Pasca Menikah

1.5K 130 1
                                    

Mendadak Jadi Istri

Ch. 3 - Pasca Menikah

Pagi harinya aku bangun dengan perut yang keroncongan. Aku melewatkan makan malam karena terburu-buru kabur ke apartemen dan langsung menjatuhkan diri di kasur. Sekarang aku menyesal karena aku tidak bangun di apartemenku sendiri.

Aku keluar dari kamar dengan tampilan seadanya. Letak kamar yang kutempati bersebelahan dengan dapur, jadi aku berencana mencari makanan apa saja yang bisa kumakan. Tapi sebelum itu terjadi, mataku sudah disuguhi dengan pemandangan seorang pemuda yang sedang memasak.

"Selamat pagi, Renjun", sapanya ramah. Dia menaruh satu cangkir di meja makan. "Buat kamu"

Tubuhku bergerak terlalu kaku hingga aku duduk di kursi meja makan. Aku tidak tahu harus kembali ke kamar atau lebih baik tetap berada di dapur, tapi akhirnya aku memilih untuk menonton sambil mengenal tabiat Jaemin. Aku lihat isi cangkir yang ditaruh Jaemin tadi dan ternyata adalah cairan hitam pekat. Aku mengambil pegangannya dan mulai menyeruputnya secara perlahan.

'Astaga, dia bisa membuat kopi seenak ini', jeritku dalam hati.

Sejenak aku terlena oleh rasa kopi buatan Jaemin, bahkan dari aku, Haechan, dan Yangyang tidak ada yang bisa membuat kopi senikmat ini sebelumnya. Meskipun itu sudah memakai jenis kopi terbaik sekalipun. Entah apa yang dimasukkan Jaemin ke dalamnya, mungkin racun atau ramuan untuk mengguna-gunaku.

Aku berdeham. "Kau memasak?", tanyaku basa-basi. Dilihat dengan sekilas saja orang akan tahu kalau Jaemin sedang memasak sekarang. Dasar aku bodoh. Tapi tujuanku bertanya begitu karena aku juga ingin memakai dapurnya. Kalau Jaemin sekarang sedang menggunakannya berarti aku harus menunggunya sampai selesai. Baru aku bisa memakai dapurnya.

"Aku sedang membuat sarapan. Aku biasa sarapan kalo pagi hari", jawabnya yang juga disertai informasi singkat.

Aku tertawa dalam hati. Sepertinya Jaemin tipe orang yang mempunyai kebiasaan hidup sehat dan teratur. Kalau aku, jangankan sarapan, makan siang sudah aku anggap sebagai sarapan juga. Aku hanya akan sarapan kalau malamnya tidak makan atau benar-benar kelaparan.

"Renjun mau ikut sarapan juga?", tanya Jaemin yang masih menghadap depan penggorengan.

"Ah, tidak", mulutku bilang begitu tapi perutku mengeluarkan bunyi protesnya yang amat nyaring. "Tidak menolak maksudku", lanjutku lalu suara kekehan kecil keluar dari bibirku supaya aku tidak terlalu malu.

Maka, pagi ini adalah perdananya aku dan Jaemin sarapan berdua sebagai pasangan suami-istri dengan Jaemin yang menjadi juru masaknya bukan diriku.

...

Dua hari sejak peristiwa malam kasur lipat itu dan sarapan perdana terjadi. Dua hari pula aku belum mengabari Haechan maupun Yangyang tentang keadaanku sekarang. Dua hari juga aku selalu makan dari makanan yang aku pesan online. Benar Jaemin selalu memasak, tapi aku tidak bisa terus memakan hasil masakannya. Tidak nyaman saja bagiku yang selalu hidup sendiri dan makan apa saja yang aku temukan atau yang aku inginkan. Berulang kali aku merasa terjebak di nereka yang dijaga oleh malaikat mautnya bernama Na Jaemin hanya karena keadaan setelah menikah ini.

Sebenarnya kemarin aku bisa keluar karena memang harus mengambil perlengkapan melukisku. Bagaimanapun aku juga perlu bekerja untuk menghasilkan uang. Tapi waktu itu mobil satu-satunya yang ada di rumah sedang dipakai Jaemin, mau tidak mau aku pakai taksi dan itu cukup menguras simpanan uangku.

Jadi malam ini aku berniat berbicara dengannya setelah dia sampai di rumah.

Jaemin belum sepenuhnya kembali bekerja. Dia hanya ke kantor sebentar dan mengunjungi kedua orang tuanya sebelum pulang ke rumah. Tidak lupa dia membawa bungkusan makanan yang telah disiapkan Ibu dengan maksud bisa dimakan berdua bersamaku untuk makan malam. Karena sudah disiapkan begini, aku tidak bisa menolaknya.

Mendadak Jadi IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang