Sedikit bocoran, Jaemin bekerja di kantor yang mengasuh sekaligus menangani rumah sakit yang dijalankan oleh kedua orang tuanya.

"Kukira bakalan molor," sambut Jaemin. "Gak mau tuker?" tanyanya dengan gestur menunjuk kursi kemudi.

"Enggak, biar aku aja yang nyetir. Kamu pasti capek," bilang Renjun lembut dan Jaemin segera menempati kursi sebelah Renjun.

Mobil yang ditumpangi keduanya melaju ke jalanan menuju rumah.

"Ah, sudah jam 7 dan kita belum menyiapkan makan malam," keluh Renjun. Dia merentangkan tangannya karena sedikit pegal setelah menyetir.

Mendadak Jadi IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang