Impak

75 1 0
                                    

Ch. 35 - Impak

*sudah tayang di Karyakarsa*

⚠️WARNING⚠️
Hanya potongan dari cerita utuh. Kalau mau baca versi lengkap, cus ke akunku di Karyakarsa @delimatchalatte. Terima kasih🌱

.

.

.

"Terima kasih, Appa."

"Baik, Papa harus ke depan sekarang," bilang Renjun sambil membereskan beberapa cat dan kuas.

.

Beberapa hari kemudian, media dihiasi pemberitaan kembalinya Huang Renjun dalam kancah dunia seni. Komentar datang hilir mudik, mulai dari pengamat amatir hingga kritikus yang sudah punya kredibilitas. Apa pun itu, banyak yang menyambut kepulangan Renjun pada dunia seni. Namun tak sedikit pula yang menyadari jika karya yang dibuat Renjun sedikit berubah. Mereka menilai lukisan ataupun bentuk yang tercipta tampak lebih hidup serta berwarna. Bahkan salah satu kritikus menanyakan sekaligus membuat pernyataan, "Memang benar seni dapat mencerminkan kehidupan si pembuat. Apakah tema besar dari pameran ini sedang menunjukkan atau menyiratkan kehidupan pribadi Anda, Mr. Huang?"

Renjun hanya tersenyum kala mendapat pernyataan tersebut. Kenyataannya memang Renjun banyak mengubah pola pikirnya. Dulu dia sering membuat lukisan dengan nuansa kelam dan suram. Kini hidupnya telah bergeser. Dia sudah banyak melihat warna yang diberikan oleh Jaemin dan Renjun bersyukur atas itu semua.

.

Renjun menoleh ketika ponselnya berbunyi di atas meja. Jaemin membantunya lalu mengulurkan ponsel berwarna metalik itu kepada pemiliknya. "Halo, Chan?" Namun, butuh waktu lama bagi Renjun untuk mendapat respon dari peneleponnya. Entah apa yang ditangkap oleh telinga Renjun, tapi dia menangkap suara gumaman dan suara isakan yang tertahan. "Haechan, bicaralah dengan jelas."

.

"Kalian tahu kalau kami berdua sudah punya catatan buruk sebelumnya. Kabar kalau kami kembali bersama pasti memecah fans menjadi kubu penyerang," terang Mark. "Semalam petisi yang menolak kembalinya Haechan di dunia hiburan sudah mencapai targetnya."

.

"Oh, kesempatan langka saya dapat mewawancarai Anda secara langsung," ungkap wartawan yang melihatnya pertama kali. "Saya tidak sempat datang ke pameran tunggal Anda karena jatah kuota untuk awak media sudah penuh," lanjutnya.

Renjun tertawa canggung, "Ah, ya, terima kasih."

"Apa yang sedang Anda lakukan di sini? Apa Anda akan mengadakan pameran lagi?"

Kepala Renjun menggeleng, "Tidak, aku datang ke sini karena..."

.

.

.

Bersambung 

Mendadak Jadi IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang