Memiliki

705 90 2
                                    

Mendadak Jadi Istri

Ch. 15 - Memiliki

...

Pintu terbuka dengan perlahan. Yangyang di sampingku terkantuk-kantuk dan saat masuk ke kamar inap seseorang, dia sedikit membuka matanya. Mungkin dia kaget, mengapa dia digiring ke sini.

"Renjun, kamar siapa ini?" suaranya terdengar meminta penjelasan.

Aku berhasil mendudukkan Yangyang di ranjang yang kosong. Ranjang khusus untuk ditempati orang yang menemani pasien. "Ini kamar Jaemin. Dia ada di sebelah," jelasku sambil menunjuk arah di belakang kami.

"Apa?" Yangyang menggeleng. "Tidak, Renjun. Lebih baik aku pulang saja."

"Sudah malam, Yangyang. Kalau kau menyetir seorang diri dengan keadaan begini, jelas aku melarangmu," kataku tegas. "Tidurlah, besok pagi kau boleh pulang."

Yangyang tidak langsung menerima perkataanku. Jadi aku memaksa tubuhnya untuk berbaring, membenarkan selimutnya, dan memberi kecupan agar dia tidak memberontak. Matanya mengikutiku ketika aku membetulkan kain pemisah di antara ranjang pasien. Lalu kutunggu Yangyang sampai benar-benar memejamkan matanya. Ternyata anak ini benar kelelahan. Tidak sampai 15 menit dia sudah jatuh tertidur.

Aku hendak berjalan ke arah sofa di sudut ruang. Posisi sofa dapat dilihat dari ranjang yang ditempati oleh Jaemin. "Belum tidur?" aku berbisik. Rupanya Jaemin masih menungguku kembali. Aku mendekatinya. "Maaf karena ada Yangyang di sini."

Jaemin menggeleng. "Tidak masalah, tapi kamu tidur di mana?"

"Aku tidur di sofa. Habis ini aku mau minta selimut ke suster jaga."

Jaemin sedikit meminggirkan tubuhnya dan menyisakan tempat pada ranjang yang sedang ditempatinya. "Ini cukup untuk dua orang," katanya penuh keluguan.

"Dan dilihat Yangyang kalau kita tidur berhimpitan?" Aku tertawa tanpa suara. "Aku udah biasa tidur di sofa, toh cuma semalam juga," bilangku. Dulu sewaktu masih aktif bekerja, aku tidak peduli mau tidur di mana. Asal bisa memejamkan mata saja, itu sudah cukup bagiku. "Sudah, tidur sana. Aku minta selimut dulu."

Aku mencium bibir Jaemin sebentar lalu segera mencari suster untuk meminta selimut tambahan.

Pagi harinya. Sebuah keajaiban aku bisa bangun lebih awal. Jaemin ataupun Yangyang masih tertidur dengan pulas. Aku pun memutuskan untuk membersihkan diri lalu menyiapkan baju ganti. Selesai aku mandi, Jaemin telah bangun, terduduk di atas ranjangnya sambil memandangi jendela.

"Sarapannya sudah datang?" tanyaku kepada Jaemin.

"Belum, mungkin bentar lagi."

Aku mengangguk. Aku menuju kasur sebelah, menggoncangkan badan Yangyang. "Bangun, anak domba. Kau harus mandi!"

Yangyang sedikit menggeliyat. Dia nampak berat hati untuk membuka matanya. "Masih ngantukk~"

"Makanya kamu harus mandi, biar melek," seruku. Aku meraih handuk dan baju yang sudah kusiapkan tadi. "Ayo, berdiri. Sementara pakai baju ini dulu," kataku sambil menyerahkan baju kepada Yangyang.

Aku menahan tawaku karena melihat Yangyang yang sempoyongan. Syukurnya dia tidak membentur apapun. Aku beralih menatap Jaemin. "Aku keluar dulu, mau minta sarapan lagi buat Yangyang."

Secara bertepatan, aku kembali dan Yangyang baru keluar dari kamar mandi. Aku tersenyum ke arahnya sebab ia memakai bajuku. Aku memintanya agar sarapan bersama kami. Kami juga mengobrol sedikit, tapi tidak membahas sedikitpun mengenai Haechan. Setelah menunggu pemeriksaan Jaemin, aku akan mengantarkan Yangyang pulang.

Mendadak Jadi IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang